GAMEFINITY.ID, Salatiga – Belakangan ini kita mulai sering melihat para produsen handphone seperti Xiaomi dan Asus merilis seri HP khusus gaming.
Perkembangan hardware dan pasar mobile gaming tentunya menjadi alasan utama mengapa berbagai brand handphone mulai mempertimbangkan untuk memproduksi gaming phone.
Gaming phone sendiri didesain dengan spesifikasi yang mutakhir, seperti high-end processor, RAM yang besar, kapasitas baterai yang besar, dan lain-lain.
Hal ini bertujuan untuk membuat para pengguna merasa nyaman dan dapat menikmati pengalaman bermain game secara maksimal.
Namun tahukah kalian? Ternyata sejarah perkembangan gaming phone tidak semulus yang dibayangkan.
Berbagai kegagalan dan kendala acap kali dialami para produsen ponsel untuk menciptakan gaming phone yang ideal. Mari kita tengok seperti apa kilas perjalanan gaming phone dari awal hingga saat ini.
Nokia N-Gage Series (2003)
Di tahun 2000-an Nokia berhasil menguasai pasar telepon genggam di seluruh dunia. Perusahaan ponsel asal Finlandia ini sukses di pasaran berkat berbagai inovasi yang mutakhir seperti OS Symbian dan Nokia Communicator.
Pada tahun 2003, Gameboy Advance milik Nintendo menuai kesuksesan secara global. Kesuksesan GBA sendiri datang dari harga konsolnya yang terjangkau, jumlah game yang sangat banyak dan bisa dimainkan kapanpun dan dimanapun.
Menengok kesuksesan Gameboy Advance, Nokia tertarik untuk membuat ponsel yang juga mampu bermain game layaknya GBA. Dari konsep tersebut, pada akhir tahun 2003 Nokia resmi merilis gaming phone pertama di dunia, Nokia N-Gage.
Desain bentuk dari N-Gage sendiri benar-benar terinspirasi dari Gameboy Advance dengan layar 2 inch di tengah, directional button di sebelah kiri dan keypad di sebelah kanan.
Untuk memainkan game eksklusif N-Gage, pengguna harus memasukkan MMC game cartridge ke dalam slot game. Nah, disinilah satu dari sekian banyak masalah dari N-Gage mulai muncul.
Slot MMC game N-Gage terletak di belakang baterai sehingga pengguna harus melepas baterai terlebih dahulu untuk memasukkan MMC.
Desain N-Gage yang terlalu gemuk dan berat juga membuat pengguna kerap merasa pegal dan tidak nyaman. Begitu juga dalam mengetik pesan dan mengangkat telepon.
Selain itu, game yang tersedia pada Nokia N-Gage hanya sekitar 56 game. Optimisasi game-game tersebut juga sangat buruk. Beberapa game eksklusif N-Gage hanya dapat berjalan dalam 10 Fps saja.
Melihat berbagai masalah tersebut, Nokia memutuskan untuk memperbaiki kekurangan N-Gage dan merilis ulang dengan nama N-Gage QD.
Namun langkah yang diambil Nokia tersebut dianggap sangat terlambat sehingga seri N-Gage dicap gagal total oleh para pengamat teknologi.
Pada akir tahun 2007, Nokia menghentikan produksi N-Gage dan hanya mampu menjual 3 juta unit saja di seluruh dunia. Kegagalan N-Gage juga dianggap menjadi salah satu faktor terpuruknya Nokia di pasar telepon genggam.
Sony Ericsson Xperia Play (2011)
Nah, kini kita telah memasuki era Android. OS gubahan Google satu ini sejak awal memang digadang-gadang sebagai pembawa perubahan untuk mobile gaming.
Di awal tahun 2010, Samsung dan Sony Ericsson bisa dibilang merupakan dua produsen ponsel berbasis Android terbesar di dunia. Samsung masuk ke ranah Android lewat seri Galaxy dan Sony Ericsson dengan seri Xperia miliknya.
Melihat potensi OS Android yang sangat besar, Sony Ericsson memutuskan untuk membuat ponsel yang didesain untuk bermain game layaknya Playstation Portable.
Tentunya Sony Ericsson sangat percaya diri dengan projek satu ini. Mereka bercermin dari kegagalan Nokia N-Gage dan pengalaman Sony dalam bidang konsol gaming membuat Sony Ericsson yakin ponsel gaming barunya ini akan laku keras di pasaran.
Pada tahun 2011, Sony Ericsson resmi merilis Xperia Play. Ponsel gaming yang didesain mirip seperti konsol portabel milik Sony sendiri yaitu PSP Go.
Xperia Play mengadopsi beberapa fitur dari Sony Playstation Portable, seperti desain geser yang mirip dengan PSP Go, serta tata letak tombol PlayStation yang menjadi ciri khas mereka plus tombol trigger.
Meskipun tidak seburuk N-Gage, Xperia Play masih memiliki beberapa kekurangan. Seperti game yang disediakan Sony hanyalah game dari Playstation 1 saja, spesifikasi hardware yang rendah, kapasitas baterai yang sangat kecil dan analog touch yang sulit untuk digunakan.
Jika pengguna ingin memainkan game PSP lewat emulator, sayang sekali di tahun 2011 emulator PSP masih belum dikembangkan secara optimal. Selain itu spesifikasi Xperia Play sendiri juga sangat terbatas.
Seperti N-Gage, Xperia Play juga dicap gagal oleh para pengamat. Meskipun di era modern ini para fans ingin Sony untuk merilis Xperia Play 2, namun sepertinya Sony ingin melupakan masa lalu mereka yang kelam.
Razer Phone Series (2017)
Belajar dari kesalahan Nokia dan Sony, perusahaan elektronik berbasis gaming yaitu Razer bertekad untuk membuat gaming phone yang ideal bagi para penggemar mobile gamers.
Pada tahun 2017 mereka merilis ponsel barunya yaitu Razer Phone. Razer sendiri memutuskan untuk mendesain gaming phone miliknya layaknya smartphone biasa. Mereka justru lebih memfokuskan pada spesifikasi yang tinggi dibandingkan menambahkan fitur gimmick yang dianggap tidak perlu.
Razer Phone sendiri dibekali dengan prosesor yang mutakhir pada zamannya, Snapdragon 835, RAM 8GB dan layar 5,7 inch dengan refresh rate 120 Hz.
Gaming phone milik Razer ini menuai banyak pujian oleh para pengamat teknologi lewat spesifikasi yang tinggi dan kenyamanan pengguna saat bermain game.
Kekurangan dari Razer Phone sendiri hanyalah kamera yang cukup buruk dan tidak tersedianya 3.5mm Headphone Jack.
Namun terlepas dari kekurangannya, Razer Phone sendiri sukses membangkitkan mobile gaming yang berkali-kali gagal di masa lalu. Sekaligus menjadi blueprint dari gaming phone modern ideal seperti Asus ROG Phone.