GAMEFINITY.ID, Bandung – Menyebarkan hoax atau berita bohong adalah kasus yang sering ada di indonesia, banyak kasus hoax yang tersebar dimana mana hingga kita pun percaya dengan kasus seperti itu, sebagai contoh : Kasus Pembullyan Audrey pada 201 delapan, pada saat itu banyak orang percaya dengan hal semacam itu yang membuat kita tertipu dengan kasus tersebut.
Penyebaran hoax atau KASUS SWATTING atau laporan palsu kepada polisi itu hal yang sangat meresahkan bagi para gamer maupun livestreamer. Hal hal seperti ini dapat menyebabkan kejadian yang fatal, karena bukan hanya tindak kriminal pembohongan, namun juga bisa membuat ketidaksengajaan pembunuhan dari pihak kepolisian.
Biasanya kasus kasus seperti dilatarkan oleh kekesalan atau hal iseng seseorang kepada seorang gamer ataupun live streamer lainnya yang membagikan alamat rumahnya.Hal hal itu hanya di lakukan untuk kesenangan nya atau untuk balas dendam.
Tapi, apa yang terjadi jika korban nya adalah studio video dari Ubisoft. Sesuai dengan yang dilakukan oleh serorang gamer asal prancis berikut.Namun, bagaimana jika yang jadi korbannya adalah studio video game seperti Ubisoft? Inilah yang dilakukan oleh seorang gamer asal Prancis berikut.
Dibulan november 2020 kemarin, ada seorang gamer yang tidak diketahui namanya memberikan laporan palsu ke pihak kepolisian menggunakan teknik spoofing yang membuat pihak kepolisian percaya bahwa yang menelepon laporan tersebut berasal dari kantor Ubisoft Montreal. Ia melaporkan bahwa ada lima orang menginginkan uang $2 milyar dolar kanada sebagai tebusan untuk melepaskan 40 pegawai Ubisoft, apabila tidak dilakukan pelaku penyanderaan akan membunuh dan meledakkan kantor Ubisoft itu.
Karena laporan tersebut polisi menganggap bahwa itu adalah laporan asli dari kantor Ubisoft sehingga para polisi langsung pergi ke sana dengan personil bersenjata lengkap. Hingga polis juga memposisikan barikade dan memastikan para staff Ubisoft aman. dalam kejadian tersebut ada 400 karyawan yang telah di evakuasi ke dalam bus.
Tapi pada akhirnya pihak kepolisian mengetahui bahwa laporan yang di berikan tadi adalah laporan palsu. Laporan palsu tersebut membuat Ubisoft menjadi Rugis $1.7 dolar Kanada dalam bidang produksi, $40,000 dalam bidang material,dan $15,000 dalam bidang layanan psikologis.
Meskipun kasus ini adalah kasus lama yang terjadi di tahun 2020, tetapi sudah di ketahui saat ini bahwa pelakunya adalah Yanni Ouahioune sesuai dengan laporan La Presse, Yanni Ouahioune juga di duga dalam kasus yang sama pada tahun 2017, penyebab nya hanyalah karena ia terkena banned dari Rainbow Six Siege lebih dari 80 kali karena menggunakan cheat saat bermain Rainbow Six Siege. Tak hanya itu Ouahioune bertanggung jawab juga atas kasus yang sama pada bulan desember 2020 dan Januari 2021 yang melaporkan bahwa ada staff eksekutif Ubisoft yang di sandera.
Pada saat di hubungi oleh La Presse dan ditanya soal dugaan bahwa ia telah memberikan laporan palsu tersebut, Ouahinoune membantah dugaan tersebut,ia hanya mengiyakan tentang di dakwa nya ia atas kasus pembuatan website palsu Ubisoft hanya untuk mendapatkan akun Rainbow Six Siege agar dapat digunakan menggunakan cheat kembali. Ia juga mengaku kalau ia orang yang memberikan laporan palsu 4 tahun yang lalu dan juga melakukan hacking akun Rainbow Six Siege yang dimiliki oleh Spoit,meskipun begitu ia tetap menyatakan sebalik nya terhadap media dengan ia menyatakan kepada La Presse.
Tapi saat ini kepolisian prancis sedang mengidentifikasi dan akan menangkap satu atau lebih tersangka, meskipun begitu Ubisoft tidak akan memberitahu penangkapan tersebut ke publik untuk melindungi pekerjaan mereka.