GAMFINITY.ID, Kota Batu – FIFA, game sepakbola besutan EA, mengumumkan akan mengganti namanya mulai pada tahun 2023. EA sendiri mengumumkan bahwa FIFA akan berganti nama menjadi EA Sports FC. Hal ini terjadi dikarenakan EA yang mengakhiri kontrak kerjasama dengan Fédération Internationale de Football Association yang sudah berjalan selama 3o tahun.
Diumumkan pada sebuah post dalam sebuah blog, EA Sports mengatakan bahwa perubahan nama akan hadir setelah game FIFA selanjutnya, dengan informasi tambahan EA Sports FC pertama akan hadir pada Juli 2023.
“Sebuah panggung yang baru ini akan membawa kesempatan yang baru untuk berinovasi, berkarya, dan berkembang.”, kata Cam Weber, seorang GM Grup di EA Sports.
Weber juga memberi pernyataan tegas bahwa meskipun telah kehilangan lisensi penamaan, game ini masih akan tetap mempertahankan lisensi lainnya. Lisensi yang akan dijaga nantinya adalah, 19.000 lebih pemain, 700+ klub, 100+ stadion, dan 30 liga. Hingga saat ini FIFA masih belum memberikan pernyataan resmi.
David Jackson, presiden dari EA Sports berbicara kepada BBC tentang beberapa hal yang akan berubah drastis. Ia menyatakan bahwa nama dan konten dari FIFA World Cup akan sedikit berbeda dari biasanya, namun untuk hal lainnya masih relatif sama.
Game FIFA terakhir yang akan dirilis EA dinyatakan akan membawa berbagai fitur dan konten terbanyak dari game FIFA yang pernah ada. Hal tersebut termasuk fitur baru, mode permainan baru, dan berbagai konten liga, klub, serta kompetisi baru. Weber juga menambahkan informasi lanjutan terkait EA Sports FC akan dipublikasikan pada Juli 2023.
EA sebelumnya telah memikirkan nama baru untuk menamai ulang seri game miliknya dan keputusannya jatuh pada EA Sports FC. Beberapa laporan menyatakan bahwa FIFA ingin menghargai lisensinya seharga US$1 Miliar setiap 4 tahun.
CEO dari EA, Andrew Wilson juga menyatakan bahwa lisensi seharga US$1 Miliar hanya untuk 4 huruf “FIFA” yang ada di tampilan depan sebuah box. Dia juga menambahkan bahwa dia berani untuk berargumen bahwa nama FIFA sendiri lebih dikenal sebagai sebuah video game dibandingkan sebagai nama sebuah organisasi.
Sebagai franchise tersukses dalam aspek penjualan dan after-sale di dunia, menarik untuk ditunggu bagaimana masa depan dari game ini. Pasalnya, dari awal game ini rilis, namanya adalah FIFA dan tidak pernah berganti-ganti.
GAMEFINITY.ID, Kota Batu – Game lawas atau ada juga yang menyebutnya game klasik, memiliki pengertian yang berbeda-beda bagi setiap individu. Ada yang bilang kalau game lawas merupakan game yang rilis di zaman tahun 2000-an atau lebih tua, ada yang bilang game yang rilis di abad ke-20 dan masih banyak lagi. Namun, sesuai dengan namanya kita dapat sepemahaman bahwa game lawas sendiri merupakan sebuah game yang telah dirilis jauh di waktu yang lalu.
Seiring dengan perkembangan zaman yang juga memajukan teknologi. Industri game juga ikut berubah dengan menawarkan berbagai grafis, efek suara, dan aspek lain. Hal itu menjadi nilai dari sebuah game dan menjadi salah satu game unggulan.
Berkaca dari hal tersebut, maka game lawas seperti yang ada pada SNES, PlayStation 1, dan PC di tahun 1990-an hingga 2000-an akan kalah jauh bila dibandingkan dengan game-game modern saat ini. Akan tetapi, apakah hal tersebut dapat membuat game lawas menjadi tidak relevan lagi untuk dimainkan?
Menurut saya pribadi tidak, dan tidak akan terjadi. Hal itu karena ada sesuatu yang menjadikan orang akan suka dengan game lawas tersebut. Seperti hal-hal berikut ini
Game Lawas Lebih Dikenang
Sebagai seorang yang sudah bermain game sejak kecil, tentu saja saya memiliki banyak cerita dengan game-game lawas yang ada pada PlayStation 1 karena hanya konsol itu yang menemani saya di masa kecil. Ya, dapat dikatakan game lawas dapat membawa kembali nostalgia.
Seperti saya yang bermain kembali Crash Team Racing di laptop untuk membalaskan dendam kepada Dr. Oxide yang waktu kecil belum dapat saya kalahkan. Mungkin ada juga alasan orang lain yang ingin mengenang masa kecil dengan memainkan game yang ia mainkan pada saat itu.
Banyak yang beranggapan bahwa grafis dari game di tahun 1990-an adalah grafis yang sudah outdated. Memang, bila kualitas grafis tersebut digunakan dalam game yang rilis di tahun 2020-an dapat dikatakan outdated. Namun, di masanya, hal tersebut merupakan sebuah grafis yang dapat dikatakan sebagai grafis yang bagus.
Kita ambil contoh game berjudul Half Life yang ada di PC. Game tersebut merupakan salah satu game yang mengubah dunia game fps. Game besutan Valve ini mampu menembus skor 96 pada website di Metacritic. Dengan grafis yang jauh di bawah game fps modern seperti CoD Vanguard, Half Life mampu mengungguli dengan jarak skor yang begitu jauh.
Lalu, apa yang menjadi nilai dari Half-Life? Jawabannya adalah pengembangan dan inovasi. Half-Life sendiri dikembangkan pada tahun 1990-an dengan Quake Engine yang dimodifikasi, kualitas grafis yang revolusioner bila dibandingkan dengan Doom, dan konsep fresh dari sisi cerita dan cara penyampaiannya.
Hal tersebut membuat Half-Life menjadi gamemasterpiece yang dapat mengubah industri game hingga saat ini. Tanpa Half-Life mungkin kita tidak dapat bermain game fps kompetitif seperi Counter Strike yang awalnya merupakan mod dari Half-Life.
Pengembang yang Dulu Masih Punya Effort dan Inovasi
Kalian pasti mengenal Electronic Arts atau disebut EA. Pengembang dan penerbit yang terkenal akan microtransaction-nya ini dulu pernah mengembangkan sebuah game legendaris. Game tersebut adalah Need for Speed Most Wanted, game yang terkenal dengan permainan police chase miliknya yang hingga saat ini masih menjadi acuan.
Banyak pengembang lain yang juga merilis berbagai judul game legendaris sebelum menjadi perusahaan yang haus akan uang. Rockstar dengan GTA: SA, CapCom dengan Resident Evil 4, Ubisoft dengan Far Cry 2 yang revolusioner untuk membawa nilai realistis, CryTek dengan Crysis yang saat itu menjadi game paling berat untuk dimainkan, dan bahkan Nintendo yang masih dapat merilis judul game Mario sejak dulu hingga saat ini.
Hal ini menunjukkan bahwa game lawas rata-rata dibuat dengan sepenuh hati oleh pengembang untuk para pemain dan bukan hanya meraup keuntungan dengan menjual game yang disusul berbagai DLC yang terus berlanjut seperti GTA V.
Meskipun game modern juga banyak yang berkualitas seperti Elden Ring dan Red Dead Redemption 2, bukan berarti game lawas telah menjadi tidak relevan untuk dimainkan saat ini. Karena sebuah game tidak hanya dinilai dari kualitas grafis dan semacamnya, namun juga dinilai dari kandungan pada game tersebut.
Membawa nilai nostalgia, memberikan arah perubahan baru dalam dunia industri game, dan para pengembang yang masih berlomba untuk menjadikan game-nya sebagai game terbaik. Hal-hal tersebut juga merupakan salah satu nilai sendiri yang dapat mempengaruhi kualitas dari sebuah game, dan salah satu contohnya adalah beberapa judul game lawas. Ditambah lagi kemudahan akses ke beberapa game tersebut untuk bermain dengan menggunakan emulator.
Mau tahu opini para gamers terkait gameplay dan games lainnya dapat dilihat di Gamefinity. Jangan lupa untuk top upgames kesayangan kalian dengan mudah dan murah di Gamefinity.id
GAMEFINITY.ID, Kota Batu – Nintendo 3Ds, merupakan sebuah konsol handheld besutan Nintendo yang ditujukan untuk menjadi penerus dari Nintendo DS. Memiliki banyak fitur baru yang dihadirkan, Nintendo 3DS menjadi sebuah konsol handheld yang dapat dikatakan sukses bila kita melihat penjualannya yang melebihi PS VITA.
Namun, hadir pada generasi ke-8 konsol game, merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi 3DS. Pasalnya kemunculan 3DS sendiri memiliki kondisi dan situasi yang jauh berbeda saat perilisannya dari kondisi saat masa perilisan NDS. Selain memiliki saingan yaitu PS VITA yang memiliki mesin gahar pada waktu itu, 3DS juga harus bersaing dengan pasar game mobile yang pada saat itu sedang naik daun.
Sejarah Nintendo 3DS
Memulai eksperimen tentang teknologi stereoscopic 3D video game padatahun 1980-an dengan Famicom 3D yang beberapa game sudah menggunakan teknologi tersebut, Nintendo hanya menemui kegagalan pada konsol setelahnya. Dimulai dari Virtual Boy yang mengusung konsep 3D namun gagal di pasaran. Lalu ada juga Nintendo Gamecube dan Game Boy Advance SP yang rencananya dibekali teknologi tersebut, namun sayangnya semua berakhir dengan kegagalan.
Dimulai dari rumor yang beredar pada tahun 2009 tentang penerus dari Nintendo DS yang ada dalam tahap pengembangan. Pada Oktober 2009, tabloid Bright Side memunculkan rumor bahwa GPU Tegra milik Nvidia telah dipilih oleh Nintendo untuk penerus Nintendo DS. Tahun berikutnya, pada 16 Februari 2010, majalah Computer dan Video Games mengatakan bahwa beberapa pengembang asal Jepang sudah meminta SDK (software development kit) untuk penerus Nintendo DS.
Nintendo pada akhirnya mengumumkan secara resmi tentang keberadaan Nintendo 3DS sebagai penerus dari Nintendo DS pada 23 Maret 2010. Tentu saja berita ini mengejutkan media yang pada saat itu Nintendo DSi XL baru saja diumumkan. Gambar pertama kali dari Nintendo 3DS muncul pada berkas dari Mitsumi Electric untuk FCC (Federal Communication Commision).
Konsol 3DS pertama kali dikenalkan pada acara E3 di tahun 2010. Beberapa game yang diumumkan pada saat event tersebut sangatlah beragam dari berbagai pengembang. Square Enix hadir dengan Kingdom Hearts dan Final Fantasy, Konami hadir dengan Metal Gear Solid 3: Snake Eater 3D, Capcom hadir dengan Resident Evil Revelations, Ubisoft hadir dengan Assassin’s Creed: Lost Legacy, dan masih banyak lagi.
Pada 29 September 2010, Nintendo mengumumkan perilisan Nintendo 3DS di regional Jepang akan hadir pada 26 Februari 2011. Nintendo pada saat itu juga mengumumkan beberapa fitur baru 3DS, pilihan warna yaitu Aqua Blue dan Cosmos Black, serta harganya ¥25,000 untuk regional Jepang.
Setelahnya pada tanggal 19 Januari 2011, Nintendo melakukan dua press release di Amsterdam dan New York. Mereka mengumumkan bahwa Nintendo 3DS akan hadir pada 27 Maret 2011 untuk daerah Amerika serta 25 Maret 2011 untuk daerah Eropa dengan penentuan harga yang diatur oleh retailer.
Peluncuran Nintendo 3DS di Jepang dibanderol dengan harga ¥25,000 yang rilis pada 26 Februari 2011, lalu disusul perilisan di Amerika dengan harga US$249.99, 27 Maret 2011 di Eropa dengan harga yang beragam, serta 31 Maret 2011 di Australia dan Selandia Baru dengan harga A$349.99.
Namun, pada 28 Juli 2011, Nintendo memotong harga 3DS hampir sepertiganya. Untuk “mengganti rugi” beberapa pelanggan yang membeli 3DS sebelum pemotongan harga, Nintendo memberikan beberapa game NES dan GBA gratis dengan syarat pengguna harus login ke Nintendo e-Shop sebelum 21 Agustus 2011.
Penjualan 3DS sendiri dapat dikatakan sebagai sebuah kesuksesan. Angka penjualannya sendiri telah mencapai angka 3,61 juta unit di seluruh dunia pada akhir Maret 2011. Angka tersebut naik beberapa kali lipat menjadi 15,03 juta unit pada akhir tahun 2011. Total, 75,77 juta unit telah terjual per 31 Maret 2020.
Tergerus oleh Zaman
Meskipun penjualannya dapat dikatakan sebagai sebuah kesuksesan dengan angka lebih dari 70 juta unit terjual, nyatanya Nintendo masih gagal dalam melanjutkan kesuksesan besar dari NDS. Pada 2009 sendiri, Nintendo dilaporkan telah menguasai lebih dari 60% pada pasar konsol handheld dan juga berhasil menjual NDS di angka lebih dari 150 juta unit. Hal ini membawa NDS sebagai konsol terlaris peringkat kedua di dunia, hanya berbeda tipis dengan PS2 yang merupakan home console.
Seperti halnya yang terjadi pada PS VITA, 3DS juga harus berhadapan dengan adanya pasar mobile gaming yang pada saat itu sedang naik daun. Hal ini yang menjadi salah satu alasan 3DS tidak sesukses pendahulunya yaitu NDS.
Perbedaan kondisi pasar merupakan salah satu alasannya. Pada masa NDS rilis yang dibarengi dengan PSP, jarangnya perangkat yang dapat menjalankan media dengan mudahnya saat dibawa kemanapun merupakan sebuah alasan mengapa konsol handheld pada saat itu laris manis. Berbeda di dekade 2010-an, perkembangan smarthpone yang dapat mencakupi kebutuhan sehari-hari hingga dapat memenuhi kebutuhan bermain game seseorang.
Perbedaannya dengan PS VITA ialah beberapa versi pembaruan dari 3DS yang dapat meraih kesuksesan. Nintendo 2DS, 3DS Xl, 2DS XL, dan 3DS LL, semuanya mendapatkan tanggapan yang baik dari pelanggan. Berbeda dengan PS VITA yang versi pembaruannya justru memiliki tanggapan yang mayoritas negatif dari konsumen dan tidak membantu pemasaran dari konsolnya.
Meskipun tergerus zaman dan persaingan, tidak dapat dipungkiri bahwa Nintendo 3DS masih membawa Nintendo menjadi raja konsol handheld hingga saat ini. Nintendo pun akhirnya juga belajar dari kondisi pasar yang ada dan menciptakan Nintendo Switch sebagai konsol hybrid yang dapat menjadi konsol handheld dan home console dalam satu perangkat.
Beberapa game terkenal yang ada pada Nintendo 3DS adalah Animal Crossing: New Leaf, Fire Emblem: Awakening, The Legend of Zelda: A Link Between World, The Legend of Zelda: Ocarina of Time 3D, Xenoblades Chronicle 3D, dan masih banyak lagi.
GAMEFINITY.ID, Kota Batu – Sabtu (7/5), baru saja dilaksanakan sebuah kualifikasi untuk memperebutkan slot SEA Wildcard AoV International Championship 2022 (AIC 2022). Slot tersebut diperebutkan oleh runner-up dari AoV Star League Spring 2022, yaitu Archangel dari Indonesia. Selain itu, terdapat 3 tim undangan khusus dari region MSP, yaitu A Dope Team (ADT) dari Malaysia, Tamago dari Singapura, dan Imperial Esports dari Filipina.
Pada pertandingan Semi Final Upper Bracket yang dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2022, Imperial Esports berhadapan dengan A Dope Team yang berakhir dengan kemenangan A Dope Team dengan skor 2-o. Sementara itu, wakil Indonesia, Archangel, menghadapi Tamago dari Singapura. Pertandingan tersebut juga berakhir 2-0 dengan kemenangan untuk Archangel.
Kedua tim yang kalah, Imperial Esports dan Tamago, berhadapan untuk dapat melaju ke babak selanjutnya pada perandingan Semi Final Lower Bracket yang dilaksanakan di hari yang sama. Imperial Esports berhasil mengungguli Tamago dengan skor 2-0 yang menjadikan Tamago tim pertama yang tereliminasi pada kualifikasi kali ini.
Pada hari kedua, A Dope Team berhadapan dengan Archangel pada babak Upper Bracket Final. Archangel berhasil mengungguli A Dope Team di babak ini dengan skor 2-0 dan berhasil melaju ke babak Grand Final.
Sementara A Dope Team sendiri harus bertanding kembali melawan Imperial Esports untuk memperebutkan tempat di Grand Final kualifikasi kali ini. Pada pertandingan Lower Bracket Final, A Dope Team mampu mengalahkan Imperial Esports dengan skor 2-0.
Dengan kemenangan tersebut, A Dope Team berhak maju ke Grand Final untuk melawan Archangel kembali. Pada Grand Final kualifikasi ini, pemenang akan mendapatkan 1 slot untuk bertanding pada AoV International Championship 2022.
Setelah dapat mengalahkan A Dope Team pada babak sebelumnya, Archangel sendiri mengalami kekalahan di babak Grand Final yang diadakan dengan format Best of 5. A Dope Team, mampu menumbangkan Archangel dengan skor telak 3-0. Dengan hasil tersebut, maka A Dope Team mendapatkan 1 slot pada gelaran AIC 2022.
Tim yang akan Bertanding pada AIC 2022
Hasil tersebut telah menambah daftar tim dari Asia Tenggara yang akan bertanding pada AIC 2022, A Dope Team dari Malaysia akan maju bersama Dewa United Esports sebagai perwakilan Asia Tenggara. Hingga saat ini, terdapat 14 tim yang sudah dipastikan mendapatkan jatah slot untuk AIC 2022 yang akan dimulai pada 16 Juni nanti. Hanya tinggal 2 slot yang masih belum diisi, slot tersebut diperuntukkan untuk tim pemenang dari AoV Pro League Brazil Season 1 dan pemenang dari AoV Arabian Cup.
Berikut adalah daftar sementara dari tim yang lolos untuk dapat bertanding pada AIC 2022:
Vietnam: Saigon Phantom, V Gaming, Team Flash (via Arena of Glory Spring 2022)
Thailand: Bacon Time, Talon eSports, Valencia CF Esports (via RoV Pro League Summer 2022)
Chinese Taipei: Bikertopia Esports, One Team Esports, MAD Team (via Garena Challenger Series Spring 2022)
Indonesia: Dewa United Esports (via AoV Star League Spring 2022)
Asia Selatan: Starry Hope (Myanmar) (via AIC 2022 South Asia Qualifiers)
Eropa: Nova Esports (via AIC 2022 Europe Qualifiers)
Turki: Kaos Next Rüya (via AIC 2022 Turkey Qualifiers)
SEA Wildcard: A Dope Team (via AIC 2022 SEA Wildcard Qualifiers)
Brasil: TBD
MENA: TBD
Untuk informasi AIC update dan mendukung #Indopride hanya di Gamefinity. Untuk top up games kesayangan kalian yang mudah dan terpercaya hanya di gamefinity.id
GAMEFINITY.ID, Kota Batu – Sebuah game, khususnya sebuah franchise, biasanya memiliki pola perilisannya masing-masing. Ada yang masa pengembangannya panjang lalu diisi oleh berbagai DLC seperti seri Grand Theft Auto (GTA). Dan ada juga yang merilis game setiap tahun atau dapat disebut annual release seperti yang dilakukan biasanya oleh game AAA.
Namun, keberadaan dari gameannual release sendiri menjadi masalah problematik tersendiri. Bukan hanya bila dilihat dari perspektif seorang pemain, namun juga ketika dilihat dari perspektif seorang developer.
Apa itu Annual Release
Annual Release merupakan sebuah jadwal perilisan game dari sebuah franchise yang diadakan satu tahun sekali. Sudah banyak contoh game yang menerapkan sistem annual release seperti Call of Duty, Need for Speed, dan game olahraga lainnya seperti FIFA.
Karena setiap tahun rilis, maka hingga saat ini franchise yang menerapkan sistem ini pasti mempunyai judul game yang lebih banyak dari biasanya. Bahkan, seri Need for Speed sendiri yang memulai annual release-nya dari game NFS Hot Pursuit 2, pernah beberapa kali merilis 2 game di tahun yang sama.
Dilema Annual Release dalam Industri Game Saat Ini
Sebagai perilisan sebuah seri game di setiap tahunnya, maka pengembangan annual release sendiri juga terbatas. Hal ini yang menjadi masalah utama dalam industri game saat ini. Pengembangan sebuah game oleh sebuah tim dalam jangka waktu 1 tahun dapat dikatakan merupakan waktu pengembangan yang cukup pendek. Bila berbicara tentang game yang rilis di tahun 2000-an, mungkin saja waktu tersebut dapat terbilang cukup.
Namun, berbicara tentang game AAA akhir-akhir ini, pengembangan dengan waktu 1 tahun merupakan sesuatu yang terkesan memaksa bagi seorang developer. Mulai dari grafis dengan kualitas tinggi, kualitas audio yang biasanya diambil dari sampel asli, dan juga belum termasuk periode pembukaan tahap open dan closedalpha & beta bila diperlukan.
Tentu saja hal ini berdampak dengan kualitas game yang dihasilkan karena terbatasnya waktu yang diberikan sebelum perilisan. Beberapa game yang sejatinya “belum matang” secara terpaksa harus dirilis di publik di tenggat waktu yang sudah ditentukan. Akibatnya, banyak kritikus dan fans garis keras dari seri tersebut mengajukan komplain.
Mari kita ambil contoh dari seri Call of Duty. Call of Duty sendiri sudah melakukan annual release sejak Call of Duty 2 yang rilis di tahun 2005. Namun, mereka telah mengumumkan untuk tidak merilis Call of Duty apapun di tahun 2023. Yang menjadi alasan dari hal ini, tentu saja adalah feedback yang buruk dari para pemain dan kritikus untuk beberapa game Call of Duty di tahun 2010-an. Game seperti CoD Ghost, CoD Advanced Warfare, CoD Infinite Warfare, dan yang baru-baru ini rilis CoD Vanguard merupakan contohnya.
Game-game tersebut mendapat tanggapan yang cenderung negatif di komunitasnya. Yang menjadi masalahnya, adalah kurangnya inovasi yang diberikan oleh developer. Hal ini tentu saja merupakan salah satu dampak dari keterbatasan waktu yang diberikan. Bahkan, game seperti CoD Vanguard sendiri memiliki aset game yang merupakan aset yang sama dari 2 game sebelumnya.
Sebuah Sisi Terang
Meskipun menimbulkan banyak masalah, namun perilisan tahunan bukan tanpa tujuan. Annual release tentu saja dapat membantu para publisher dan developer untuk tetap berada dalam industri game. Alasan ini lebih masuk akal bila kita melihat game seperti FIFA, Madden NFL, dan NBA yang perlu membeli lisensi dari sebuah lembaga setiap tahunnya. Dengan menjual sebuah game dengan full price maka biaya untuk membeli lisensi tersebut dapat ditanggulangi.
Dari sisi pemain, para pemain kasual yang hanya dapat membeli 1 hingga 2 game setiap tahunnya dengan waktu bermain yang sedikit karena kesibukan juga diuntungkan. Karena pada dasarnya, game yang melakukan annual release merupakan game AAA yang memiliki ketenaran yang besar. Karena pemain seperti itu sebagian besar hanya memandang dari nama sebuah franchise, berbeda dengan hardvore gamer yang memang memperhatikan kualitas game hingga detil.
GAMEFINITY.ID, Kota Batu – VN atau dapat disebut juga sebagai Visual Novel, merupakan sebuah genre game yang lebih memfokuskan pada aspek cerita yang disampaikan lewat teks yang dibarengi gambar dinamis maupun statis. Meskipun kurang diminati di Indonesia, VN sendiri sebenarnya cukup populer di kawasan Jepang, Eropa, dan Amerika.
Rata-rata game VN sendiri merupakan game VN berbayar yang mengharuskan pemain untuk membeli game terlebih dahulu. Hal ini juga dapat dimaklumi mengingat pembuatan game VN bukanlah merupakan hal yang murah.
Meski begitu, terdapat beberapa game VN yang tersedia secara gratis. Contohnya, adalah game berjudul Find Love or Die Trying yang dikembangkan oleh Auden Jim. Game ini tersedia secara gratis di platform Steam, sehingga game ini cocok bagi kalian yang ingin coba-coba rasanya bermain game VN.
Find Love or Die Trying VN Interface
Tampilan dari game ini sebenarnya cukup sederhana dan mudah dipahami untuk para pemula yang ingin memulai bermain game VN. Hanya ada beberapa pilihan “New Game”, “Continue”, “Settings”, dan “Exit”.
Pengaturan dalam game ini pun juga sederhana dan terkesan to the point, hanya ada pilihan resolusi, mode layar, kecepatan teks, dll. Pengaturan ini terkesan simpel namun juga tidak terlalu kurang. Namun, memang ada beberapa pengaturan lanjutan yang tidak hadir di dalam pengaturan sehingga mengurangi kustomisasi permainan dari game VN biasanya.
Karena yang dijual oleh game VN merupakan ceritanya, maka di bagian ini tidak akan dijelaskan ceritanya secara detil agar pembaca dapat mencobanya sendiri. Cerita yang ditawarkan oleh game ini sebenarnya tidak terlalu mudah dipahami di awal, namun jawabannya cukup jelas ketika mencapai akhir.
Pemain akan berawal di sebuah pesawat bertemu seorang akuntan bernama Kat yang menyuruh pemain untuk berkencan dengan 5 gadis, yaitu Allie, Scarlet, Yui, Terra, dan Violet, lalu memilih salah satu dari mereka untuk dinikahi. Cerita tersebut memang terlihat sederhana di awal, namun ketika mencapai pertengahan hingga akhir cerita banyak hal yang sedikit kompleks mulai terjadi. Hal tersebut memberi berbagai unsur menarik ke dalam cerita yang awalnya terasa hambar.
Namun, yang sedikit disayangkan adalah jarangnya event yang meruncingkan ending dari ceritanya. Berbeda dari game VN lainnya dimana banyak sekali pilihan yang dapat menentukan akhir cerita. Dalam game ini, hal tersebut hanya ditemui di bagian akhir. Sementara di bagian awal dan pertengahan hanya diberikan pilihan yang tidak merubah cerita apapun. Tetapi, hal ini dapat dimaklumkan, secara ini game gratis jadi tetap worth untuk dicoba.
Admin Rating: 9/10
Find Love or Die Trying Gameplay
Seperti game VN pada umumnya, game ini hanya memiliki permainan dengan membaca teks yang dibawanya. Memang ada beberapa pilihan yang harus dipilih oleh pemain, namun seperti yang sudah dijelaskan, hanya beberapa pilihan yang dapat benar-benar merubah akhir cerita.
Bukan game VN seperti Danganronpa atau Ace Attorney yang mewajibkan pemain untuk berpikir, game ini lebih seperti dibuat santai agar pemain dapat menikmati ceritanya. Total, ada 7 ending yang dapat dicapai oleh seorang pemain. Dalam urusan ending, dengan jumlah 7 milik game ini, dapat dikatakan game ini mempunyai ending lebih banyak dari rata-rata game VN.
Art yang disuguhkan juga terkesan bagus dan menawan. Setiap karakter terlihat untuk memiliki karakternya masing-masing hanya dengan melihat art mereka. Hal tersebut juga dapat membuat pemain betah untuk bermain karena ingin melihat art lainnya.
Admin Rating: 9/10
Find Love or Die Trying Language
Bagi kalian yang ingin menikmati game ini, kalian diwajibkan untuk menguasai bahasa asing terlebih dahulu. Pasalnya game ini tidak mempunyai teks dalam Bahasa Indonesia. Game ini tersedia dalam 4 bahasa, yaitu Inggris, Jepang, Cina (Simplified), dan Spanyol. Hal ini memang dapat menjadi hal krusial untuk pemain Indonesia dapat bermain game ini, namun apa salahnya untuk memulai belajar bahasa asing. Untuk game VN, tersedia dalam bahasa Inggris saja sudah cukup, karena beberapa hanya tersedia dalam Bahasa Jepang dan Cina.
Admin Rating: 8/10
Find Love or Die Trying Audio
Audio dalam game ini dapat dibilang kurang karena tidak adanya suara dari masing-masing karakter. Sebagai game gratis, hal ini dapat dikatakan wajar karena menyewa voice actor dan actress bukanlah sebuah hal yang murah juga. Namun, berbagai audio lainnya seperti BGM dan beberapa SFX dapat dikatakan sudah bagus untuk ukuran game VN gratis.
Game VN mempunyai tingkat addictivity tinggi adalah munculnya rasa penasaran pemain dalam meraih ending yang berbeda. Hal yang sama juga ada dalam Find Love or Die Trying. Game ini juga membuat pemain penasaran bagaimana cerita berakhir dengan ending lainnya. Dan hal tersebut dapat dikatakan dapat memuaskan hati pemain dan membuat game dapat dimainkan beberapa kali setelah pemain menyelesaikan game untuk pertama kali.
Admin Rating: 8.5/10
Kesimpulan
Game Find Love or Die Trying merupakan game VN gratis buatan Auden Jin yang ada di platform Steam. Meskipun gratis, game ini tetap menawarkan kualitas yang tidak seadanya, art yang bagus, gameplay yang menarik, dan cerita yang tidak terlalu sederhana. Meskipun kualitas audio dan kustomisasi terkesan kurang, hal tersebut tidak mengurangi nilai dari game ini secara signifikan.