GAMEFINITY.ID, Jakarta – Google mengumumkan akan menutup studio Stadia Games & Entertainment lantaran waktu dan biaya pengembangan game dinilai tak ekonomis. Penutupan ini membuat Google tak melanjutkan upaya mengembangkan game untuk Stadia, yang sejauh ini memang belum menghasilkan satu game eksklusif apapun.
“Membuat game terbaik membutuhkan banyak waktu dan investasi yang tidak sedikit, sementara biayanya naik secara eksponensial. Kami yakin ini adalah jalan terbaik untuk membangun Stadia menjadi bisnis jangka panjang yang berkelanjutan yang membantu menumbuhkan industri,” kata GM Stadia Phil Harrison.
Sejauh ini game yang tersedia di Google Stadia berasal dari pengembang pihak ketiga, seperti Cyberpunk 2077, Assassin’s Creed Odyssey, dan Red Dead Redemption 2. Google telah mengatakan kepada studio di Los Angeles dan Montreal, bahwa mereka bakal ditutup dan proyek mereka dibatalkan.
Stadia Games & Entertainment sendiri diluncurkan pada Maret 2019, bersamaan dengan layanan cloud gaming Stadia. Awalnya studio game ini digadang bakal meluncurkan game yang eksklusif untuk Stadia. Seperti diberitakan Kotaku, penutupan ini akan berimbas pada 150 orang pegawai anggota tim Stadia Games & Entertainment. Google menyebut sebagian besar akan dialihkan untuk mengerjakan proyek baru.
Walau telah menutup studio game miliknya, Google masih melanjutkan layanan Stadia dan Stadia Pro. Harrison menjamin Stadia akan terus menghadirkan game-game baru dari pihak ketiga ke platform, sekaligus berkomitmen untuk memajukan industri cloud gaming.
Sekadar informasi, Stadia sendiri merupakan inovasi Google masuk industri gaming. Berbeda dengan konsol pada umumnya, Google Stadia tak membutuhkan hardware khusus karena game disalurkan secara streaming dan bisa dimainkan di berbagai perangkat, seperti smartphone, tablet, hingga televisi.
Google sempat mengumumkan rencana ambisius untuk konten asli, termasuk pembelian Typhoon dan studio baru yang dipimpin oleh Shannon Studstill, mantan kepala studio Sony Santa Monica yang menggarap God of War. Namun, platform tersebut telah kesulitan untuk menghasilkan konten originalnya.
Saat diluncurkan, Stadia dikritik karena dianggap terlalu terburu-buru ke pasar. Musim panas lalu, Google memperkenalkan pemotongan harga Stadia yang signifikan, hanya tujuh bulan setelah peluncuran platform tersebut.