GAMEFINITY.ID, Bandung – Platform streaming musik raksasa Spotify melakukan PHK pada enam persen tenaga kerjanya. Kabar ini turut menguatkan musim PHK massal di kalangan perusahaan teknologi raksasa seperti Google, Amazon, dan Microsoft. Tidak jauh berbeda, alasan di balik keputusan layanan streaming musik itu demi mengurangi anggaran sebagai dampak dari pandemic.
Sebanyak 6 Persen Karyawan Spotify Kehilangan Pekerjaan
CEO Spotify, Daniel Ek, menulis memo pada karyawan mengenai kabar pemutusan hubungan kerja tersebut. Memo tersebut kemudian menjadi publik di blog resmi layanan streaming musik raksasa itu pada 23 Januari 2023. Ia mengumumkan perusahaan yang dipimpinnya akan mem-PHK sebanyak 6 persen dari tenaga kerja, atau kurang lebih 600 karyawan.
“Seperti yang telah diketahui, selama beberapa bulan terakhir kita telah berusaha keras untuk mengendalikan anggaran, namun itu belum cukup,” tulis Ek.
Daniel Ek mengaku keputusan tersebut sangat sulit namun menjadi jalan terbaik bagi perusahaan. Ia juga memikirkan kontribusi setiap karyawannya.
“Seperti pemimpin lainnya, saya berharap untuk mempertahankan kekuatan semenjak pandemi dan percaya bahwa bisnis global kami yang luas dan berisiko rendah terhadap dampak pelambatan iklan akan melindungi kami. Jika dipikir lagi, saya terlalu ambisius dalam berinvestasi sebelum pertumbuhan pendapatan,” ungkapnya.
Dampak terbesar dari pengumuman ini adalah hengkangnya Dawn Ostroff, kepala konten Spotify. Ostroff bergabung dengan perusahaan pada 2018 untuk membantu pengembangan bisnis iklan dan podcast.
Baca juga: PHK Massal Tidak Berimbas Pada Apple, Apa Rahasianya?
Bagaimana dengan Bisnis Podcast?
Hengkangnya Dawn Ostroff memicu pertanyaan terhadap masa depan bisnis podcast bagi Spotify. Padahal, perusahaan streaming musik raksasa itu sudah semakin serius merambah dengan mengakuisisi beberapa podcast yang menjadi eksklusif. Contohnya mulai dari The Joe Rogan Experience yang menjadi salah satu podcast terpopuler dan terkontroversial, hingga serial audio Batman Unburied.
Spotify sendiri telah mengakuisisi berbagai studio dan bisnis podcast seperti Gimlet, Parcast, Anchor, Megaphone, dan Chartable. The Verge berpendapat Spotify masih harus mencari cara agar anak perusahaan podcast-nya dapat berkerja secara harmonis. Namun, Spotify masih akan terus menganggap bisnis podcast sebagai kesempatan terbesarnya untuk pertumbuhan.
Bukan lagi rahasia bahwa Spotify sangat merugi karena harus membayar lisensi musik pada label rekaman sebagai jualan utama. Setidaknya, bisnis podcast dan audiobook dapat menguntungkan.