GAMEFINITY.ID, Bandung – Minggu lalu, TikTok telah memperbaharui kebijakannya agar membuat aplikasi lebih aman bagi penggunanya. Platform media sosial sekaligus video pendek itu telah mendapat kebijakan baru tentang penggunaan AI untuk konten. Mengikuti langkah Twitch, platform besutan ByteDance itu melarang konten berbasis AI, atau mereka sebut sebagai media sintesis (synthetic media).
TikTok Resmi Larang Media Sintesis, Termasuk Konten Buatan Teknologi AI
Baca juga: Tiktok Perkenalkan Fitur Baru Refresh Rate
Melalui laman resminya, TikTok menyebut teknologi AI bisa menyulitkan pengguna untuk membedakan antara asli dan palsu, lebih tepatnya fakta dan fiksi. Pihaknya mendefinisikan media sintesis sebagai konten yang dibuat atau dimodifikasi teknologi AI. Salah satu di antaranya adalah deepfake, konten seseorang dengan tampilan sangat realistis padahal dibuat secara digital seakan seperti orang tersebut berbicara namun dialognya telah dimodifikasi.
Kebijakan baru inilah yang membuat TikTok melarang konten AI seperti itu diunggah di platform-nya. Terlebih, mereka menambah material AI yang mengeksploitasi figur publik demi mempromosikan sebuah produk akan dihapus.
Walau begitu, mereka memaparkan media sintesis yang memperlihatkan figur publik dalam sebuah konteks, termasuk edukasi dan artistis, tetap diizinkan. Misalnya konten selebriti yang melakukan tarian populer atau tokoh sejarah yang muncul untuk membagikan informasi sejarah.
Baca juga: TikTok Terancam Diblokir di AS Jika Tidak Dijual Bytedance
Menyusul Kepopuleran Konten Berbasis AI
Akhir-akhir ini, konten berbasis AI, terutama deepfake, menjadi populer di platform tersebut. Hal ini berkat tersedianya alat AI voice cloning yang mempermudah seseorang untuk meniru suara figur publik. Contohnya, persaingan Joe Biden dan Donald Trump saat membahas online gaming.
Banyak pula yang menggunakan deepfake sebagai hate speech seakan-akan itu asli. The Verge berpendapat bahwa larang TikTok terhadap endorsement deepfake tampaknya menjadi respon terhadap sebuah video yang menggunakan AI untuk meniru Joe Rogan untuk mempromosikan penambah libido untuk laki-laki. Video tersebut sudah tersebar di Twitter dan Instagram.
Sementara itu, TikTok dikabarkan terancam diblokir di Amerika Serikat menyusul dugaan pengumpulan data pribadi penggunanya. Pemrintah Amerika Serikat meminta agar ByteDance menjual sebagian sahamnya agar menghindari pemblokiran. Aplikasi tersebut sudah dilarang di kalangan pemerintahan di Amerika Serikat, Inggris, Selandia Baru, dan Kanada.