GAMEFINITY.ID, Jakarta – Demon Slayer merupakan anime yang diproduksi oleh Ufotable dan telah mencuri perhatian penonton di seluruh dunia. Anime ini bagus dari segi visual yang menakjubkan dan ceritanya yang menarik. Meskipun Season 3 memiliki kelebihannya sendiri, ada beberapa hal yang membuat Season 2 lebih unggul daripada Season 3. Berikut adalah lima alasan mengapa Demon Slayer Season 2 berhasil mengungguli Season 3.
Baca juga:
5. Demon Slayer Season 2 Lebih Banyak Konten daripada Season 3
Season 2 menghadirkan lebih banyak konten dalam satu musim. Dalam 18 episode, Season 2 mengadaptasi Mugen Train dan Entertainment District Arcs. Setiap episode memberikan aksi yang memukau dan animasi yang luar biasa dari Ufotable. Baik penggemar Mugen Train Arc maupun Entertainment District Arc pasti merasa puas dengan pengalaman menonton yang disuguhkan dalam Season 2.
Di sisi lain, Season 3 hanya mengadaptasi Swordsmith Village Arc dalam 11 episode, dengan episode terakhir berdurasi ganda. Jumlah konten yang terbatas ini membuat Season 3 kurang memukau dibandingkan dengan Season 2. Sedikitnya momen-momen yang penuh tekanan dalam Season 3 membuat penonton terbagi pendapat dan merindukan lebih banyak lagi.
4. Membangun Cerita yang Menarik
Pembangunan cerita dalam Season 2 lebih baik. Mugen Train dan Entertainment District Arcs memberikan pembangunan cerita yang menegangkan dan penuh misteri. Momen-momen memuncak dalam kedua arc ini memerlukan waktu yang cukup untuk membangun ketegangan, membuat penonton selalu bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya.
Namun, dalam Season 3, Swordsmith Village Arc terasa terburu-buru, dengan pertarungan utama yang dimulai hampir seketika setelah pengenalan arc tersebut. Pembangunan cerita yang lebih stabil dalam Season 2 memberikan pengalaman yang lebih dalam kepada penonton.
3. Antagonis yang lebih kuat di Demon Slayer
Antagonis dalam Season 2 lebih menarik. Enmu, Akaza, Daki, dan Gyutaro merupakan musuh-musuh yang kuat dengan latar belakang yang menarik. Motivasi dan keterikatan mereka dengan Muzan Kibutsuji ditampilkan dengan baik. Di Season 3, Hantengu dan Gyokko, yang merupakan iblis Upper Rank Four dan Five, kurang memiliki latar belakang yang menarik.
Hal ini membuat penonton sulit terhubung dengan pertarungan melawan mereka. Selain itu, kekuatan Gyokko terasa kurang mengesankan dibandingkan dengan musuh-musuh sebelumnya.
2. Pertaruhan yang Lebih Tinggi
Pertaruhan dalam Season 2 lebih tinggi. Season 3 kurang mampu menyajikan momen-momen ketegangan yang nyata bagi para Pemburu Iblis. Selain beberapa momen singkat, pertarungan dalam Season 3 tidak membuat penonton merasa bahwa para karakter utama benar-benar dalam bahaya. Di Season 2, pertarungan melawan Enmu, Akaza, Daki, dan Gyutaro selalu membuat penonton merasa bahwa para Pemburu Iblis berhadapan dengan musuh yang kuat. Kemenangan mereka juga tidak datang tanpa pengorbanan dan luka yang dialami oleh karakter utama.
1. Pertarungan Akhir yang Lebih Kuat di Demon Slayer
Terakhir, pertarungan akhir dalam Season 2 lebih kuat dan mengesankan. Pertarungan melawan Akaza dalam Mugen Train Arc dan melawan Daki dan Gyutaro dalam Entertainment District Arc menjadi momen yang luar biasa. Animasi yang memukau dan intensitas emosional yang tinggi membuat pertarungan-pertarungan ini menjadi sorotan utama. Di Season 3, pertarungan dalam Swordsmith Village Arc tidak memiliki intensitas yang sama. Pertarungan melawan Gyokko dan Hantengu terasa kurang memuaskan dan kurang mendebarkan.
Baca juga:
Secara keseluruhan, Demon Slayer Season 2 berhasil mengungguli Season 3 dalam beberapa aspek.
Meskipun Season 3 memiliki kelebihannya sendiri, penggemar anime ini menantikan musim-musim mendatang untuk menghadirkan kembali keajaiban yang sama seperti Demon Slayer Season 2.
Demikian pembahasan Demon Slayer Season 2 Lebih Baik Daripada Season 3. Ikuti informasi menarik lainnya seputar game, anime, esports, pop culture, serta teknologi hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan voucher game dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.