GAMEFINITY.ID, DKI Jakarta – Jepang adalah negara maju terkenal dengan transportasi, teknologi, animasi serta pendidikan yang mudah diakses dan banyak lainnya.
Namun dengan banyak keunggulan tersebut mengapa negara Jepang dalam kesehatan universal berperingkat sangat rendah menyangkut tentang kebahagiaan?
Dalam arikel ini Gamefinity akan membahas alasan mengapa dan apakan orang-orang yang tinggal di negara matahari terbit ini bahagia.
Pertanyaan pertama adalah apakah orang-orang di Jepang bahagia?
Kemungkinan adalah tidak, berdasarkan dari Laporan Kebahagiaan Dunia yang dirilis pada bulan Maret 2022.
Baca juga:
Negara Jepang menempati urutan ke-54 dari 146 negara, dan menjadi salah satu yang terendah di antara negara-negara maju lainnya. Jepang punya tingkat kejahatan yang rendah, harapan hidup tinggi, dan punya perkembangan ekonomi terbesar ketiga di dunia dalam produk domestik.
Meskipun begitu orang di sana menyimpan masalah sosial & struktural yang menyebabkan tingkat bunuh diri relatif tinggi.
Selain itu, kesenjangan upah gender serta jam kerja yang sangat panjang, terkadang menimbulkan karōshi (kematian karena terlalu banyak bekerja).
Namun, mengapa negara makmur ini warganya bisa minim kebahagiaan dan kesejahteraan?
Pada dasarnya ini dikembalikan pada karakteristik budaya, agama, dan geografis yang memengaruhi perasaan orang-orangnya tentang kualitas hidup mereka. Para ahli mengatakan, persepsi & prioritas orang Jepang banyak berubah ketika pandemi muncul.
Dalam Laporan Kebahagiaan Dunia (World Happiness Report), para responden diminta untuk menilai kehidupan diri sendiri pada skala 0-10.
Baca juga:
Dengan nol yang mewakili kemungkinan terburuk dalam hidup mereka dan 10 sebagai yang terbaik. Setelah itu hasilnya lalu dianalisis menggunakan enam faktor: tingkat PDB, harapan hidup, kemurahan hati, dukungan sosial, kebebasan dan korupsi.
Berdasarkan sistem itu (6 faktor di atas), negara Jepang memiliki rata-rata 6.039, dibandingkan dengan Amerika Serikat yaitu 6.977.
Diketahui bahwa responden dari Jepang cenderung memberi nilai 5 dan 8, mereka yang memilih 5 merasa lebih cemas tentang kehidupan mereka dibandingkan dengan orang yang memilih 8.
Untuk orang Jepang, pengukuran kebahagiaan akan lebih akurat jika dilakukan dengan Skala Kebahagiaan Saling Bergantung. Ini akan mengukur kesejahteraan seseorang berdasarkan keharmonisan, kebiasan, sertta ketenangan antarpribadi.
Metode ini diusulkan oleh Yukiko Uchida, seorang profesor psikologi sosial dan budaya di Universitas Kyoto dan Hidefumi Hitokoto, profesor di departemen ilmu psikologi Universitas Kwansei Gakuin. Dan berikut ini adalah dua hal yang mempengaruhi serta menjadi alasan mengapa Jepang memiliki tingkat kebahagiaan yang rendah.
Orang Jepang Selalu Cemas
Sejak 2012, Secom Co., perusahaan keamanan terbesar di Jepang, melakukan survei tahunan untuk mengukur tingkat kecemasan yang dirasakan orang Jepang.
Dalam kuesioner terbarunya, yang terbit di Oktober 2021, mengungkapkan lebih dari 70% responden merasakan tingkat kecemasan tentang sesuatu. Dan yang lebih mengejutkan adalah hasil seperti itu sudah tercatat selama 10 tahun berturut-turut.
Saat memilih beberapa jawaban, penyebab paling umumnya adalah kesehatan fisik, mata pencaharian dan pensiun di usia tua, gempa bumi, dan kesehatan mental. Disusul dengan pandemi COVID-19 dan ketakutan akan penyakit menular berada di urutan kelima.
Takashi Maeno, profesor di Universitas Keio & salah satu pakar kesejahteraan di Jepang mengatakan, penelitian ini menunjukkan orang Jepang cenderung khawatir dan pemilih akan detail. Sisi baiknya, kualitas ini juga membantu Jepang membangun masyarakat yang lebih maju.
Jepang Perlu Belajar dari Prefektur Fukui
Dari 47 prefektur Jepang, prefektur Fukui adalah yang membingungkan serta sering diejek sebagai tujuan domestik yang paling jarang dikunjungi. Meskipun begitu prefektur kecil yang menghadap langsung ke Laut Jepang ini adalah salah satu yang paling bahagia.
Berdasarkan berbagai survei, salah satunya adalah yang disusun oleh Japan Research Institute dalam laporan tahun 2020-nya.
Prefektur Fukui ini menduduki peringkat 1, dan empat kali berturut-turut oleh laporan Think Tank terkait kebahagiaan, yang terbit setiap dua tahun, sejak 2012.
Lalu berdasarkan 75 indeks di berbagai bidang termasuk kesehatan, budaya, & gaya hidup, Fukui terkenal dengan produksi kacamata & tekstil, serta menonjol dalam pekerjaan dan pendidikan.
Survei yang dilakukan oleh Teikoku Data Bank pada tahun 2020, juga menunjukan bahwa Prefektur Fukui menduduki peringkat teratas selama 38 tahun berturut-turut. Seperti di kota-kota besar, prefektur Fukui juga secara konsisten mendapat peringkat tinggi dalam hal pendidikan dan kekuatan fisik anak-anak.