All posts by Dimas Galih Putrawan

A writer, gamer, content creator. My Gaming Account: Steam: dimaspettigrew Epic Games Store: PTGRW Xbox: PTGRW

Hearthstone Tidak Dapat Dimainkan Pemain Tuna Netra!

GAMEFINITY.ID, BandungHearthstone telah menjadi salah satu game Blizzard Entertainment yang cukup populer. Sebagai spin-off dari Warcraft, game ini justru bergenre digital collectible card game. Kesuksesannya telah menginspirasi berbagai judul digital CCG seperti Shadowverse besutan Cygames. Faktanya, game ini pernah memiliki lebih dari 100 juta pemain terdaftar pada 2018.

Namun, pemain tuna netra harus menelan sebuah kabar pahit bahwa mereka belum dapat memainkannya dari update terbarunya 30 Agustus lalu. Sebenarnya, mereka terbantu oleh sebuah mod dari pihak ketiga yang bernama Hearthstone Access.

Sebuah Mod Telah Membantu Pemain Tuna Netra Dapat Menikmati Hearthstone

Hearthstone Access merupakan mod gratis buatan GuideDev. Mod tersebut berfungsi sebagai alat screen-reading dan memperlambat game saat melawan sebuah bot untuk membantu menentukan langkah selanjutnya.

Namun, mod Heartstone Access sering tidak dapat digunakan setiap patch terbaru Hearthstone dirilis. Otomatis, GuideDev harus bekerja untuk membuat update untuk mod tersebut agar dapat diakses dalam game.

GuideDev, Sang Pencipta Mod, Baru Akan Memperbaharui Mod pada Pertengahan September

Satu lagi kabar buruknya, GuideDev mencuit di Twitter bahwa ia tidak akan mampu membuat update untuk mod tersebut hingga kurang lebih pertengahan September. Alasannya, pengembang solo itu sedang cuti.

Kabar ini tentu mengecewakan pemain tuna netra yang sudah setia bermain Hearthstone. Apalagi, GuideDev biasanya membutuhkan berhari-hari untuk mengerjakan update mod itu setiap patch terbaru rilis.

Baca juga: World of Warcraft versi Mobile Batal Rilis?

Pemain Tuna Netra Meminta Blizzard Agar Fitur Mod Ini Menjadi Resmi

Hearthstone gameplay
Gameplay Hearthstone

Kabar ini memicu kritik di Reddit. Pemain setianya mengatakan bahwa Blizzard tidak mampu mengalihkan sumber daya untuk membuat game tersebut dapat diakses semua orang. Mereka menekankan bahwa GuideDev, sang pengembang solo, telah “mengorbankan seluruh waktu luangnya demi pemain dari komunitas tuna netra dapat menikmati game tersebut”.

Sementara itu, beberapa game telah menerapkan fitur aksesibilitas. Misalnya, The Last of Us Part 1 & 2 telah menawarkan fitur tersebut agar pemain tuna netra dapat menikmatinya.

GuideDev diharapkan dapat mengerjakan update terbaru Hearthstone Access pada pertengahan September mendatang, saat ia telah selesai cuti. Sepertinya pemain tuna netra harus bersabar menunggunya. Belum ada tanggapan dari Blizzard tentang kabar ini.

Nah, untuk update terbaru dari game Hearthstone dapat terus mengikuti Gamefinity. Nikmati juga kemudahan dalam top up dan pembelian voucher game dengan harga terjangkau hanya di Gamefinity.id

Developer Tiktok, ByteDance Downsizing Bisnis Game-nya

GAMEFINITY.ID, Bandung – ByteDance, perusahaan induk TikTok, telah dilaporkan melakukan PHK besar-besaran karyawan divisi game-nya. Mereka secara agresif melakukan downsizing pada operasi bisnis game-nya. ByteDance adalah developer dari media yang terkenal saat ini yaitu Tiktok.

ByteDance PHK Mayoritas Dari Karyawan Bisnis Game-nya

Pertama kali dilaporkan South China Morning Post, ByteDance telah menghentikan mayoritas dari kegiatan di Wushuang Studio di Shanghai. Menurut sumber, mereka juga memindahkan beberapa staf ke divisi lain perusahaan.

Dikabarkan pula bahwa PHK telah terjadi di Jiangnan Studio di Hangzhou. ByteDance sama sekali belum berkomentar tentang kabar ini. Namun, sebuah sumber juga mengatakan ByteDance masih mempertahankan beberapa operasi di Shanghai khusus projek game yang telanjur diluncurkan. Meski begitu, belum ada pengembangan judul baru.

Sudah Berinvestasi Besar-Besaran Untuk Bisnis Game

Perusahaan induk TikTok itu telah berinvestasi besar-besaran demi menjalankan divisi gaming-nya. Mereka telah merekrut 900 karyawan baru pada 2020.

Bytedance Nuverse
Logo Nuverse, perusahaan game milik ByteDance

Tahun lalu, mereka meluncurkan situs resmi perusahaan game utamanya, Nuverse. Disebutkan pada situs resminya, Nuverse telah meluncurkan beberapa judul seperti Flower, Ragnarok X; Next Generation, Warhammer 4000: Lost Crusade, dan One Piece Blood Routes. Pada Juli lalu, mereka memenangkan lisensi dari pemerintah untuk merilis Crystal of Atlan di mobile.

Nuverse memang bertujuan untuk membuat game hardcore”. Namun, ByteDance telah sukses di sektor game casual. Mereka dilaporkan ingin meniru kesuksesan Tencent yang telah lama sukses memperluas bisnis game-nya.

Faktanya, Nuverse telah mengakuisisi Moonton, pengembang Mobile Legends: Bang Bang, seharga empat miliar dolar AS. Angka tersebut dilaporkan mengalahkan tawaran Tencent.

Baca juga: Akuisisi Moonton Seharga Rp57,6 Triliun, ByteDance Siap Adu Kuat dengan Tencent

Aturan Pemerintah China Menjadi Pemicunya?

Kabar ini menyusul kebijakan pemerintah China yang semakin memperketat aturan bagi pengembang game, terutama dalam mendapat izin untuk mempublikasinya. Aturan ketat itu membuat setiap pengembang tidak yakin apakah game mereka pantas rilis di China. Setiap detail dari game baru, mulai dari jalan cerita hingga penampilan karakter, dinilai ketat oleh pemerintah China.

Belum diketahui apakah kebijakan ini menjadi pengaruh keputusan ByteDance untuk mem-PHK karyawannya. Sementara itu, Snap, perusahaan di balik Snapchat, telah melakukan PHK 20 persen dari tenaga kerjanya. Mereka juga menghentikan sementara bisnis game-nya.

Mengikuti langkah Netflix, ByteDance menguji fitur game di TikTok pada Mei lalu. Belum diketahui pula apakah ini terpengaruh oleh PHK besar-besaran yang telah terjadi.

Untuk mengetahui kabar terbaru dari dunia game, review game, dan seputar teknologi hanya di Gamefinity. Nikmati juga kemudahan beremain game kesayangan kalian dengan top up atau beli voucher murah hanya di Gamefinity.id

Trademark Suikoden Diperbaharui Konami

GAMEFINITY.ID, Bandung – Konami sebelumnya telah mengumumkan mereka akan tampil di Tokyo Game Show tahun ini. Mereka telah dikabarkan akan mengumumkan sebuah game yang masih menjadi misteri di sana. Menariknya, warganet mendapati Konami telah memperbaharui trademark Suikoden.

Trademark Suikoden Telah Diperbaharui

Tokyo Game Show tahun ini hanya kurang lebih beberapa hari lagi. Namun, warganet baru-baru ini menemukan kabar bahwa Konami mengajukan sebuah permohonan pada Juli lalu. Permohonan tersebut adalah untuk memperbaharui trademark seri Suikoden, seri game RPG klasik buatannya.

Kabar tersebut dibagikan di Reddit dan mengundang berbagai reaksi. Beberapa menduga Konami sedang mengerjakan entri game Suikoden terbaru. Tidak sedikit pula yang mengkhawatirkan game terbaru itu akan bernasib sama dengan Metal Gear Survive. Namun, beberapa juga berpendapat perusahaan game seperti Konami selalu memperbaharui trademark meski belum mempertimbangkan untuk menghidupkan kembali sebuah seri game.

Konami saat ini sedang berada di posisi tidak aman bagi penggemar. Keputusan kontroversialnya telah mengundang kritik, mulai dari rilisnya Metal Gear Survive, berfokus pada pachinko, hingga pergantian nama Winning Eleven menjadi eFootball.

Game Terakhir Rilis 2012 di PSP

Suikoden II gameplay
Gameplay Suikoden II

Suikoden sendiri merupakan seri game RPG buatan Yoshitaka Murayama dan diadaptasi dari novel klasik China Water Margin. Seri pertamanya, Suikoden, pertama kali rilis pada 1995 untuk PlayStation di Jepang. Semenjak kesuksesannya, terdapat empat sekuel, enam game spin-off, dan adaptasi light novel serta manga. Entri utama terakhirnya, Suikoden V rilis 2006 di PlayStation 2.

Baca juga: Review Suikoden II, Entri Paling Memoriable di Era PS1

Terakhir kali Konami merilis game Suikoden baru pada 2012, yaitu game spin-off Gensou Suikoden: Tsumugareshi Hyakunen no Toki di PlayStation Portable. Sejak saat itu, belum ada game Suikoden yang diumumkan sama sekali.

Tim pengembang Suikoden, termasuk Yoshitaka Murayama sendiri, telah mengembangkan seri game baru Eiyuden Chronicle. Entri pertamanya, Eiyuden Chronicle: Rising telah rilis 2022. Entri selanjutnya, Eiyuden Chronicle: Hundred Heroes dijadwalkan rilis 2023 setelah sukses menggalang dana di Kickstarter.

Konami Akan Umumkan Sebuah Game Baru dari Franchise Favorit Pada Tokyo Game Show

Pada Tokyo Game Show 2022, Konami dipastikan akan mengumumkan game baru dari sebuah franchise favorit penggemar. Penggemar telah yakin game tersebut berkaitan dengan Suikoden.

Alasannya sudah dapat ditebak dari acara yang akan diadakan Konami di Tokyo Game Show. Sebenarnya, mereka hanya menyampaikan acara itu akan dipandu pengisi suara terkenal Yuki Kaji. Ia pernah menyumbangkan suara di Suikoden Tierkreis dan Gensou Suikoden: Tsumugareshi Hyakunen no Toki.

Hal ini diperkuat oleh laporan VGC. Mereka melaporkan pengumuman di Tokyo Game Show itu akan berfokus pada sebuah “proyek kecil” alih-alih Metal Gear atau Silent Hill.

Apakah rumor bahwa Suikoden akan kembali terwujud di Tokyo Game Show mendatang? Jika itu benar, bisakah Konami membersihkan kembali namanya di mata penggemar dengan proyek ini?

Player Apex Legends Berusia Empat Tahun Berhasil Menang?

GAMEFINITY.ID, Bandung – Percaya atau tidak, pemain Apex Legends termuda baru berusia 4 tahun. Menariknya, ia telah berhasil menjadi last man standing dan menjadi champion pada sebuah match. Bukan hanya sekali, tetapi juga beberapa kali!

Meski Terkenal Kompleks, Apex Legends Berhasil Menarik Pemain Dari Segala Usia

Apex Legends telah menjadi salah satu game battle royale terpopuler saat ini. Meski memiliki rating ESRB Teen (remaja), ternyata game battle royale besutan EA dan Respawn Entertainment itu juga menarik pemain dari segala kalangan. Tidak jauh berbeda jika dibandingkan PUBG dan Free Fire. Saat ini, Apex Legends telah memiliki player base kurang lebih 130 juta pemain.

Namun, penggemar setia sudah tahu bahwa Apex Legends merupakan salah satu game FPS yang cukup rumit. Memenangkan sebuah match saja sudah sulit. Dalam memainkannya, ada banyak hal yang harus dipelajari, mulai dari menerapkan strategi, terutama timing, koordinasi, dan akurasi selama bermain.

Uniknya, pemain berusia empat tahun bernama Austin telah berhasil menguasai keterampilan bermain Apex Legends (pertama kali dilaporkan Dexerto).

Pemain Berusia Empat Tahun Itu Menang Menggunakan Crypto!

Lebih menarik lagi, Austin telah menggunakan karakter Crypto. Crypto sendiri merupakan karakter yang jarang digunakan di Apex Legends.

Apex Legends Crypto
Austin menggunakan karakter Crypto selama sebuah match!

Berdasarkan klip yang telah dibagikan di Reddit, salah satu rekan timnya keluar dari match lebih awal. Namun, Austin telah berhasil melakukan banyak hal yang terlalu kompleks untuk usia empat tahun. Saat ia berhadapan dengan musuh terakhir, ia bersembunyi di balik pintu, menggunakan shield battery untuk me-restore shield-nya. Setelah itu, ia mengalahkan sang musuh menggunakan Alternator.

[deleted by user]
by in apexlegends

Dalam review akhir match, Austin berhasil mengalahkan tiga musuh dengan lebih dari 400 damage. Komunitas Apex Legends sampai takjub menyaksikan klip tersebut. Mereka memuji skill-nya yang luar biasa meski baru berusia empat tahun, terutama penggunaan shield swap.

Baca juga: Apex Legends Battle Royale Terkompetitif, Kata Dr Disrespect

Ternyata Diajarkan Sang Ayah

Di balik keberhasilan bocah empat tahun itu, ternyata semuanya berkat pelatihan sang ayah. Ia telah membagikan klip tersebut di Reddit dan dapat terdengar memandu sang anak. Tidak mudah untuk mengajarkan sang anak. Sang ayah mengaku ia masih harus mengajari banyak hal, terutama menghadapi kekalahan dan penggunaan item di inventory.

Saat ini, Austin masih jauh terlalu muda untuk berpartisipasi dalam kompetisi Apex Legends. Namun, banyak warganet berpendapat masa depannya sangat cerah sebagai seorang pro player, baik dalam esports atau sebagai streamer seperti di Twitch. Tampaknya Apex Legends memiliki masa depan yang cerah untuk bertahan lama.

Hogwarts Legacy Tidak Akan Hadirkan Quidditch

GAMEFINITY.ID, Bandung – Penggemar franchise Harry Potter atau Potterheads pasti kecewa mendengar kabar ini. Meski Hogwarts Legacy dapat secara harfiah mewujudkan pemain untuk menjadi murid Hogwarts, Quidditch sudah dipastikan tidak akan hadir. Olahraga ikonik yang menggunakan flying broom (sapu terbang) itu telah menjadi salah satu elemen terkenal dari franchise Harry Potter.

Quidditch Tidak Dapat Dimainkan di Hogwarts Legacy

Menurut laman FAQ-nya yang telah diperbaharui, Warner Bros. Games telah mengonfirmasi Quidditch tidak akan menjadi bagian playable dari Hogwarts Legacy. “Quidditch tidak bisa dimainkan di Hogwarts Legacy,” itulah teks di FAQ-nya.

Hal ini mengundang kekecewaan penggemar setia Harry Potter. Pasalnya mereka berharap Quidditch dapat menjadi elemen penting dalam game seperti di seri novel dan filmnya.

Hogwarts Legacy wand
Penggunaan wand di Hogwarts Legacy

Salah satu pengguna Twitter, @TheXboxBrit, mengutarakan kekecewaannya, “Ini sangat mengecewakan. Quidditch adalah bagian besar dari Wizarding World. Ini adalah game yang paling kunantikan tetapi hype-nya terasa sudah menurun bagiku.”

Sebelumnya, Quidditch menjadi semacam mini-game di seri game Harry Potter sebelumnya, terutama di seri game buatan EA. Bahkan, EA pernah merilis Harry Potter: Quidditch World Cup pada 2003 di Gameboy Advance, GameCube, PlayStation 2, Xbox, dan PC.

Masih Bisa Terbang Menggunakan Broom (Sapu)

Hogwarts Legacy flying class
Karakter pemain di Hogwarts Legacy masih bisa menghadiri flying class

Karakter buatan setiap penggemar masih bisa menggunakan sapu terbang di Hogwarts Legacy. “Broom flight (sapu terbang) untuk traversal (melintas) dan tantangan broom race (balap sapu) masih menjadi bagian dalam game. Pemain juga dapat menggunakan sapu terbangnya untuk berkeliling lokasi baru dan tidak asing di sekitar Hogwarts Castle,” tambah FAQ-nya.

Setidaknya, ini menjadi satu kabar baik di balik sebuah kabar buruk. Pemain dapat menyaksikan karakternya terbang menggunakan sapu terbang, apalagi mempelajari dan menguasainya di Flying class.

Baca juga: Lagi, Hogwarts Legacy Ditunda Hingga Awal 2023

FAQ-nya juga menjelaskan apa saja yang pemain harus harapkan di Hogwarts Legacy. Salah satunya adalah sistem levelling, kelas apa saja yang bisa diambil, dan apa saja yang bisa dieksplorasi di Hogwarts.

Hogwarts Legacy Wizarding World account link
Pemain yang sudah memiliki akun Wizarding World dapat menghubungkannya saat mulai bermain Hogwarts Legacy

Sementara itu, penggemar Harry Potter yang pernah membuat akun fan club Wizarding World dapat menghubungkannya dengan akun WB Games. Dengan begitu, mereka dapat masuk house dan memperoleh wand yang telah didapat sesuai akun tersebut.

Hogwarts Legacy dipastikan rilis pada 10 Februari 2023 mendatang. Untuk mengetahui informasi lebih lanjut kalian bisa tereus pantau di Gamefinity. Nikmati juga kemudahan top up dan beli voucher di Gamefinity.id.

The Pokemon Company Tuntut 6 Pengembang Asal China!

GAMEFINITY.ID, Bandung – The Pokemon Company, perusahaan di balik franchise Pokemon milik Nintendo, telah menuntut enam pengembang asal China! Alasannya, game buatan keenam pengembang asal China tersebut telah melakukan plagiarisme dan pelanggaran hak cipta.

The Pokemon Company Tuntut Ganti Rugi Sebesar 72,5 Juta Dolar AS!

Dilansir South Morning China Post, The Pokemon Company mengincar ganti rugi sebesar 500 juta yuan atau setara 72,5 juta dolar AS karena sebuah game. Game tersebut berjudul Koudaiyaougai Fuke atau Pocket Monster Reissue.

Pokemon Pocket Monster Reissue
Pocket Monster Reissue di salah satu app store di China

The Pokemon Company juga menuntut keenam pengembang asal China itu menghentikan pengembangan, distribusi, operasional, dan promosi game tersebut. Tidak hanya itu, mereka juga menuntut permintaan maaf di setiap media sosial China.

Game Asal China Itu Telah Beroperasi Sejak 2015!

Pocket Monster Reissue telah tersedia di Apple App Store dan berbagai app store Android asal China (termasuk milik Tencent, Xiaomi, dan Huawei) sejak 2015. Game tersebut memiliki kemiripan persis dengan franchise Pokemon. Faktanya, keenam pengembang game itu secara gamblang menggunakan aset dan karakter Pokemon seperti Pikachu, Oshawott, dan Ash Ketchum tanpa modifikasi.

Pokemon Reissue promotional
Gambar Promosi Pocket Monster Reissue

Warganet China telah membandingkan mobile game tersebut dengan seri game Pokemon selama bertahun-tahun. Meski tidak memiliki izin resmi dari Nintendo, Pocket Monster Reissue telah sukses meraup keuntungan. Pada 2016, game tersebut menghasilkan total 300 juta yuan. Bahkan pada 2021, Zhongnan Heavy Industries, salah satu dari enam pengembang game tersebut, melaporkan kenaikan keuntungan sebesar 24,5 persen.

Baca juga: Vidio dan AKG Games Hadirkan Pokémon XY Season 17-19 di Indonesia

Tentu saja ini bukan pertama kali The Pokemon Company menuntut ganti rugi karena pelanggaran hak cipta. Perusahaan tersebut telah menuntut seorang influencer TikTok karena menjual merchandise Pokemon tanpa izin pada 2020.

Sementara itu, beberapa game Pokemon juga dikabarkan tidak tersedia di China. Pada 2017, Pokemon Go telah resmi dilarang di negara tirai bambu itu karena kekhawatiran terhadap keamanan nasional. Terlebih, pembajakan game juga masih marak di sana.

Tuntutan ini masih berlangsung di Shenzen Intermediate People’s Court. Sampai saat ini, Nintendo belum ingin berkomentar tentang kasus ini.