All posts by Thomas Rizal

Update terus isu-isu terkini di GAMEFINITY.ID!

Review: ROG Delta S, Headset Gaming Multiplatform Berkemampuan MQA

GAMEFINITY.ID, Jakarta – ASUS Republic of Gamers (ROG) pada Desember lalu merilis ROG Delta S, headset gaming berkemampuan MQA pertama di dunia. ROG Delta S menawarkan ESS 9281 CODEC resolusi tinggi dengan teknologi QUAD DAC dan dukungan MQA terintegrasi untuk menghadirkan audio yang sangat mendetail dan nyata.

GAMEFINITY.ID mendapat kesempatan untuk menjajal langsung produk dan mengulasnya. Secara keseluruhan, headset gaming ini memberikan pengalaman audio yang luar biasa, serta komunikasi suara yang jernih. ROG Delta S menjadi headset kelas baru yang dirancang untuk para gamer, pecinta musik, dan siapa saja yang mencintai audio berkualitas tinggi.

Tanpa basa-basi lebih panjang, berikut ulasan GAMEFINITY.ID terhadap ROG Delta S

Desain

Selain kualitas audio dan komunikasi kelas wahid, desain headset Delta S juga menjadi salah satu keunggulannya. Dengan bentuk reverse-D yang ergonomis, ROG Delta S menjadi headset dengan desain cantik yang terlihat elegan ketika digunakan.

Dibandingkan dengan ear cup oval, ear cup ergonomis berbentuk reverse-D dari ROG Delta S sangat cocok dengan bentuk telinga para gamer. Hal ini mengurangi area kontak yang tidak perlu hingga 20 persen. Driver di setiap penutup telinga dimiringkan sebesar 12 derajat, sangat cocok dengan sudut alami telinga manusia.

Desain yang miring juga memberikan kenyamanan yang lebih baik dan juga membantu meningkatkan kualitas suara yang mengalir langsung ke liang telinga.

Dengan berat total hanya 300 gram, ROG Delta S sangat nyaman ketika digunakan, khususnya selama sesi gaming yang panjang. Bantalannya terbuat dari 100 persen kulit protein dan memory foam yang cepat dingin, sehingga pengguna tetap nyaman selama berjam-jam menggunakan headset gaming ini.

Dalam setiap paket pembelian, ROG juga menyediakan dua set tipe bantalan: ROG Hybrid fabric dan ROG fast-cooling protein leather. Keduanya dapat dipilih dan disesuaikan dengan preferensi masing-masing pengguna.

ROG Delta S juga memiliki efek cahaya Soundwave eksklusif, yang membuat lampu berkedip selaras dengan suara pemain. Fitur ini melengkapi pencahayaan ROG Aura Sync RGB yang dapat disesuaikan dan terintegrasi di ROG Delta S, dan semua efek pencahayaan dapat dengan cepat dimatikan melalui tombol headset, sehingga pengguna dapat dengan mudah mengatur getarannya sendiri.

Fitur

Berbicara soal fitur yang ditawarkan, rasanya ROG Delta S ini merupakan paket komplit bagi para pencinta audio kualitas tinggi. ROG Delta S menawarkan ESS 9281 CODEC resolusi tinggi dengan teknologi QUAD DAC dan dukungan MQA terintegrasi untuk menghadirkan audio yang sangat mendetail, tajam dan nyata.

ESS 9281 CODEC dengan teknologi QUAD DAC pada headset gaming ROG Delta S menyediakan pemrosesan audio lossless dan suara yang sangat detail. Masing-masing dari empat DAC dalam ESS 9281 CODEC mencurahkan daya pemrosesan ke bagian rentang frekuensi yang dapat didengar, mulai dari terendah, tengah, tertinggi hingga ultra-tinggi.

Keempat sinyal tersebut kemudian digabungkan untuk menghasilkan suara yang lebih jernih dengan rasio signal-to-noise 130 dB, yang diklaim jauh lebih tinggi daripada perangkat sejenis lainnya yang saat ini tersedia di pasar.

Teknologi MQA (Master Quality Authenticated) pemenang penghargaan menghadirkan audio berkualitas studio yang mengungkap setiap detail rekaman aslinya. Perender MQA terintegrasi di ROG Delta S membaca sinyal inti MQA, yang dikirimkan oleh layanan streaming global seperti TIDAL untuk mengungkapkan kualitas audio.

ROG Deltas S juga menawarkan komunikasi suara dalam game dengan dukungan ASUS AI Noise-Cancelling Microphone (AI Mic). Detachable Al Mic ini juga terdapat pada headset ROG Theta 7.1, ROG Strix Go, dan ROG Strix Go 2.4.

AI Mic yang dimiliki bersifat searah, dapat dilepas dan disertifikasi oleh Discord dan TeamSpeak. Lampu indikator di ujung boom berkedip merah saat mikrofon dimatikan, sehingga pengguna dapat dengan mudah menentukan statusnya.

ASUS AI Mic memiliki prosesor khusus yang dirancang untuk mengurangi lebih dari 50 juta jenis kebisingan latar belakang sambil mempertahankan harmonik vokal untuk komunikasi suara dalam game yang sejernih kristal. Fitur ini dapat dikontrol melalui software ASUS Armory Crate dan dapat dengan mudah dimatikan kapan pun diperlukan.

Satu hal lagi, ROG Delta S juga dilengkapi koneksi USB-C dan adaptor USB-C ke USB 2.0 yang dibundel memungkinkan kompatibilitas penuh dengan beragam konsol dan perangkat, baik itu perangkat seluler, PC, Mac, Nintendo Switch, hingga PlayStation 5.

Pengalaman

Penulis menjajal headset gaming ROG Delta S ini dengan memainkan Counter-Strike: Global Offensive. Selain itu, penulis juga menggunakan headset gaming ini untuk mendengarkan lagu-lagu di Youtube, selama penulisan review ini. Hasilnya: memuaskan!

Sebagai headset gaming, audio dalam game memang terkesan lebih baik. Saat memainkan CSGO sambil menggunakan Delta S, suara stereo headset dapat teruji dengan optimal, dimana suara tembakan dan langkah kaki dapat terukur, baik dari segi arah maupun jarak. Bisa dikatakan audio yang dihasilkan cukup presisi dan menambah pengalaman bermain yang lebih menyenangkan.

Dengan ROG Delta S, pengguna dapat mendengar setiap detail dan menikmati suara yang tajam dan jernih untuk pengalaman audio yang nyata.

Suara komunikasi yang dihasilkan AI Mic juga jernih dan dapat ditangkap oleh pemain lain dengan lancar. Al Mic memang dirancang khusus untuk pengguna yang perlu berkomunikasi di luar ruangan atau di mana saja dengan kebisingan latar belakang. Dengan demikian, suara latar umum seperti obrolan, derap keyboard, dan klik mouse berkurang hingga 95 persen.

Fitur tombol kontrol intuitif pada cup telinga juga memungkinkan pengguna mengontrol volume, mematikan mikrofon, atau menyesuaikan pencahayaan RGB selama bermain game secara instan. Gamer tinggal menggeser scroll ke atas atau bawah untuk menambah atau mengurangi volume, menekan dengan mudah untuk menonaktifkan atau mengaktifkan mikrofon, serta memencet tombol untuk menggantik warna RGB.

Sementara waktu menggunakan headset ini untuk mendengarkan musik dan video, audio yang dihasilkan juga tidak pecah dan terdengar jernih, meski memang mendengarkan musik dan video bukanlah prioritas utama dari ROG sebagai headset gaming.

Dengan kompatibilitas multiplatform untuk beragam konsol dan perangkat, ROG Delta S bisa kompatibel dengan semua gamer, baik konsol, PC maupun mobile.

Spesifikasi

  • Warna: Hitam
  • Interface: Wired
  • Panjang Kabel: USB-C: 1,5m ; USB 2.0: 1m
  • Konektor: USB 2.0, Type-C
  • Support Platform: PC, MAC, PS4, PS5, Nintendo Switch, Xbox one
  • Material Driver: Neodymium magnet

  • Ukuran Driver: 50mm
  • Headphones Impedance: 32 Ohm
  • Frekuensi Respon Headphones: 20 ~ 40000 Hz
  • Sensitivitas Microphone: -40 dB
  • Frekuensi Respon Microphone: 100 ~ 10000 Hz
  • Hi-Fi DAC: ESS 9281 Pro
  • Hi-Fi Amp: ESS 9281 Pro
  • Channel: Virtual 7.1
  • Lighting: RGB
  • Berat: 300 g
  • Aksesoris:
    • Detachable microphone
    • User guide
    • ROG Hybrid ear cushion
    • USB-C to USB 2.0 (Type-A) adapter

Harga

Saat ini, ROG Delta S sudah tersedia di Indonesia dan dibanderol dengan harga sekitar Rp3,3 jutaan. Menurut penulis dari segi harga dan fitur yang ditawarkan, secara garis besar build quality yang disajikan tidak jauh dari harga yang ditawarkan oleh Delta S. Gamer memang perlu merogoh kantong cukup dalam untuk mendapatkan headset gaming ini, namun bisa dipastikan apa yang didapatkan tidak sia-sia. (zal)

Rawan Isu Politik, Game Bertema Perang Irak Six Days in Fallujah Siap Rilis 2021

GAMEFINITY.ID, Jakarta – Setelah bertahun-tahun tidak menjadi sorotan, game PC dan konsol yang telah lama dikembangkan, Six Days in Fallujah direncanakan bakal dirilis pada tahun ini. Game berlatar Perang Irak, tepatnya Pertempuran Kedua Fallujah yang terjadi pada tahun 2004 ini dianggap rawan penggiringan opini dan isu politik.

Publisher Six Days in Fallujah, Victure menegaskan pihaknya tidak berusaha membuat “komentar politik” terkait Perang Irak dengan game yang akan datang tersebut. Game ini sendiri memang menceritakan perspektif pasukan Amerika yang memerangi Pemberontak Irak, serta perspektif dari anggota penduduk sipil kota.

Gameplay dari game FPS ini akan berisi 90 persen action, dengan 10 persen lainnya menceritakan alur cerita paralel di mana pemain mengambil peran sebagai penduduk Irak tidak bersenjata, yang mencoba mengeluarkan keluarganya dari kota.

“Bagi kami sebagai tim, ini benar-benar tentang membantu pemain memahami kompleksitas pertempuran perkotaan,” klaim CEO Victure, Peter Tamte dalam wawancara dengan Polygon.

“Ini tentang pengalaman individu yang sekarang ada karena keputusan politik. Dan kami ingin menunjukkan bagaimana pilihan yang dibuat oleh pembuat kebijakan memengaruhi pilihan yang perlu dibuat (seorang Marinir) di medan perang.

“Sama seperti (Marinir) yang tidak bisa menebak-nebak pilihan para pembuat kebijakan, kami tidak mencoba membuat komentar politik tentang apakah perang itu sendiri adalah ide yang baik atau buruk.”

Lebih dari 100 marinir, tentara, dan warga sipil Irak yang hadir selama Pertempuran Fallujah Kedua dikatakan telah berbagi kisah pribadi, foto, dan rekaman video mereka dengan tim pengembangan game tersebut.

Sementara game ini akan menyajikan cerita-cerita melalui rekaman wawancara dokumenter asli, Tamte mengatakan Six Days in Fallujah tidak membawa cerita penggunaan fosfor putih dan uranium oleh pasukan AS.

“Ada hal-hal yang memecah belah kita, mengalihkan perhatian orang dari kisah-kisah manusia yang dapat kita identifikasi. Saya tidak ingin hal-hal yang sensasional mengalihkan perhatian dari bagian-bagian pengalaman itu.”

Six Days in Fallujah awalnya dijadwalkan untuk diterbitkan oleh Konami lebih dari satu dekade yang lalu, tetapi penerbit menarik diri pada tahun 2009 karena sifat tema yang kontroversial dari game tersebut. Perang Irak bagaimanapun juga selalu menuai kontroversi dan mengundang kritik, termasuk dari veteran militer dan kelompok anti-perang.

“Hampir semua kemarahan yang saya dengar berasal dari orang-orang yang tidak berada di Fallujah. Dari pengalaman dan percakapan yang telah saya lakukan selama lebih dari 15 tahun demgan orang-orang di proyek ini, hampir semua ingin tahu apa yang terjadi di Fallujah.”

 

Sony Digugat Class Action Lantaran DualSense yang Sering Drifting

GAMEFINITY.ID, Jakarta – Gugatan class action telah diajukan terhadap Sony Interactive Entertainment atas dugaan penyimpangan pengontrol PlayStation 5, DualSense. Sebelumnya, beberapa pengguna memang telah mengeluhkan masalah terkait kontroler dari konsol generasi berikutnya milik Sony itu lantaran tombol analog dari yang menghasilkan gerakan sendiri, atau yang biasa disebut drifting.

Gugatan itu diajukan oleh Chimicles Schwartz Kriner & Donaldson-Smith (CSK & D), pada 12 Februari di Pengadilan Distrik Amerika Serikat untuk Distrik Baru Selatan York. Bagi yang belum mengetahui, CSK & D sendiri ialah firma hukum yang sebelumnya mengajukan gugatan class action terhadap Nintendo atas kendala drifting di Joy-Con milik Switch.

Tindakan tersebut diajukan terhadap Sony oleh penggugat yang berbasis di Virginia, Lmarc Turner, dengan keterangan “secara individu, dan atas nama semua orang lain yang memiliki masalah serupa”.

Gugatan tersebut menuduh Sony melakukan praktik bisnis yang “tidak adil, menipu, dan / atau curang”, yang menghasilkan kekayaan yang tidak adil, menuduh bahwa pengontrol DualSense memang rusak.

“Secara khusus, DualSense Controllers yang digunakan untuk mengoperasikan PS5 mengandung cacat yang mengakibatkan karakter atau alur game bergerak di layar tanpa perintah pengguna atau pengoperasian manual joystick,” bunyi gugatan tersebut, dikutip dari Video Games Chronicle.

Dalam gugatan itu, Sony dinilai telah mengetahui cacat Drift melalui keluhan konsumen secara online, keluhan yang dibuat oleh konsumen secara langsung, dan melalui pengujian pra-rilisnya sendiri. Penggugat mengklaim telah mengalami penyimpangan pada pengontrol DualSense yang didapatkannya dari PS5 saat membeli konsol.

Sejumlah pengguna yang terpengaruh juga telah memposting video secara online yang mendokumentasikan masalah tersebut.

“Tidak ada indikasi, bagaimanapun, bahwa Sony telah mengembangkan perbaikan aktual untuk masalah drift; sebaliknya, tampaknya hanya melakukan semacam perbaikan kecil dan mengirim Pengontrol DualSense kembali ke konsumen yang masih cacat dan rentan terhadap manifestasi Cacat Drift di masa mendatang,” bunyi keluhan tersebut.

“Juga tidak ada indikasi bahwa Sony memperpanjang garansi, memberi kompensasi kepada konsumen untuk berbagai biaya atau kerusakan di masa lalu, atau memberi tahu konsumen tentang program perbaikan rahasia mereka.”

Penggugat sedang mencari ganti rugi moneter untuk kerusakan yang diderita, bantuan deklarasi dan putusan sela ganti rugi publik. Meskipun belum diungkap berapa banyak individu yang menggugat, CSK & D mengatakan dalam dokumentasi pengadilan lebih dari 500 pengguna mengalami masalah drifting pada DualSense.

CSK & D sebelumnya mengajukan gugatan class action serupa terhadap Nintendo pada Juli 2019, menuduh bahwa perusahaan mengetahui adanya cacat yang menyebabkan pengontrol Switch Joy-Con drift. Pada Maret 2020, Pengadilan Distrik Amerika Serikat untuk Distrik Barat Washington menyerahkan kasus tersebut ke arbitrase, sekaligus menolak tawaran Nintendo untuk membatalkan kasus tersebut.

Microsoft juga menghadapi gugatan class action terkait cacat produk yang menyebabkan pengontrol Xbox drift. Pemegang platform baru-baru ini mengeluarkan pernyataan baru yang meminta agar gugatan tersebut dibawa keluar dari ruang sidang dengan melalui arbitrase, sehingga sengketa diselesaikan oleh hakim yang tidak memihak.

Tools MetaHuman Creator dari Epic Bisa Buat Karakter Manusia di Game Kurang dari Satu Jam

GAMEFINITY.ID, Jakarta – Epic Games baru-baru ini mengumumkan temuan terbarunya yang dinamakan MetaHuman Creator. Tools berbasis browser ini mengandalkan kinerja mesin game Unreal Engine. Dengan MetaHuman Creator, pengembang game dapat menciptakan karakter game tampak lebih realistis. Aplikasi ini berjalan menggunakan jaringan cloud melalui layanan Unreal Engine Pixel Streaming.

Menurut Vice President for Digital Humans Technology at Epic Games, Vladimir Mastlovic, dikutip dari The Verge, tools ini diharapkan dapat membantu para pengembang menyelesaikan desain karakter dalam format 3D, yang sering kali dianggap sebagai salah satu tugas paling berat dalam mengembangkan game.

Hampir seluruh pengembang game “AAA” telah menciptakan karakter dengan format ini, demi menampilkan karakter di dalam game tampak terlihat lebih nyata. Proses ini sendiri tidak mudah, dan memakan waktu hingga berhari-hari bahkan berminggu-minggu bagi para animator dan ilustrator berpengalaman untuk menciptakan karakter.

Epic mengklaim dengan teknologi MetaHuman Creator, animator disebut-sebut akan menghemat proses pembuatan karakter, yang tadinya membutuhkan waktu satu pekan menjadi satu jam saja.

“Setelah beberapa dekade melakukan penelitian dan pengembangan, dan terima kasih untuk membawa 3Lateral, Cubic Motion, dan Quixel ke keluarga Epic, hambatan tersebut bisa dihilangkan berkat teknologi Unreal Engine dan kami dengan bangga memperkenalkan MetaHuman Creator,” kata Mastlovic.

Melalui kanal YouTube Unreal Engine, pihak Epic Games turut mengunggah sebuah video demonstrasi singkat yang menunjukkan kemampuan tools anyarnya itu. MetaHuman Creator memungkinkan pengguna untuk membuat karakter dengan melakukan sejumlah kustomisasi, mirip seperti ketika sedang menciptakan karakter ala game The Sims 4.

Programer game dapat menentukan bentuk wajah, memindahkan posisi mata dan hidung, hingga memilih warna kulit yang nantinya akan diaplikasikan pada karakter. Pihak Epic Games akan memberikan akses awal (early access) kepada para pengembang game dalam beberapa bulan ke depan. Adapun peluncuran versi full dari tools tersebut masih belum diketahui jadwalnya secara pasti.

George Russell Dominasi Ajang Balap Virtual Formula 1 dengan Enam Kemenangan Beruntun

GAMEFINITY.ID, Jakarta – Pembalap Williams George Russell menang untuk enam kalinya secara beruntun di seri balap virtual Formula 1 pada Minggu (14/2/2021). Sementara Haas berhasil merebut titel juara tim mengalahkan Ferrari.

Pembalap berusia 22 tahun asal Inggris itu menjuarai versi Esports dari Grand Prix Brazil di Sirkuit Interlagos. Empat kemenangan Russell sebelumnya diraih secara beruntun di balapan virtual tahun lalu, yang digelar untuk mengisi kekosongan kompetisi karena pandemi COVID-19.

Seperti diberitakan Reuters, tahun ini turnamen mini tersebut terdiri dari tiga seri dan diikuti oleh para gamer profesional serta pembalap sebenarnya menggunakan platfom video gim Formula 1 dengan hadiah 100.000 USD (sekitar Rp1,4 miliar) yang akan didonasikan oleh tim-tim pemenang. Kejuaraan Formula 1 virtual Pro Series akan start lebih larut tahun ini.

Pada balapan terakhir, Russel yang start dari P14 diuntungkan dengan insiden tabrakan beruntun di tikungan pertama di lap pembuka. Russell menggunakan ban soft ketimbang medium yang digunakan sebagian besar peserta di balapan sepanjang 36 putaran itu. Meski demikian, Russell mampu memanfaatkan kompon ban yang lebih lunak itu hingga finis pertama.

Meski melewatkan seri pertama tahun ini, Russell menjuarai seri kedua di Sirkuit Silverstone pekan lalu. Haas, yang diwakili dua pembalap Brazil Enzo dan Pietro, keduanya merupakan cucu dari juara dunia dua kali Emerson Fittipaldi, berhak menjadi tim juara dan meraih 20.000 dolar AS yang disumbangkan untuk Grand Prix Trust.

Enzo, pemenang balapan pertama di tengah absennya Russell, menjadi juara keseluruhan turnamen virtual mini itu. Mantan pembalap Red Bull Alexander Albon, sekarang bertugas sebagai pembalap cadangan, menyelesaikan balapan di tempat ketiga di belakang Enzo Fittipaldi.

Mihoyo Perbaiki Masalah Quest di Genshin Impact, Traveler Dapat Kompensasi Primogem

GAMEFINITY.ID, Jakarta – Mihoyo telah memperbaiki permasalahan terkait quest di Genshin Impact, Minggu (14/2/2021). Sebagai kompensasinya, Traveler bisa mengklaim primogem secara gratis. Sebelumnya, pada quest Dunia “The Illumiscreen: II”, beberapa Traveler mengalami kesulitan ketika menyelesaikannya.

Dalam laporannya, tim pengembang Genshin Impact melaporkan bahwa harta karun di Minlin dalam Quest Dunia “The Illumiscreen:II” tidak bisa digali. Minlin sendiri ialah wilayah di bagian barat Liyue, dimana quest tersebut berlangsung.

Akibat dari permasalahan tersebut, Traveler tidak bisa menyelesaikan quest tersebut dan mendapatkan reward. Kini, Mihoyo telah memperbaiki kendala tersebut. Dengan demikian, Traveler yang ingin menyelesaikan quest World “The Illumiscreen: II” sekarang sudah bisa bermain dengan normal kembali.

Sebagai kompensasi atas masalah tersebut, Mihoyo memberikan memberikan primogem yang dapat diklaim para Traveler. Syaratnya, Traveler harus sudah mencapai Rank Adventure Level 5 ke atas supaya dapat mengklaim 50x primogem.

Hadiah tersebut telah dikirimkan langsung lewat pesan in game Genshin Impact. Mihoyo mengingatkan hadiah tersebut harus segera diklaim sebelum 17 Februari 2021 pukul 14:45 Waktu Server. Lumayan, bisa buat gacha berikutnya!