GAMEFINITY.ID, Kota Batu – Konami, salah satu perusahaan developer dan publisher game asal Jepang. Namanya sudah dikenal oleh berbagai kalangan karena game buatannya yang legendaris. Salah satu perusahaan besar dalam industri I yang terkenal karena game miliknya yang selalu mempunyai kualitas.
Namun, semua berubah di tahun 2010 ke atas. Perubahan manajemen, kekacauan di kantor, serta perubahan mindset bisnis. Ketiga hal tersebut menyebabkan Konami kehilangan namanya dan dibenci oleh para gamers.
Sejarah Konami
Konami sendiri berawal dari sebuah usaha yang dimiliki Kagemasa Kozuki, Yoshinobu Nakama, dan Tatsuo Miyasako sebagai tempat servis dan sewa jukebox. Nama Konami sendiri diambil dari nama belakang para pendirinya. Pada 1971, Konami berpindah haluan untuk menjadi sebuah perusahaan yang terjun dalam bidang pembuatan arcade game.
Game arcade pertama milik Konami rilis pada tahun 1978 dan diekspor ke Amerika Serikat di tahun berikutnya. Usaha Konami mengalami kesuksesan di tahun 1980-an. Berbagai game arcade milik Konami laris di pasaran, contohnya Super Cobra, Frogger, dan Track & Field.
Konami membuka cabang Amerika miliknya pada tahun 1982 dan mulai terjun ke dunia game konsol. Mulai dari tahun tersebut langkah Konami berpindah fokus kepada game konsol. Game seperti Castlevania dan Contra dirilis untuk NES
Setelah mengganti nama resminya menjadi Konami Co., Ltd. Pada 1991, Konami mulai berfokus untuk mengembangkan game pada platform 16-bit. Game seperti Metal Gear Solid dan Silent Hill rilis pada era tersebut. Dan tidak lupa Yu-Gi-Oh juga hadir pada masa itu.
Pada tahun 2000, Konami mengganti nama inggrisnya menjadi Konami Corporation. Dapat dikatakan Konami sendiri mengalami puncak kejayaannya pada era 2000-an. Mulai dari WE dan PES yang dapat menguasai pasar game sepakbola melawan FIFA. Hingga Metal Gear Solid 2, 3, dan 4 yang semuanya mencapai kesuksesan.
Baca Juga: Honor of Kings Akan Rilis Global!
Konami yang Berubah
Setelah mengalami masa emasnya, Konami justru mengalami kemunduran di dekade berikutnya. Pergantian manajemen merupakan sebuah penyebab utama dalam kemunduran Konami.
Pada tahun 2007, ketika smartphone mulai berkembang, sebuah perusahaan di Jepang bernama Gree dapat memanfaatkan keadaan. Mereka membuat sebuah game mobile yang dikembangkan dan dipromosikan dengan pernyataan “free games” untuk mobile game.
Gree dapat memaksimalkan keuntungan lewat skema game mobile yang punya prinsip “budget terbatas, target profit setinggi-tingginya. Konami sebagai pengembang game juga tidak hanya diam.
Konami merilis dua game berjudul Dragon Collection dan Sengoku Collection. Dengan dua game yang sukses tersebut Konami dapat memaksimalkan keuntungannya hingga 80% pada 2011-2012.
Hal inilah yang membuat Konami mengubah haluannya. Beberapa karyawan dan orang dalam Konami sendiri menyatakan bahwa memang membuat game mobile adalah hal yang paling mudah untuk mendapatkan keuntungan.
Baca Juga: Call of Duty: Modern Warfare II Akhirnya Rilis Trailer
“Mengapa harus bertaruh dengan budget besar untuk membuat game AAA ketika keuntungan maksimal dapat dicapai dengan budget yang lebih kecil?”, ucap seorang mantan karyawan Konami.
Sebagai perbandingan, Metal Gear Solid 4 menghabiskan budget sebesar $60-70 juta. Sementara pengembangan game mobile sendiri bisa jauh di bawah angka tersebut. Game mobile hanya menghabiskan budget di angka rata-rata $250.000. Tentu perbandingannya jauh dengan profit yang lebih tinggi.
Hingga saat ini Konami masih belum mengumumkan adanya proyek tentang game AAA terbaru milik mereka. Faktor keluaranya Hideo Kojima menjadi salah satu alasan.
Karena terakhir kali game AAA Konami rilis tanpa Kojima, Konami dapat dikatakan gagal total. Ya, tidak lain dan tidak bukan game tersebut adalah Metal Gear Survive. Saat ini, Konami lebih fokus untuk mengembangkan mesin judi Pachinko miliknya.
Kojima yang Dilupakan
Hideo Kojima merupakan seseorang yang sudah dibahas minggu lalu. Ia merupakan seorang karyawan Konami yang pada April 2011 ditunjuk untuk menjadi Executive Vice Director. Kala itu ia bertugas untuk mengawasi pengembangan game AAA milik Konami.
Kojima sendiri terkenal sebagai orang yang suka untuk mengembangkan hal baru dalam dunia game. Namun, tentu saja hal baru tersebut punya harga yang mahal. Ketika Konami fokusnya berubah, Kojima juga mulai kehilangan tempat.
Namanya dihapus dari semua game buatannya. Padahal adanya nama Hideo Kojima dalam cover sebuah game dapat menambah ekspektasi dari game tersebut.
Konami juga menutup cabang Amerikanya yang sebelumnya diubah namanya menjadi Kojima Production. Puncaknya, adalah ketika Hideo Kojima memenangkan sebuah penghargaan untuk game buatannya. Namun, Konami melarang Kojima untuk hadir menerima penghargaan tersebut.
Lantas dari situlah kemunculan dari amarah para gamers secara global. Mereka memulai dengan menggunakan tagar yang meyinggung Konami.
Habis Terang Terbitlah Gelap
Setelah memiliki berbagai kisah panjang yang dihiasi oleh prestasi, kini Konami telah hilang dari peredaran. Tidak mempunyai acuan tertentu dalam turun di industri game menjadi sebuah alasan.
Dulu Konami sering mencetak game yang berkualitas bagus dan melegenda. Sekarang yang Konami cetak hanyalah uang semata. Hingga parahnya mereka berfokus pada bisnis mesin judi Pachinko milik mereka.
Konami sendiri juga merasa paling superior. Mendepak aset emasnya yang berjasa untuk mengangkat namanya. Saat ini Kojima sukses dengan Death Stranding dan mempunyai proyek baru, sementara Konami masih menggali lubang untuk menemukan keuntungan milik mereka.
“Hampir 53 tahun, saya belajar dari diri saya sendiri. Film yang saya tonton, buku yang saya baca, musik yang saya dengarkan, game yang saya mainkan, serta orang-orang yang saya temui 30 tahun terakhir di industri game, itu semua yang membentuk saya. Bukan Konami, bukan orang-orang di Konami.”, ucap Hideo Kojima.