GAMEFINITY.ID, Purworejo – Ubisoft baru saja mengumumkan game terbaru mereka yaitu Tom Clancy’s XDefiant. Tom Clancy’s XDefiant sendiri adalah game 6v6 free-to-play FPS dari Tom Clancyverse dengan eleman shooter yang intens atau fast-paced seperti pada game Call of Duty.
Dikembangkan oleh Ubisoft San Francisco, game ini akan menghadirkan pertempuran antar tim dengan anggota dari faksi khusus. Setiap faksi akan memiliki dinamika permainan serta kemampuan tersendiri.
Ada empat faksi dalam game ini, yang mana terinspirasi dari seri Tom Clancy’s sebelumnya. Faksi tersebut terdiri dari Echelon (Splinter Cell), Wolves (Ghost Recon), Cleaners (The Division) dan Outcasts (The Division).
Semua faksi memiliki sejumlah karakter dengan skinnya masing-masing yang disebut Defiant. Nantinya kalian dapat bebas membuat tim dengan mencampurkan dari faksi apapun.
“Faksi berada di jantung permainan. Mereka terinspirasi oleh grup maverick dari seluruh game Tom Clancy dan seterusnya. Dari inspirasi ini, kami menciptakan karakter dan gameplay baru yang unik untuk penembak kami. Dan kami akan terus menambah pemain yang beragam ini seiring dengan perkembangan permainan.”
Game ini menawarkan berbagai macam arena kompetitif dan linear game mode, seperti Domination dan Escort. Selain itu, Ubisoft menjanjikan akan menghadirkan berbagai macam senjata serta attachment. Nantinya, Ubisoft akan terus menambahkan Defiant baru, faksi, ability, peta, mode, dan lainnya seiring perkembangan game.
Ubisoft sendiri akan mengadakan tes tertutup yang akan dimulai pada 5 Agustus mendatang khusus bagi pengguna PC di Amerika dan Kanada. Nantinya Ubisoft masih akan mengadakan tes lanjutan, jadi untuk kalian yang tertarik bisa mendaftarkan disini.
GAMEFINITY.ID, Purworejo – Tak dipungkiri, mod adalah salah satu hal yang bisa membuat game-game lawas masih menarik dan digandrungi oleh banyak gamer. Namun, entah apa yang ada dipikiran Take Two, perusahaan induk dari Rockstar ini malah mengeluarkan permintaan DMCA takedown untuk menghapus beberapa mod GTA populer.
Dalam seminggu terakhir, Take Two telah mengeluarkan perintah takedown melalui DMCA untuk sejumlah mod besar GTA seperti Vice City Overhaul. Mod lain yang terkena dampak adalah GTA: Underground, yang mana mod ini menggabungkan map GTA 3, Vice City, San Andreas, Bully dan lain-lain.
Take Two juga me-takedown hasil port PC dari game PSP Vice City Stories dan Liberty City Stories. Bahkan, mod GTA: Liberty City yang telah hadir sejak tahun 2005 juga ikut terkena takedown.
“Hanya untuk memastikan sebanyak mungkin orang di sini tahu, Take-Two telah menjadi berat dengan DMCA minggu ini, pertama dimulai dengan mod peta GTAV seperti GTA3 Portland, Vice City Overhaul, dll,” tulis Ash_735 di GTAForums.
Menurut thread di GTAForums, pada tahun 2017 sebenarnya Take-Two membuat sebuah perjanjian yang mana mengizinkan modder untuk memodifikasi game GTA selama mereka tidak memasukkan konten lama ke dalam game baru atau konten online mod.
“[Perjanjian] asli dirancang pada tahun 2017 dan dapat diringkas sebagai” Jangan port peta/kendaraan/konten dari game GTA lama atau seri video game lainnya ke RAGE” dan ‘Jauhi Online, sama sekali tidak menyentuh Online atau apapun yang berhubungan dengan GTA Online'”.
Perjanjian ini muncul setelah adanya upaya Take Two untuk membuat modding pada GTA menjadi hal yang ilegal, tepatnya ketika mod OpenIV terkena takedown. Namun, pada saat itu banyak gamer dan media yang mengkritik keputusan yang diambil Take Two hingga akhirnya muncul perjanjian ini.
Tetapi, pada tahun 2019 Take-Two diduga mengubah isi perjanjian tanpa memberi tahu para modder dan komunitas GTA. Perubahan yang dilakukan menambahkan aturan baru yang mana selain tidak boleh memporting konten dari game lama, modder juga dilarang untuk membuat mod seperti map, kendaraan, dan misi baru.
Tindakan yang dilakukan oleh Take Two membuat banyak modder marah dan kecewa. Bahkan, ada dari mereka yang berhenti dan tidak akan membuat lagi mod untuk GTA tersebut. Wajar, banyak mod yang mereka kembangkan selama bertahun-tahun ditakedown begitu saja.
Taking down re3 and GTA V map mods was not enough, now map mods for **GTA San Andreas** are being taken down. How long before this slippery slope kills all modding?
I think I'm just about done with GTA modding now. In 2014 modders' work would be boosted on Newswire… (1/5) pic.twitter.com/VFn9l6INlw
Namun, dibalik tindakan Take Two yang menuai kontroversi ini, banyak gamer yang menduga bahwa Rockstar tengah mempersiapkan versi remaster dari beberapa GTA seri lama. Ya, ini adalah hal yang masuk akal mengingat sebelumnya muncul rumor mengenai hal ini.
GAMEFINITY.ID, Purworejo – Menjelang perilisan Battlefield 2042, muncul rumor yang mengatakan bahwa EA akan menggratiskan salah satu seri Battlefield lamanya yaitu Battlefield 1. Rumor ini datang dari seorang leaker terkenal, Tom Henderson.
Melalui akun Twitternya, Tom Henderson menyarankan para gamer untuk tidak membeli Battlefield 1 dalam waktu dekat karena dikabarkan akan gratis minggu depan. Ia juga menyebutkan kalau kemungkinan yang gratis adalah versi PC.
If you’re looking to buy Battlefield 1, don’t. It will be free to download next week.
I think it might just be for PC for those asking. Not 100% on that though.
Meskipun hal ini hanya sebuah rumor dan belum dikonfirmasi oleh EA, namun Tom Henderson memang dikenal sebagai leaker yang memberikan informasi yang valid, terutama untuk seri Battlefield. Hal ini terbukti setelah sebelumnya ia membocorkan informasi yang valid mengenai game Battlefield 1942 sebelum diumumkan resmi oleh EA.
Seperti yang ditelah disebutkan oleh Tom Henderson, kemungkinan besar Battlefield 1 akan tersedia gratis hanya untuk mereka yang bermain di PC melalui Origin. Namun, bisa saja versi konsol juga ikut gratis, walau kemungkinannya kecil.
Tidak tau pasti kapan Battlefield 1 akan digratiskan, Tom Henderson hanya menyebutkan waktunya minggu depan. Ini bisa jadi bertepatan dengan event EA Play Live Showcase yang akan digelar pada 22 Juli mendatang. Kita tunggu saja semoga EA benar-benar menggratiskannya.
Game Battlefield 1 sendiri pertama kali dirilis pada tahun 2016 yang lalu. Walaupun namanya Battlefield 1, game ini nyatanya adalah seri ke lima belas dalam franchise tersebut. Hadir dengan mengambil latar tema Perang Dunia I, Battlefield 1 menerima tanggapan positif dari berbagai media dan para fansnya pada saat perilisannya. Hal ini menjadikan Battlefield 1 menjadi salah satu seri Battlefield terbaik dalam franchisenya.
GAMEFINITY.ID, Purworejo – Siapa sih yang ga tau Netflix? Layanan streaming film dan TV series ini mungkin hampir semua orang mengenalnya, apalagi bagi pecinta film. Namun, tahun depan mungkin agak berbeda, pasalnya Netflix dilaporkan akan mulai menawarkan game di layanan streamingnya.
Kabar merambahnya Netflix ke industri game sebenarnya telah muncul pada Mei yang lalu. Menurut laporan dari Bloomberg, Netflix baru saja menggaet mantan eksekutif dari EA dan Oculus, Mike Verdu untuk memimpin upaya ekspansi besar-besarannya ke dunia game. Di Netflix, Mike Verdu sendiri akan menjabat sebagai VP of Game Development.
Mike Verdu bukanlah sosok yang baru di industri game. Sebelumnya, Mike Verdu adalah VP of AR/VR content dari Facebook yang bertugas menghadirkan game dan konten lainnya ke Oculus VR. Dia juga pernah menjabat sebagai Senior Vice President dari EA Mobile.
Kabarnya, Netflix akan menawarkan game dengan metode streaming sebagai konten baru bersama film dan TV series yang telah ada. Netflix tidak berencana membebankan biaya tambahan untuk konten game ini, jadi harga langganan akan tetap sama.
Untuk saat ini, belum ada informasi mengenai game-game yang akan hadir. Namun baru-baru ini muncul spekulasi dari dataminer kalau Netflix bisa saja bekerja sama dengan PlayStation dalam menghadirkan gamenya.
Netflix’s gaming feature has a current working name of “Shark” and is represented by this image in their iOS app: a shark fin. Could an image of PS5 controllers and Sony’s Ghost of Tsushima (director’s cut coming Aug. 20th) indicate a partnership with $SONY? Cc @HedgeyeComm$NFLXpic.twitter.com/FLghlRlu20
Dataminer yang bernama Steve Moser tersebut menemukan beberapa gambar yang mengacu konten dari PlayStation pada source code aplikasi Netflix seperti gambar controller DualSense dan cover art dari Ghost of Tsushima. Selain itu, dia juga menemukan logo “N Game” yang diduga menjadi brand konten game dari Netflix.
Kembali lagi, ini hanyalah spekulasi saja. Namun, apabila ini benar-benar terjadi, kerjasama antara Netflix dan PlayStation akan menjadi hal yang sangat menarik. Netflix sendiri sekarang dikabarkan sedang membuka lowongan untuk mengisi tim divisi gamenya, yang rencananya akan dibentuk dalam beberapa bulan mendatang.
GAMEFINITY.ID, Purworejo – Valve baru saja mengumumkan Steam Deck, sebuah pc gaming portable yang yang bentuknya mirip Nintendo Switch. Sebelumnya, rumor mengenai perangkat handheld gaming dari Valve memang telah merebak pada Mei yang lalu, dan akhirnya hari ini Valve benar-benar menghadirkannya.
Introducing Steam Deck: powerful, portable PC gaming starting at $399. Designed by Valve, powered by Steam. Shipping December 2021.
Steam Deck sendiri akan menjalankan game-game dari Steam. Yep, kalian tinggal login akun Steam kalian ke Steam Deck dan game-game yang telah kalian beli sebelumnya di PC bisa kalian mainkan disini.
Tampilan & Spesifikasi dari Steam Deck
Bentuk dari Steam Deck sekilas memang terlihat mirip dengan Nintendo Switch hanya saja hadir dengan dua analog dan touchpad yang sejajar. Tombol ABXY dan D-Pad hadir di pojok atas bersebelahan dengan analognya. Di atas terdapat tombol bumper dan trigger dan di bagian belakang terdepat 4 tombol makro yang dapat dikustomisasi.
Steam Deck menghadirkan layar touchscreen berukuran 7 inch dengan resolusi 1280×800 16:10 dan refresh rate 60 hz. Selain itu, Steam Deck juga memiliki fitur gyroscope, haptic feedback, sebuah headphone jack, speaker stereo dan mikrofon.
Untuk hardwarenya, Steam Deck ditenagai custom AMD Zen 2 4 core, 8 thread dengan GPU RDNA 2 yang memiliki 8 compute unit (CU) dengan maksimal daya komputasi 1.6 TFlops. Sedangkan untuk RAM, Steam Deck hadir dengan RAM 16 GB LPDDR5. Dengan ini, performa Steam Deck diklaim dapat untuk menjalankan game AAA terbaru dengan lancar.
Steam Deck hadir dengan tiga varian storage dengan varian terendah 64 GB yang masih menggunakan eMMC. Sedangkan untuk varian 256 GB dan 512 GB telah menggunakan SSD NVMe. Namun, Steam Deck masih menghadirkan slot microSD untuk memperluas penyimpanan.
Dibekali baterai 40 watt-hour, Steam Deck diklaim dapat bertahan 2-8 jam. Batery life nya sangat bergantung dari seberapa intensif game memakan resource yang ada. Sebagai contoh, untuk pemakaian ringan seperti browsing dan bermain game 2D, Steam Deck dapat memaksimalkan batery life-nya hingga 8 jam. Namun untuk memainkan game-game AAA berat mungkin hanya akan bertahan 2-3 jam saja.
Valve juga akan menghadirkan dock terpisah yang dapat digunakan untuk menyambungkannya ke layar eksternal. Namun, kalian tidak harus menggunakan dock ini untuk menyambungkannya ke layar eksternal. Steam Deck sendiri mempunyai port USB-C yang memungkinkan kalian untuk meyambungkannya ke layar eksternal dengan resolusi hingga 8K 60 Hz atau 4K 120 Hz.
Di sisi software, Steam Deck menjalankan sistem operasi Steam OS yang telah didesign khusus untuk perangkat handheld. Walaupun Steam OS berbasis Linux, Valve telah menyematkan sebuah compatibility layer bernama Proton, yang memungkinkan game Windows bisa berjalan di Linux tanpa harus diporting oleh developer.
Karena pada dasarnya Steam Dock ini adalah sebuah PC berbasis Linux, kalian bisa menghubungkan peripheral seperti mouse, keyboard, controller atau apapun selama masih menggunakan port USB ataupun bluetooth. Selain itu, kalian juga bisa menggunakannya dengan monitor sebagai mini PC selayaknya PC biasa untuk menjalankan software apapun yang ada di PC berbasis Linux.
Kami tidak berpikir orang harus dikunci ke arah tertentu atau perangkat lunak tertentu yang dapat mereka instal, ”kata Lawrence Yang, desainer dari Valve. “Jika Anda membeli Steam Deck, itu adalah PC. Anda dapat menginstal apa pun yang Anda inginkan di dalamnya, Anda dapat memasang periferal apa pun yang Anda inginkan. Mungkin cara yang lebih baik untuk memikirkannya adalah bahwa ini adalah PC kecil dengan pengontrol terpasang sebagai lawan dari konsol game.
Dilansir dari IGN, kalian yang mau pun bahkan bisa mengganti Steam OS dengan Windows dan menginstal Epic Games Store ataupun Microsoft Store untuk Xbox Game Pass. Tapi kemungkinan hal ini bisa menurunkan performa gamingnya karena Steam OS yang ada memang telah dioptimalkan untuk Steam Deck.
Harga dan Ketersediaan
Steam Deck sendiri akan tersedia mulai Desember 2021 di beberapa wilayah seperti Amerika Serikat, Kanada dan Eropa. Untuk wilayah lainnya akan menyusul pada tahun 2022 mendatang. Untuk harganya, varian 64 GB akan dijual $399 atau sekitar 5,8 juta Rupiah. Sedangkan untuk varian 256 GB dijual $529 atau sekitar 7,6 juta Rupiah dan varian 512 GB dijual $649 atau sekitar 9,4 juta Rupiah
GAMEFINITY.ID, Purworejo – Sejak rilis pada Mei yang lalu, Resident Evil Village telah menjadi salah satu game yang sangat populer di tahun ini. Walaupun begitu, ternyata game ini masih mempunyai masalah terutama untuk versi PC. Para PC gamer melaporkan bahwa mereka masih mengalami masalah performa seperti stuttering dan frame drop saat bermain game ini.
Menariknya, belum lama ini terdengar kabar yang mengejutkan dari sebuah scene pembajakan yang telah membajak Resident Evil Village bernama EMPRESS. Mereka mengklaim kalau versi bajakan dari Resident Evil Village mempunyai performa yang lebih optimal dan telah memperbaiki masalah stuttering dan frame drop yang ada.
EMPRESS menyatakan bahwa stuttering dan frame drop yang terjadi adalah akibat dari sistem anti-tamper Denuvo dan DRM dari Capcom yang terdapat dalam game ini. Dengan dibuangnya DRM pada versi bajakan, semua masalah performa hilang dan berjalan lebih lancar daripada versi Steam. Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh situs DSO Gaming yang telah menguji versi bajakan ini.
Tak sampai disitu, tech analyst dari Digital Foundry yang memang dikenal sebagai analis game dan hardware juga tertarik untuk melakukan tes serupa. Digital Foundry melakukan test dengan membandingkan versi original Steam dan bajakan dengan PC yang sama.
Seperti yang telah diduga, versi original Steam memang mempunyai masalah stuttering dalam skenario tertentu seperti ketika musuh menghampiri pemain. Digital Foundry mengatakan bahwa masalah stuttering ini tidak terjadi sama sekali pada versi bajakan.
Hal ini menunjukkan bahwa sistem anti pembajakan seperti Denuvo dan DRM memang terkadang membuat game mengalami masalah performa. Namun, Digital Foundry sangat menyayangkan dalam dua bulan setelah game ini rilis, tidak ada upaya Capcom untuk mengatasi masalah ini. Hingga pada akhirnya versi bajakanlah yang malah memperbaiki masalah yang ada.
Sebelumnya, masalah serupa juga pernah terjadi pada game Devil May Cry V yang berakhir setelah akhirnya Capcom menghapus Denuvo pada game ini. Penghapusan sistem anti-tamper Denuvo juga dilakukan oleh Capcom pada dua seri Resident Evil yaitu game Resident Evil 2 dan Resident Evil 3 versi remake.
Walaupun versi bajakan bisa memperbaiki masalah yang ada, pembajakan tetaplah pembajakan. Kita tunggu saja tindakan dari Capcom untuk mengatasi masalah ini. Entah dihapusnya Denuvo seperti game-game diatas atau entah apa yang akan Capcom lakukan.