GAMEFINITY.ID, Jakarta – Dunia K-Pop selalu dikenal sebagai panggung kilauan dan impian. Di mana para idola muda berjuang untuk mencapai ketenaran dan meraih hati penggemar di seluruh dunia. Namun, di balik gemerlapnya sorotan, cerita yang rumit seringkali tersembunyi. Itulah yang terjadi dalam perseteruan antara Fifty Fifty, dan CEO agensi mereka, Jeong Hong Joon, yang menjadi sorotan hangat baru-baru ini.
Pergulatan di Balik Layar Cupid – Fifty Fifty
Fifty Fifty yang menyapa industri K-Pop dengan lagu “Cupid,” ternyata tengah berjuang dalam pergulatan hukum yang kompleks melawan agensi mereka, ATTRAKT. Dugaan pelanggaran kepercayaan yang melibatkan pemindahan dana dan hutang antara ATTRAKT dan agensi sebelumnya, Star Crew Entertainment. Hal ini telah mendorong girl group ini untuk mengambil tindakan hukum.
Diketahui bahwa CEO agensi Fifty Fifty diduga menggunakan uang muka yang semestinya untuk pengeluaran yang tak jelas. Kemudian menyertakannya dalam biaya investasi grup.
Baca juga:
“CEO Jeon Hong Joon diduga menggunakan uang muka yang diterima Star Crew Entertainment dari distributor untuk pengeluaran yang tidak diketahui. Kemudian memasukkannya ke dalam biaya investasi grup,” kata pengacara dikutip dari Soompi.
Akibatnya, Fifty Fifty harus membayar hutang dengan pendapatan dari penjualan musik dan album digital mereka. Selain itu, klaim bahwa ATTRAKT memiliki dana sebesar 2 miliar won yang disetor ke Star Crew Entertainment, bukan ATTRAKT. Hal tersebut semakin memperumit masalah ini.
Mediasi dan Konflik Tidak Berakhir
Meskipun agenda mediasi telah diatur oleh pengadilan, Fifty Fifty menolak untuk berunding dengan pihak manajemen mereka. Ini bukanlah pertemuan pertama yang gagal mencapai kesepakatan. Sebelumnya, upaya mediasi antara grup dan ATTRAKT tidak berhasil menghasilkan solusi yang memuaskan kedua belah pihak.
Sikap tegar dari grup Fifty Fifty untuk menuntut keadilan dalam bentuk mediasi dan melalui jalur hukum adalah refleksi dari keteguhan hati mereka. Fifty Fifty memperjuangkan hak dan keadilan mereka sebagai seniman.
Kronologi Kontroversi Fifty Fifty
Kontroversi antara Fifty Fifty dan ATTRAKT bukanlah hal yang instan. Itu dimulai dari tuduhan pihak manajemen terhadap campur tangan pihak ketiga dalam usaha mengganggu kontrak eksklusif para anggota. Sementara Warner Music Korea membantah tuduhan tersebut, ATTRAKT juga mengklaim bahwa CEO The Givers mencoba membeli hak cipta lagu “Cupid” tanpa sepengetahuan mereka.
Namun, Fifty Fifty membalas dengan tuduhan bahwa agensi melanggar kontrak kerja mereka. Mereka mengungkapkan bahwa agensi tidak transparan dalam pembayaran dan menuntut kewajiban yang memberatkan meskipun anggota grup sedang tidak dalam kondisi kesehatan yang baik.
Baca juga:
Respons Publik
Seperti kebanyakan kasus kontroversi di dunia K-Pop, respons publik bervariasi. Pada awalnya, banyak netizen yang berempati terhadap Fifty Fifty dan menyokong tindakan mereka melawan agensi. Namun, dengan waktu, pendapat publik mulai berubah. Beberapa merasa bahwa girl group yang masih baru dan memiliki sedikit rekam jejak seharusnya tidak terburu-buru menuntut pembayaran.
Namun, tidak dapat diabaikan bahwa perseteruan ini telah membuka diskusi lebih luas tentang isu-isu keuangan dan kontrak dalam industri K-Pop. Hal ini juga menggarisbawahi perlunya transparansi dan perlindungan bagi para seniman muda yang merintis karir mereka dalam industri yang keras dan kompetitif.
“Mereka bahkan tidak berada di bawah perusahaan besar. Bukankah terlalu dini bagi mereka untuk meminta bayaran,” tulis salah satu netizen.
“Mereka debut kurang satu tahun dan hanya memiliki satu lagu tapi sudah menuntut pembayaran,” sahut netizen lain.
Demikian pembahasan Fifty Fifty: Antara Mimpi K-Pop dan Realitas Industri Musik. Ikuti akun resmi Gamefinity di Facebook, Instagram dan TikTok untuk mendapatkan informasi terupdate. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan voucher game dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.