GAMEFINITY.ID, Jakarta – Sony Pictures dan PlayStation Productions sedang mengembangkan film yang diadaptasi dari game petualangan aksi yang sangat sukses, Ghost of Tsushima, dengan Chad Stahelski ditunjuk sebagai sutradaranya. Nama terakhir itu dikenal sebagai sutradara dari trilogi John Wick, dan baru saja akan memulai proses syuting film keempatnya.
Ghost of Tsushima baru-baru ini mencatat sejarah dengan penjualan lebih dari 6,5 juta kopi sejak debut Juli 2020.Game ini dikembangkan oleh Sucker Punch Productions dan diterbitkan oleh Sony Interactive Entertainment dan berpusat pada perjuangan prajurit samurai Jin Sakai, anggota terakhir klannya untuk kebebasan Tsushima.
Stahelski, Alex Young dan Jason Spitz memproduksi film ini melalui perusahaan mereka 87Eleven Entertainment. Asad Qizilbash dan Carter Swan akan memproduksi atas nama PlayStation Productions. Sucker Punch Productions akan bertindak sebagai Produser Eksekutif. Peter Kang mengawasi proyek atas nama studio.
“Kami sangat senang dapat bermitra dengan Chad dan 87Eleven Entertainment, untuk membawa visi mereka tentang kisah Jin ke layar lebar. Kami senang bekerja dengan mitra kreatif seperti Chad, yang memiliki hasrat untuk game, memastikan kami dapat membuat adaptasi yang kaya dan akan menggairahkan penggemar serta pemirsa baru,” kata Asad Qizilbash, Kepala Produksi PlayStation, dikutip dari Deadline.
Ghost of Tsushima mencatat penjualan tercepat di PlayStation 4, terjual lebih dari 2,4 juta unit di seluruh dunia dalam 3 hari pertama. Game tersebut menjadi salah satu nominasi teratas untuk Game Awards 2020 dengan beberapa nominasi, termasuk Game of the Year, Best Game Direction, Best Narrative, dan Best Performer untuk Daisuke Tsuji.
Film ini akan menjadi film kedua yang keluar dari kemitraan antara Sony Pictures dan PlayStation Productions, dengan Uncharted yang diperankan bintang Spider-Man, Tom Holland saat ini dalam pascaproduksi dan akan dirilis pada 11 Februari 2022.
Sony Pictures Television dan PlayStation Productions juga mengembangkan serial TV The Last of Us untuk HBO, dengan Craig Mazin sebagai penulis dan produser eksekutif.
GAMEFINITY.ID, Jakarta – Tahun ini menandakan 25 tahun eksistensi Crash Bandicoot sebagai game. Bertepatan dengan itu, King merilis Crash Bandicoot: On the Run untuk iOS dan Android. Sang developer itu sendiri mengklaim game ini sebagai game paling “Crash” yang pernah ada.
Crash Bandicoot: On the Run merupakan game mobile runner yang menampilkan sang ikon marsupial, Crash Bandicoot dan Coco Bandicoot berlari menghindari rintangan sepanjang level, untuk menggagalkan rencana jahat Dr. Neo Cortex menguasai semua dimensi. Satu hal yang ditekankan King, game ini bukanlah “endless runner”, melainkan “runner”.
Ini berarti Crash atau Coco tidak hanya berlari tanpa tujuan ketika memasuki suatu level, melainkan memang perlu menjalankan sejumlah misi dan menyelesaikan tantangan hingga mencapai garis finish (dalam hal ini, warped room). Justru berlari dengan tujuanlah yang membuat game ini lebih menyenangkan, daripada sekadar berlari dengan kecepatan yang akan terus bertambah guna meraih skor maksimal semata.
Game ini mengembalikan beberapa elemen klasik seperti wumpa fruit, crate, TNT crate, nitro crate, wumpa fruit, hingga beberapa musuh legendaris seperti Neo Cortex, N. Brio, Dingodile, dan lainnya. Beberapa desain level juga diadaptasi dari level ikonik game, seperti Boulder Dash, Turtle Woods, Lost City, Temple Ruins, dan the Lab.
Bagi yang sudah 25 tahun setia memainkan game Crash Bandicoot, rasanya akan langsung familiar dengan mekanisme dari game. Seperti game runner pada umumnya, pemain akan terus berlari secara otomatis hingga mencapai tujuan akhir dari level, yakni mengalahkan minion dan para bos dengan melemparkan item-item khusus (serum, bomb, raygun, bazooka). Setelah berhasil menyelesaikan level, pemain akan mendapatkan power gems.
Apabila pemain menabrak dinding atau musuh, atau meledak karena tertabrak nitro/TNT crate, maka pemain gagal menyelesaikan level dan harus mengulang level, atau bisa melanjutkan lari dari checkpoint terdekat.
Pemain bisa mengambil Aku-Aku mask, dengan tiga mask akan membuat pemain bisa mengakses invincibility selama waktu tertentu (pelarian tetap berhenti apabila menabrak dinding).
Untuk bisa mengakses level dan mengalahkan musuh di Battle Run, pemain perlu meracik item tertentu di Lab. Bahan-bahan untuk meracik item seperti nitric funguses, chill berries dan sebagainya dapat dikumpulkan dalam mode Collection Run, yang masing-masing level menyediakan bahan-bahan tertentu yang berbeda dan tersimpan datam crate berisi sumber daya. Sejumlah item juga bisa didapatkan secara gratis di vending machine, dengan menonton iklan, atau dengan membelinya dengan Crystal.
Selain Battle Run dan Collection Run, pemain juga bisa memainkan Challenge, dimana pemain harus menyelesaikan level tanpa checkpoint untuk mendapatkan colored gems atau Crystal (Gem Run), atau memecahkan semua kotak untuk mendapatkan item khusus (Challenge Run). Mode lainnya ialah Time Trial yang mekanismenya sama seperti game original, dimana pemain harus mencetak waktu tercepat untuk mengoleksi relic (safir, emas, platinum), dengan bantuan time crate yang bisa dipecahkan untuk menghentikan waktu sementara (hingga tiga detik).
Pemain juga bisa memainkan Survival Run, dimana pemain bisa berlari bersama pemain-pemain lainnya secara bersamaan. Mode terbaru ini menjadi keunikan tersendiri dari game, sehingga Crash Bandicoot: On the Run tidak hanya menjadi game single player tapi juga bisa dimainkan multiplayer.
Grafik (9/10)
Tentunya akan sulit dan terlalu detail apabila versi grafis milik konsol seperti N Sane Trilogy dimuatkan ke layar seluler. Di sinilah para pengembang di King telah melakukan pekerjaan yang sempurna untuk Crash Bandicoot: On the Run. Kesan nostalgia langsung terasa begitu Crash mulai berlari.
https://www.youtube.com/watch?v=cvEIrWAmRY4
Dengan grafik in game yang halus dan desain level lebih segar dan bersih, sangat pas untuk menemani Crash berlari sepanjang level melewati rintangan dan memecahkan kotak. Tampilan yang lebih berwarna untuk ukuran game mobile membuat gamer langsung bisa meraskan kesan bersahabat saat memainkan game ini.
Sama seperti game versi konsolnya, pemain juga bisa melihat animasi Crash dan Coco ketika berhasil menyelesaikan level, hingga animasi kematian Crash dan Coco yang beragam. Berbagai efek visual seperti kotak meledak, hancur, dan musuh terlempar juga terlihat pas untuk menambah kesan nostalgia bagi para pemain veteran Crash Bandicoot. Ditambah lagi, pemain juga akan ditemani lagu-lagu dan efek suara ala Crash Bandicoot yang memang merupakan ciri khas dan keunggulan tersendiri dari franchise Crash Bandicoot.
Kontrol (9/10)
Sama seperti game runner lainnya, kontrol dalam Crash Bandicoot: On the Run juga sangat sederhana. Pemain hanya cukup swipe dan tap. Swipe kiri dan kanan untuk menggerakkan Crash, swipe bawah untuk slide dan swipe atas untuk melompat, sedangkan tap untuk spin. Gerakan Crash juga dibuat seidentik mungkin dengan versi konsol.
Skill baru dari Crash adalah dengan melempar item seperti berries untuk meledakkan nitro crate atau menghajar musuh dari jauh. Mendekati akhir dari tiap level (Battle Run), pemain akan berhadapan dengan bos. Setelah berhasil mendekati bos, pemain perlu melemparkan item dengan cara mengetuk layar saat meteran berjalan. Jika berhasil tap tepat di tengah meter, pemain bisa mendapatkan tambahan bonus item.
Adiktif (10/10)
Sama seperti game-game Crash Bandicoot lainnya, Crash Bandicoot: On the Run memiliki banyak mode dan misi menantang untuk dimainkan. Setelah pemain berhasil membuka level-level dan mengalahkan bos di Battle Run dan mengoleksi item di Collection Run, pemain akan merasa tertantang untuk mengoleksi colored gems dan relic di Challenge Run, serta berlari bersama pemain lainnya di Survival Run.
Pemain juga akan disibukkan oleh Aku-Aku’s Quests yang menantang pemain menyelesaikan sejumlah misi, dengan imbalan item-item tertentu yang berguna untuk progress pemain ke depannya. Juga masih ada banyak skin (saat ini total 71 skin) yang bisa dibeli pemain dengan crystal, atau dengan transaksi mikro dalam game. Yang pasti game ini memang free to play alias gratis untuk dimainkan secara penuh.
Saat penulis memainkan game ini, beberapa akses mode masih “coming soon”, yang mengindikasikan akan ada banyak pengembangan lainnya yang siap dirilis King. Tentunya masih banyak petualangan yang bisa dimainkan para gamer, yang membuat game ini semakin menarik untuk terus dimainkan.
Kesimpulan
Kembali ke klaim King yang menyebut Crash Bandicoot: On the Run sebagai “the Crashiest Crash game ever“, dalam hal game mobile, penulis merasa klaim itu bukan sekadar omong kosong belaka. Well, sejujurnya penulis sendiri tidak mengingat adanya game mobile Crash Bandicoot: yang memang meninggalkan kesan mendalam untuk pemain setia Crash Bandicoot. Jadi jelas, Crash Bandicoot: On the Run memang menjadi game mobile Crash Bandicoot terbaik saat ini.
Yang pasti, game ini akan dicintai oleh pencinta game platform Crash Bandicoot. Bahkan mengingat sebenarnya game-game platform seperti Crash Bandicoot-lah yang menginspirasi genre mobile runner (khususnya level-level seperti Boulder Dash), agak terasa mengejutkan juga bahwa butuh waktu 25 tahun untuk franchise Crash Bandicoot menciptakan game runner pertamanya. Setidaknya lebih baik terlambat daripada tidak pernah sama sekali, kan?
https://www.youtube.com/watch?v=0BajDKPStjI
Game ini juga menarik untuk dimainkan oleh mereka yang tidak mengenal dunia Crash Bandicoot sama sekali. Malahan dengan memainkan game ini, rasanya pemain akan tertarik memainkan (lagi) game-game platform Crash Bandicoot lainnya.
Untuk pencinta game mobile runner, game ini sedikit mengingatkan penulis terhadap game Gameloft Spider-Man Unlimited. Beberapa elemen asli dari game atau franchise utamanya direkreasi ulang dalam perangkat seluler, dengan sejumlah pembaruan yang menambah keseruan bermain. Ya tentunya penulis berharap Crash Bandicoot: On the Run tidak bernasib seperti Spider-Man Unlimited yang di shut-down oleh pengembangnya.
Dengan mekanisme permainan yang gampang, grafis yang indah, audio dan efek suara yang asyik didengar, dan misi-misi yang menantang, Crash Bandicoot: On the Run menjadi game yang benar-benar mengasyikan untuk para gamer dari beragam genre dan usia. Skor 9.5 rasanya tidak berlebihan untuk diberikan untuk game garapan King ini.
GAMEFINITY.ID, Jakarta – Serial Netflix DOTA: Dragon’s Blood telah tayang perdana pada Kamis (25/3/2021). Menurut ulasan dari The Verge, serial hasil kolaborasi dari Netflix dan Valve itu memang menarik untuk disaksikan, meski gagal menunjukkan apa yang membuat dunia DOTA itu begitu spesial.
“DOTA: Dragon’s Blood merupakan serial fantasi yang menyenangkan, meskipun singkat, dan dapat dinikmati meskipun Anda belum memainkan DOTA. Sayangnya, serial ini sangat sedikit menjelaskan apa yang membuat dunia DOTA menarik,” ulas Andrew Webster dari The Verge.
DOTA: Dragon’s Blood memang diadaptasi dari franchise video game DOTA 2 milik Valve. Serial yang total memiliki 8 episode ini menceritakan tentang Davion, seorang Ksatria Naga yang ingin memusnahkan The Scourge dari muka bumi.
Setelah bertemu dengan ras kuno Eldwurm yang kuat serta Putri Mirana yang memiliki misi rahasianya sendiri, Davion menjadi terlibat dalam sebuah petualangan luar biasa yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Kritik menyasar pada pembahasan plot yang dianggap kurang detail. Hal ini dianggap mengaburkan motivasi karakter untuk melakukan misinya seperti yang diceritakan dalam serial.
“Sulit untuk mendeskripsikan plotnya saja: ada orang yang mencoba menghentikan perang, tetapi beberapa elemen kunci – seperti bunga ajaib yang membuat karakter mempertaruhkan nyawanya- tidak pernah benar-benar dijelaskan. Hampir tidak pernah jelas mengapa hal-hal yang dianggap penting sebenarnya penting.”
Walau begitu, DOTA: Dragons Blood memang diakui memiliki pertunjukan aksi yang menarik untuk dinikmati. Sekadar informasi, animasi dari DOTA: Dragons Blood memang ditangani oleh Studio Mir, sebelumnya dikenal atas karyanya The Legend of Korra. Meski beberapa bagian aksi dianggap terlalu gore dan banyak darah, grafis yang ditampilkan dalam serial memang terlihat cepat dan lancar.
“Dengan banyak kekuatan khusus yang keren dan naga yang tampak berbahaya. Anda tidak perlu memahami DOTA untuk menikmati pertarungan koreografi yang bagus antara kesatria terkuat dan naga yang telah diburunya selama beberapa dekade.”
Meski enak ditonton, DOTA: Dragons Blood dinilai kurang mengembangkan karakter atau dunianya secara sepenuhnya. Padahal penonton dari anime ini sendiri tidak hanya penggemar setia DOTA semata, melainkan penonton baru yang mungkin belum pernah bahkan tidak mengetahui game DOTA sama sekali.
“Apa yang membuat dunia DOTA 2 menarik? Sebagai seseorang yang menonton serial tetapi belum memainkan gamenya, saya tidak dapat memberi tahu Anda. Setelah delapan episode, saya tidak bisa mengatakan bahwa saya lebih tertarik untuk memainkan game DOTA 2 daripada sebelumnya.”
Dragon’s Blood dinilai memang akan dinimati oleh penonton yang memang telah memiliki banyak pengetahuan tentang waralaba DOTA. Sayangnya, serial ini tidak menginspirasi penonton yang belum mengenal dunia DOTA untuk menggali lebih dalam.
GAMEFINITY.ID, Jakarta – Game gratis Epic Games Store berikutnya telah diumumkan. Game puzzle petualangan detektif, Tales of the Neon Sea, dari pengembang Palm Pioneer dan penerbit Thermite Games, bisa didownload oleh user Epic secara gratis mulai 1-8 April.
Tales of the Neon Sea akan menggantikan Creature in the Well, game terinspirasi pinball hack-and-slash dari pengembang Flight School Studio dan penerbit MWM Interactive. Creature in the Well masih gratis untuk diunduh hingga 1 April.
Epic mengklaim pada Januari lalu bahwa Epic Games Store telah menarik lebih dari 160 juta pengguna PC sejak diluncurkan pada Desember 2018. Perusahaan telah memberikan game gratis setiap minggu sejak pasar diluncurkan, termasuk 103 game pada tahun 2020 yang secara kolektif bernilai 2.407 USD harga AS atau sekitar Rp34,7 juta.
Secara total, Epic mengatakan jumlah pengguna yang mengklaim game gratis sepanjang 2020 mencapai lebih dari 749 juta unduhan. Minggu lalum Epic menguraikan visinya untuk masa depan fitur sosial di Epic Games Store, termasuk detail tentang sistem pestanya.
“Kami ingin mengubah Epic Games Store menjadi tempat di mana Anda dapat terhubung dengan teman-teman Anda di seluruh platform, dengan mudah melompat ke pesta dengan obrolan suara, dan bermain game bersama tanpa melewatkan apa pun,” katanya, dikutip dari VGC.
GAMEFINITY.ID, Jakarta – Rocket League akan hadir di perangkat seluler dengan judul “Rocket League Sideswipe”. Game mobile ini merupakan versi baru dari game multiplayer untuk perangkat iOS dan Android. Hal ini diumumkan oleh pengembang Psyonix, Rabu (24/3/2021).
Sideswipe akan menampilkan semua aksi sepak bola mobil Rocket League yang legendaris, hanya sedikit lebih kecil. Game ini akan menampilkan pertandingan 1v1 atau 2v2 yang masing-masing hanya akan berlangsung sekitar dua menit.
Sideswipe juga akan menampilkan multiplayer online. Sama seperti versi asli game, Rocket League Sideswipe akan gratis untuk diunduh dan dimainkan.
Meskipun sebagian besar mekanisme game dapat dikenali oleh mereka yang pernah memainkan Rocket League di platform sebelumnya, Psyonix memperkenalkan beberapa perubahan untuk membantu membuat game lebih mudah dimainkan dan dikontrol di platform seluler.
Game ini akan menampilkan kontrol yang sedikit diubah yang telah dioptimalkan untuk seluler dan perspektif kamera berbeda yang akan membuat mobil pemain mudah memainkannya bahkan di layar kecil.
Psyonix belum mengumumkan tanggal rilis resmi untuk Rocket League Sideswipe, tetapi game ini diharapkan bisa rilis secara global akhir tahun ini. Pengembang juga berencana untuk merilis beta dan tes untuk game tersebut dalam waktu dekat.
Nantinya tes ini akan dibagi berdasarkan wilayah, dan pemain di Australia dan Selandia Baru akan mendapatkan kesempatan pertama mereka untuk menguji permainan mulai Rabu.
GAMEFINITY.ID, Jakarta – Tiga tim Esports asal Indonesia, Morph, Boom ID dan Rubic mewakili Indonesia untuk dalam final kejuaraan Red Bull Mobile Esports Open (MEO) 2021 Season 3. Laga puncaknya akan berlangsung secara virtual akhir Maret ini.
Ketiga tim esports asal Indonesia itu akan bersaing dengan tim dari negara lain untuk berkompetisi Hearthstone, Teamfight Tactics (TFT) dan PUBG Mobile. Khusus untuk tim Morph yang merupakan juara nasional, tim ini didirikan sejak awal Februari 2020 oleh Reza Oktovian dan Matthew berkolaborasi dengan Shinta Bubu.
Salah satu tujuan untuk dibentuknya tim tersebut adalah untuk menjadi wadah dan pengembangan bakat talenta pemain Indonesia. Manajer Kerjasama dan Bisnis dari Mineski selaku perwakilan penyelenggara Red Bull MEO Jati Pratcoyo mengatakan dilibatkannya tim dari Indonesia tidak lepas dari besarnya pasar esports di Tanah Air.
“Indonesia ikut berpartisipasi dalam kejuaraan mobile gaming dunia tahun ini, karena merupakan pasar mobile games terbesar di Asia Tenggara dengan jumlah pemain mencapai 51 juta di tahun 2020. Terlebih sejak pandemic COVID-19, pertumbuhan pemain rata-rata 10-15% perbulan,” kata Jati Pratcoyo dalam keterangan resmi yang diterima media di Jakarta, Kamis (25/3/2021).
MEO 2021 melibatkan juara nasional dari 28 negara. Sejalan dengan tier tertinggi kompetisi ini, final dunia akan menyodorkan para fans sebuah perayaan digital festival salah satu kota tercantik di dunia yaitu Istanbul; termasuk tur virtual, siaran langsung hingga tantangan yang interaktif.
Lokasi unik Istanbul yang terletak diantara benua Asia dan Eropa membuatnya sangat cocok menjadi tempat pertarungan digital kejuaraan dunia Red Bull MEO. Tempat turnamen akan menampilkan 3 lokasi ikonik di Istanbul yang penuh dengan sejarah untuk kompetisi Red Bull MEO Season 3 ini.
Kompetisi Hearthstone akan bertanding di Grand Bazaar, salah satu pasar tertua dan terbesar di dunia; turnamen TFT akan mengambil tempat di Ortakoy Square yang dinamis, sedangkan final PUBG Mobile akan dibagi menjadi 2 kejuaraan event regional Timur dan Barat, untuk memberikan pengalaman yang terbaik buat para pemain.
Pengukuhan juara Timur dan Barat Red Bull MEO Season 3 ini akan mengambil tempat di Stasiun Kereta Api Haydarpasa dan Pelabuhan Haydarpasa. Para penonton final akan dilibatkan dalam permainan pencarian harta karun di area PUBG Mobile. Selain itu juga tersedia tur virtual tempat-tempat ikonik Istanbul termasuk Sultanahmet Square dan Menara Galata, video konten, interaktif hingga mini games.
Istanbul sudah menjadi tuan rumah Red Bull MEO Final Nasional untuk Turki pada Juli tahun lalu; sebuah event yang sangat istimewa dimana para pemain bertanding di dalam mobil mereka di sebuah kapal yang bergerak untuk memastikan protokol kesehatan social distancing.