All posts by Dzakwan Ahmad

Just a college student who like to play games even I have a lot of things to do Je peux si je veux Shirogatana

Berkenalan dengan Game Age Rating System di Seluruh Dunia

GAMEFINITY.ID, Kabupaten Malang – Age rating system dalam sebuah game seringkali hanya menjadi sebuah hiasan yang ada pada box, CD, atau halaman Steam. Namun, age rating nyatanya merupakan hal penting yang selalu diacuhkan oleh sebagian besar orang. Hal ini membuat mereka menyalahkan game tersebut bila ada sesuatu yang tidak diinginkan.

Age rating system untuk sebuah game memiliki berbagai macam versi di berbagai belahan dunia. Berbagai sistem tersebut nantinya akan berlaku untuk sebuah negara atau juga dapat berlaku secara internasional.

Namun, sebelum itu mari kita bahas apa itu age rating system untuk sebuah game.

Apa itu Age Rating System?

Age rating system sendiri merupakan sebuah sistem yang mengatur tingkat censorship untuk sebuah game. Pengaturan tersebut bertujuan agar sebuah game tidak salah target pemasaran serta tidak menyebarkan sebuah hal yang seharusnya tidak dikonsumsi untuk usia dibawahnya.

Meskipun terdengar penting, nyatanya sebuah penelitian menunjukkan bahwa 90% orang tua di dunia tidak pernah mengecek age rating dalam game yang dimainkan oleh anaknya. Hal ini seringkali menyebabkan terjadinya tuduhan bahwa game merupakan biang kerok dari aksi kekerasan dan aksi imoral lainnya.

Berbagai hal yang masuk ke dalam sensor age rating dapat berupa konten visual dalam game seperti seperti penembakan senjata, penusukan senjata tajam, pemukulan, bullying, aktivitas seksual, ketelanjangan, dll. Namun, ada juga censorship yang mengatur tentang microtransaction dalam sebuah game khususnya pada game freemium yang dapat dimainkan oleh semua orang.

Baca Juga: Event Champions Baru Apex Legends Mobile Sudah Dimulai

Age Rating System di Penjuru Dunia

Age rating system paling terkenal dan digunakan secara luas adalah PEGI, ESRB, dan IARC.

Age Rating PEGI | PEGI
Age Rating PEGI | PEGI

PEGI, bagi kalian yang suka menonton sebuah trailer game kemungkinan akan bertemu dengan narator yang membacakan rating PEGI game tersebut.

PEGI merupakan sebuah singkatan dari “Pan European Game Information” yang merupakan sebuah age rating system dari dan berlaku di Eropa. PEGI sendiri penggunaannya telah dianggap luas karena banyak negara yang membuat rating mereka sendiri berdasarkan tingkatan PEGI.

PEGI memiliki 5 tingkatan rating, yaitu PEGI 3, 7, 12, 16, dan 18. Semua rating PEGI memiliki arti bahwa pemain wajib berusia minimal sesuai angka yang disebutkan.

Age Rating ESRB | ESRB
Age Rating ESRB | ESRB

Lanjut, kita punya ESRB yang juga sudah terkenal. ESRB memiliki kepanjangan “Entertainment Software Rating Board” yang berlaku di Kanada dan AS. Sedikit berbeda dengan PEGI, ESRB punya 5 tingkatan yang beberapa tidak terikat umur. Lima tingkat tersebut adalah E (Everyone), E+10 (Everyone 10+), T (Teen), M (Mature 17+), dan A (Adult 18+).

Selain di Amerika Utara ESRB juga dapat ditemukan di Malaysia, Singapura, UEA, dan Arab Saudi di game tertentu.

Selain itu, berbagai negara memiliki age rating system mereka masing-masing. Contohnya seperti Jerman dengan USK, Jepang dengan tiga lisensi CERO, EOCS, dan JRC, Iran dengan ESRA, dan masih banyak lagi.

Age Rating IARC | IARC
Age Rating IARC | IARC

Biasanya, bila sebuah negara tidak memiliki age rating sendiri, mereka akan punya pilihan untuk ikut sensor internasional yaitu IARC (International Age Rating Coalition) yang sama persis dengan tingkat sensor PEGI.

Bagaimana dengan Indonesia?

Age Rating IGRS | Kemkominfo
Age Rating IGRS | Kemkominfo

Sebenarnya, Indonesia sudah memiliki age rating system sendiri sejak 2016. Pada tahun itu, Kemkominfo merilis IGRS atau Indonesia Game Rating System sebagai age rating untuk game yang rilis di Indonesia. Namun, aturan tersebut tidak mutlak karena beberapa game yang didistribusikan di Indonesia masih menganut PEGI dan/atau IARC sebagai acuan.

Ada 5 tingkat sensor pada IGRS, tingkat tersebut yaitu:

SU (Semua Umur): Aman dimainkan oleh seluruh usia.

IGRS 3+: Game tidak mengandung unsur kekerasan, pemakaian obat-obatan, simulasi judi, dan interaksi online.

IGRS  7+: Ketentuan sama dengan IGRS 3+

IGRS 13+: Konten yang dilarang hanya ditunjukkan sebagian, seperti simulasi judi, bahasa kasar, cartoon violence (kekerasan seperti dalam kartun), konten horor, dan adanya interaksi online.

Baca Juga: AoV Hero Guide: Yue, Sang Ratu dari para Hero Harass

IGRS 18+: Konten yang dilarang ditunjukkan sepenuhnya, seperti penggunaan narkoba dan minuman alkohol oleh sang karakter, kekerasan realistis (darah, mutilasi, dan sadis), lelucon orang dewasa, simulasi judi, konten horor, dan adanya interaksi online.

Beberapa contoh game yang sudah menggunakan IGRS adalah game di PlayStation milik Sony seperti Minecraft dan Death Stranding yang berlabel produk resmi Indonesia.

AoV Hero Guide: Yue, Sang Ratu dari para Hero Harass

GAMEFINITY.ID, Kabupaten Malang – Yue, merupakan salah satu hero AoV yang dapat dikategorikan sebagai salah satu hero baru. Meskipun di patch kali ini tidak seganas versi lawasnya, Yue tetaplah seorang hero yang berbahanya.

Pada saat rilisnya Yue menjadi salah satu priority ban dan pick dari tier Diamond hingga Conqueror. Hal ini dikarenakan Yue menjadi salah satu hero harass paling ditakuti oleh archer dan mage. Yue mampu menghasilkan damage besar yang dapat menghabiskan 70% hingga 100% HP musuh dalam sekali atau dua kali skill. Mari kita bahas lebih mendalam tentang hero ini.

Yue Overview

Yue Overview | Personal Archive
Tampilan Hero Yue | Personal Archive

Yue merupakan seorang hero yang termasuk ke dalam kelas mage. Sama seperti sebagian besar mage, Yue memiliki nilai utama dalam attack skill-nya. Hero ini juga memiliki jarak jangkauan skill yang lebih jauh ketimbang hero mage lainnya.

Dalam permainan Yue biasanya akan ditempatkan sebagai seorang midlane. Role ini dinilai cocok untuknya karena Yue sendiri dapat melakukan clear lane dengan cepat. Ditambah lagi, hero ini mampu memberikan damage besar dan mampu membantu lane DS maupun Abyssal bila dibutuhkan.

Penggunaan hero ini di role lainnya sangat tidak disarankan, sehingga bila seseorang pick Yue maka otomatis ia akan menjadi midlaner. Berbeda dengan Ryoma dan Veres yang bila di-pick masih ambigu mau ditaruh mana.

Yue Skill

Yue Passive Skill: Borrowed Might

Yue Passive 1 | Personal Archive
Yue Enhanced 1st Skill | Dokumentasi Dzakwan Ahmad
Yue Passive 2 | Personal Archive
Yue Enhanced 2nd Skill | Dokumentasi Dzakwan Ahmad

Pasif dari Yue ini pada intinya merupakan sebuah enhanced version dari skill 1&2 miliknya. Biasanya skill 1&2 milik Yue hanya mengeluarkan 2 kipas, namun pasif Yue memungkinkan dirinya untuk mengeluarkan 4 kipas dalam sekali waktu. Pasif inilah yang membuat Yue ditakuti sejak hasil dari pasif ini dapat membunuh seorang archer atau mage dari sekitar 80%HP mereka.

Pasif ini dapat diaktifkan ketika Yue menggunakan skill 1 atau 2 miliknya dua kali.

Skill 1: Aqua Force

Yue 1st Skill | Personal Archive
Yue 1st Skill | Dokumentasi Dzakwan Ahmad

Skill pertama dari Yue ini dapat dibilang merupakan skill jarak dekat milik Yue. Berbeda dari skill kedua miliknya, skill petamanya ini cocok digunakan untuk menarget dalam jarak dekat. Namun, yang perlu diperhatikan tetaplah target yang disasar harus berada di tengah ketika kedua kipasnya bertemu. Sebelum itu damage yang diberikan tidak akan maksimal.

Skill 2: Mountain Crusher

Yue 2nd Skill | Personal Archive
Yue 2nd Skill | Dokumentasi Dzakwan Ahmad

Mountain Crusher sebenarnya sama dengan yang sebelumnya. Namun, skill ini ditujukan untuk target di jarak jauh. Ketika pasif skill sedang tersedia, skill inilah yang biasa digunakan untuk memberikan damage kepada musuh khususnya backliner seperti archer dan mage.

Ultimate: Rising Wind

Yue Ultimate | Personal Archive
Yue Ultimate | Dokumentasi Dzakwan Ahmad

Dapat dikatakan, ultimate inilah yang membuat inilah yang membuat Yue masih relevan meskipun telah di­-nerf. Ketika digunakan, Yue akan menuju ke arah sebaliknya ketika skill ini diarahkan. Musuh yang ada dalam jarak skill ini juga akan terkena efek knockback dan otomatis berada di jarak optimal untuk skill 2 Yue.

Ultimate ini juga punya pasif yang hanya berefek ketika sudah dipelajari. Pasif tersebut akan membuat Yue mampu melihat map lebih luas sebesar 40%. Hal ini penting mengingat skill 2 Yue yang jangkauannya sangat luas.

Yue Arcana

Yue Arcana | Personal Archive
Yue Arcana | Dokumentasi Dzakwan Ahmad

Fokus arcana Yue ada pada 3 hal yang penting, 3 hal tersebut adalah magic power, magic penetration, dan cooldown reduction.

Magic power dan magic penetration dinilai penting untuk mengangkat power Yue di fase early game. CD Reduction diperlukan semenjak rata-rata gameplay dari Yue adalah skill spam yang bergantung pada CD sebuah skill.

Untuk hal tersebut, dapat disarankan untuk all-in dalam 3 hal tersebut. Arcana yang digunakan:

Violate 10, Sap 10, Hex 10

Bila gaya bermain kalian ada yang memerlukan rotasi lebih cepat, kalian dapat memasukkan arcana movement speed beberapa. Karena pada dasarnya Yue bukan merupakan hero dengan kapabilitas bergerak yang cepat.

Rune

Yue Rune | Personal Archive
Yue Rune | Dokumentasi Dzakwan Ahmad

Rune yang digunakan oleh pemain Yue cenderung sama. Hal ini dikarenakan gaya bermain Yue hanya satu, yaitu mengandalkan skill-nya untuk harassing musuh dari jarak jauh.

Rune utama yang biasa dipakai adalah Holy Thunder untuk memaksimalkan damage output dari seorang Yue itu sendiri. Posisi pembantu Rune utama diisi oleh Holy Verdict untuk memaksimalkan piercing dan Axe of Sacrifice yang menambah damage yang diberikan.

Secondary rune biasanya akan diisi oleh Raging Inferno dan Deadly Claw milik Lokheim yang berfungsi juga untuk memaksimalkan damage milik Yue.

Primary Rune: Veda -> Axe of Sacrifice -> Holy Verdict -> Holy Thunder

1st Secondary Rune: Lokheim -> Raging Inferno

2nd Secondary Rune: Lokheim -> Deadly Claw

Baca Juga: Ditinggal Director, Splinter Cell Remake Terancam Batal?

Equipment

Yue Equipment | Personal Archive
Yue Equipment | Dokumentasi Dzakwan Ahmad

Item milik Yue sebenarnya sama seperti mage pada umumnya. Pertama kali, disarankan untuk membeli item Boomstick karena item tersebut dapat mengangkat damage di fase early. Kalian juga dapat membeli Berith’s Agony untuk menghindari physical damage yang terlalu besar di early.

Untuk sepatu seperti biasanya sesuai dengan kondisi. Bila musuh kalian kuat di early kalian punya dua pilihan. Berhati-hati atau mau adu mekanik karena pada dasarnya Yue di early lumayan kuat. Bila ingin berhati-hati, maka kalian dapat membeli Gilded Greaves yang juga disarankan dipakai bila banyak hero CC. Kalau ingin bermain adu gebuk, maka Flashy Boot atau Enchanted Kicks dapat menjadi pilihan.

Untuk 4 item selanjutnya ada beberapa rekomendasi item pengisi. Item tersebut adalah Hecate’s Diadem, Staff of Nuul, Evil Secret, Arctic Orb, dan Blade of Eternity.

Dari 5 item tersebut kalian dapat memilih 4 di antaranya. Namun, lebih baik bila kalian merotasi saja Artic Orb dan BoE karena dua item itu punya tujuan yang sama untuk meningkatkan survivability Yue yang empuk.

How to Play

Yang perlu diingat untuk pertama kali saat bermain Yue adalah bahwa Yue merupakan salah satu hero dengan defense, HP, dan movement speed terburuk di AoV. Yue sendiri pada dasarnya tidak memiliki pertahanan, nyawa tipis, dan tidak dapat rotasi dengan cepat sehingga pemain perlu berhati-hati dalam melakukan serangan dan rotasi.

Namun, di sisi baiknya, Yue sendiri memiliki skill ultimate yang dapat digunakan sebagai alat penghindar dari para penculik dan punya CD yang dapat dibilang pendek. Yue juga diberkahi dengan burst damage terbesar di AoV saat ini. Archer tanpa magic defense akan mati dengan sekali skill 2 + enhanced skill 2 yang tepat sasaran.

Hal yang menantang dalam bermain Yue adalah positioning dan aiming target di bundaran dimana semua kipasnya bertemu. Positioning penting agar Yue tidak terkena poking dari hero poke seperti Krixi dan Raz. Mengatur posisi sambil menarget musuh akan perlu latihan untuk membiasakan diri.

Ingat, bagaimanapun Yue adalah hero jarak jauh dan akan tidak berguna di jarak dekat.

How to Play Against

Bila kalian melawan Yue, salah satu hero mimpi buruk Yue adalah Batman. Batman mampu memberi damage besar di fase early dan dapat mendekati Yue tanpa ketahuan.

Bila Batman tidak tersedia atau ada hero counter­-nya, maka hero dengan ciri-ciri mampu masuk langsung ke posisi Yue adalah pilihan lain. Hero seperti Paine, Zill, Nakroth, dan Murad dapat menjadi pilihan.

Lalu, bagaimana jika bermain archer? Maka terdapat dua pilihan, yaitu antara pilih archer yang jarak serangnya lebih jauh seperti Elsu atau yang lincah seperti Lindis dan Eland’orr. Archer seperti Valhein dan Yorn akan menjadi makanan empuk Yue karena pergerakannya yang patah patah dan bahkan sesekali berhenti seperti pada pasif Yorn.

Sebagai midlaner kalian dapat bermain dengan hero yang dapat mendekat atau mendekatkan Yue ke kalian. Hero seperti Raz, Tulen, dan D’arcy mampu menghabisi Yue dalam sekali kombo.

Baca Juga: Review Grid Autosport: Sim Wannabe di Mobile

Kesimpulan

Yue merupakan seorang hero mage yang punya speciality harass. Sebagai seorang hero mage Yue hanya kuat di jarak jauh hampir tidak berguna di jarak dekat.

Jika bermain Yue maka yang perlu diperhatikan bahwa Yue merupakan seorang hero glass canon yan sebenarnya. Damage sakit namun dibayar dengan nyawa tipis, tanpa defense, dan jalannya lambat. Kelemahan hero ini terdapat pada hero yang dapat sekali kombo Yue.

Review Grid Autosport: Sim Wannabe di Mobile

GAMEFINITY.ID, Malang – Menderngar kata game racing di android, maka jawaban yang paling populer adalah Asphalt. Namun, ada salah satu game yang mampu mendekati level simcade dengan grafis memukau, game tersebut adalah Grid Autosport.

Grid Autosport merupakan sebuah game buatan Feral Interactive yang dulu sempat sering dibahas di Facebook. Banyak yang menanggapi tentang grafis memukau serta gameplay yang ditawarkan oleh Grid yang berbeda dengan game mobile biasanya.

Grid Autosport sendiri merupakan versi mobile dari game besutan Codemaster berjudul “Grid” yang hadir di platform PC dan lainnya. Sama seperti saudaranya, Grid mobile ini juga dibuat berdasarkan Ego Engine milik Codemaster yang memang dibuat untuk game racing simcade. Bedanya, versi PC-nya dipasarkan oleh EA sementara versi mobile dipasarkan sendiri oleh Feral Interactive.

Interface Grid Autosport

Menu Grid | Personal Archive
Tampilan Menu Utama dalam Game Grid Autosport Mobile | Personal Archive

Tampilan di menu utama Grid Autosport sangat jelas sangat sederhana. Tampilan menu geser seringkali membuat admin menunggu untuk mengganti opsi yang ingin dipilih.

Yang membuatnya masih terasa nyaman adalah proporsi antara logo, teks, dan desain 3D dari mobil yang dipajang di atas menu utama. Meskipun terkesan malas untuk dikembangkan, pengadaan 3D dari mobil yang terakhir kita pakai seperti membuat suasana hitam menu utama lebih hidup.

Admin Rating: 7/10 (Terkesan biasa, namun tampilan 3D model dari mobil membuatnya terlihat lebih baik)

Gameplay Grid Autosport

Grid Gameplay | Personal Archive
Tampilan saat di Paddock, Sesaat Sebelum Mulai Balapan | Personal Archive

Grid Autosport sendiri dapat dibilang sebagai salah satu game simcade dari sedikit game yang ada di anroid. Pengalaman berkendara dengan mobil dalam game ini cukup bervariasi. Setiap mobil mempunyai ciri khas dan gaya berkendaranya masing masing. Apalagi ada sekitar lebih dari 100 pilihan mobil yang tersedia dengan berbagai track dan layout masing-masing.

Game ini membagi permainannya dalam 5 kelas. Kelas tersebut adalah touring, endurance, open wheel, tuning, dan street. Setiap kelas memiliki gaya permainan yang berbeda.

Touring melibatkan balapan dengan mobil komersil yang telah dimodifikasi sekian rupa untuk balapan. Dalam kelas ini pemain dapat bermain lebih kasar karena sedikit benturan tidak akan berpengaruh terlalu besar.

Endurance akan memaksa pemain menjalankan mobil sehalus mungkin. Hal seperti tyre conservation akan menjadi penting karena hal tersebut vital untuk kemenangan.

Open Wheel merupakan kelas dimana pemain akan bermain dengan mobil sejenis formula yang bannya terbuka. Pemain diwajibkan bermain cepat dalam kondisi lurus maupun tikungan. Permainan rapi merupakan sebuah keharusan karena sedikit benturan saja dapat menimbulkan efek lebih besar.

Kelas Tuning adalah kelas dimana pemain akan memainkan mobil modifikasi dengan lomba seperti drift dan time attack.

Terakhir, kelas Street adalah kelas dimana pemain akan melakukan balapan di jalan sempit khas jalanan. Tidak ada run-off area sehingga pemain harus benar-benar presisi dalam gas dan rem agar tidak melebar dan menabrak dinding.

Selain beberapa kelas tersebut ada mode tambahan seperti destruction derby dimana tujuannya adalah untuk saling menabrak antar mobil.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah kontrol dan fisik dari game ini yang terlalu berlebihan. Menggunakan metode tilt maka pemain akan kesusahan menstabilkan perangkat. Metode steering juga tidak terlalu responsif. Dan, metode paling terakhir touch akan membuat mobil spin setiap keluar tikungan. Semua serba salah tentang kontrolnya.

Admin Rating: 8/10 (Metode bervariasi sudah bagus, kontrol buruk merusak segalanya)

Baca Juga: Rune Factory Series, Spin-Off Harvest Moon dari Marvelous

Grafis Grid Autosport

Grafis Grid | Personal Archive
Tampilan Grafis dan Permainan Grid Mobile | Personal Archive

Untuk masalah grafis, game ini adalah yang terbaik dari yang lain.

Pengaturannya sendiri sudah pas berdasarkan spesifikasi perangkat agar dapat optimal mencapai 60fps secara stabil. Meski begitu ada beberapa mod yang memungkinkan pemain mengubah pengaturan grafis sesuai kemauan mereka.

Dalam permainan, keunggulan grafis Grid Autosport sudah berasa saat masih ada di paddock. Model dan detail dari mobil begitu jelas hingga tidak ada yang resolusinya direndahkan dalam bagian decal-nya.

Penggunaan lightning juga terkesan mewah. Hal ini dapat dirasakan khususnya saat balapan di malam hari. Pencahayaan dalam game ini terasa seperti dunia nyata meskipun hanya sekitar 80% mirip.

Penggunaan motion blur juga dapat dibilang efektif. Saat berada di gigi maksimal, pemain akan merasakan motion blur dan vibration yang cukup kencang. Hal ini dapat didasarkan dari dunia nyata dimana mesin akan bergetar dengan cukup kencang dan memberi efek getaran di kecepatan tertinggi.

Admin Rating: 10/10 (Sebuah tolak ukur bagaimana grafis dari game mobile dapat dibawa ke tingkat selanjutnya. Simply perfect)

Audio

Kembali membahas menu utama, lagu yang menemani para pemain dalam menu utama meskipun hanya satu tapi terkesan pas dan santai. Untuk masalah BGM, Grid telah menyelesaikannya dengan baik.

Kehadiran dari suara pit crea yang memandu kita saat balapan juga menjadi salah satu nilai plus. Hal ini dikarenakan suar kru dapat diubah dengan bahasa yang diinginkan seperti Jerman atau Prancis.

Namun, yang masih menjadi kelemahan game ini adalah suara mesin. Suara mobil yang melaju terkesan seperti itu saja dan tidak ada perubahan signifikan khususnya untuk berbagai mobil di kelas bawah.

Admin Rating: 7/10 (Suara mobil yang monoton membuat pengalaman bermain kurang)

Addictivity

Ketika admin mencoba untuk bermain game ini, sekali masuk maka keluarnya sekitar 2-3 jam setelahnya. Banyaknya aktivitas serta kesulitan permainan yang beragam dan menantang membuat game ini layak untuk dimainkan. Bahkan, ketika mode career sudah tamat, pemain dapat kembali mencoba beberapa konten dalam game ini untuk mengisi waktu luang.

Admin Rating: 8/10 (Replayability tinggi menjadikan nilai pada poin ini tinggi)

Worthiness

Grid Autosport sendiri tidak gratis. Game ini dapat dibeli oleh pemain dengan harga Rp. 40.000 di Play Store. Harga tersebut sudah termasuk biaya full dlc serta HD resources. Dengan harga tersebut game Grid Autosport ini dapat dikatakan game berkualitas hemat kantong bila dibandingkan dengan yang lain seperti GTA SA dan My Time at Portia.

Admin Rating: 10/10 (Fully worth it untuk dibeli, jangan ragu-ragu lagi)

Baca Juga: The Fruit of Grisaia, Visual Novel Sebagai Sumber Cerita Utama

Kesimpulan

Grid Autosport merupakan sebuah game racing yang mendekati level simcade dan tersedia untuk android. Game ini memiliki varian permainan yang banyak serta dapat dicoba berulang kali. Untuk grafis semua terasa sempurna untuk ukuran game mobile.

Kekurangannya terletak pada suara mesin mobil yang terkesan tidak terlalu berbeda di mobil tingkat awal serta kontrol yang masih kacau untuk diadaptasi ke port mobile.

Alasan Game Sport Berlisensi Perlu Dijual Setiap Tahunnya

GAMEFINITY.ID, Kabupaten Malang – Game sport merupakan sebuah genre yang tidak pernah sepi peminat. Mulai dari game sepakbola, basket, tenis, hingga balapan seperti F1, MotoGP, dan WRC. Tujuan dari genre ini sendiri memang untuk para fans atau penggemar yang ingin merasakan atmosfer pertandingan tanpa harus terjun ke dalamnya.

Beberapa game telah membawanya ke tahapan yang lebih jauh. Mereka membeli lisensi dari berbagai pihak untuk mendapatkan hak guna atas nama, tim, dan pemainnya. Tentu saja yang paling terkenal adalah persaingan lisensi antara FIFA dan PES yang kembali muncul ke permukaan ketika PES punya kontrak eksklusif dengan Juventus.

Game Sport In-image | Sportslive
FUT, Salah Satu konten dalam Game FIFA | Sportslive

Namun, pernahkah kalian menyadari, mengapa rata-rata game sport berlisensi perlu dirilis ulang setiap tahun? Mengapa nggak rilis patch update saja?

Nah mari kita bahas sama-sama!

Game Sport dan Pemberi Lisensi

Satu hal yang menjadi masalah utama adalah biaya. Ya, terkadang membeli sebuah lisensi resmi untuk sebuah game bukanlah hal yang murah bagi sang pengembang.

Yang dapat kita jadikan contoh adalah perubahan nama game FIFA milik EA. Pada saat EA mengumumkan bahwa game sepakbolanya akan berganti nama, mereka sendiri mengatakan bahwa harga lisensi dari FIFA terlalu mahal. Lisensi tersebut dihargai di angka US$1 Milyar.

Bila kita hitung, maka satu tahun dari lisensi tersebut berharga US$ 250 Juta, padahal keuntungan bersih yang dicapai EA di game FIFA hanya US$ 298 Juta. Biaya lisensi tersebut juga belum termasuk dengan biaya pengembangan dan pembuatan game.

Baca juga: Sejarah FIFA dan PES Bersaing dalam Gim Sepakbola

Dalam hal ini, pihak pengembang pun terpaksa mencari cara agar dapat mengembalikan uang mereka. Dalam hal ini FIFA memilih untuk menjual kembali game mereka setiap tahunnya dengan beberapa tambahan pemasukan besar seperti kartu pemain eksklusif dan FUT Points yang di-reset setiap game baru muncul.

Hal ini juga berlaku terhadap game lain seperti NBA 2K, Madden NFL, dll.

Selain model seperti FIFA ada juga pengembang yang lebih mengandalkan penjualan game-nya daripada penjualan item in-game. Biasanya game tersebut adalah game racing berlisensi seperti MotoGP, F1, WRC, dan WorldSBK. Meskipun game buatan Codemaster seperti F1 mulai menunjukkan gaya ”EA” setelah diakuisisi

Baca Juga: The Fruit of Grisaia, Visual Novel Sebagai Sumber Cerita Utama

Game Sport Teknologi

Meskipun bukan sebuah penyebab utama mengapa dirilis tahunan, tetapi tidak dapat melewatkan hal ini begitu saja sebagai apresiasi usaha bagi para pengembang.

Game yang rilis tahunan sendiri biasanya memiliki iklan yang membesarkan apa hal baru yang akan dibawanya pada tahun depan. Lagi dan lagi, EA adalah contoh paling terkenal dalam hal ini.

EA sendiri tahun ini telah mendapatkan lisensi dan game F1 dengan mengakuisisi Codemaster. Dalam masa promosi mereka mengedepankan beberapa hal baru seperti formation lap, kejuaraan F2, dan physique baru dalam mobil mereka.

Namun, sebelum hal tersebut, Codemaster memang sudah berpengalaman dalam membuat game F1. Mereka mengembangkan game F1 dari nol yaitu F1 2009 yang mendapat respon negatif hingga menjadi salah satu game racing simcade terbaik di tahun 2021-2022 atau hanya sekitar 13 tahun.

FIFA juga menjadi salah satu yang berkembang pesat. Zaman PS1 dan PS2 FIFA kalah saing dengan grafis WE dan PES buatan Konami. Namun, mereka bangkit di tahun 2010-an dimana mereka mampu menyalip kepopuleran PES yang sekarang semakin buruk akibat adanya eFootball.

Semua itu berkat pengembangan perlahan setiap tahunnya lewat adanya game baru. Jika diluncurkan dalam bentuk patch saja, kemajuan yang saat ini dicapai mungkin tidak akan ada.

Baca Juga: Mengenal Lebih Jauh Tentang Layanan Cloud Gaming

Kesimpulan & Penutup

Jadi, mengapa sebuah game sport berlisensi biasanya dirilis kembali setiap tahun? Jawabannya adalah untuk mendapatkan pendapatan maksimal setiap tahunnya serta membawa teknologi baru di dalam game selanjutnya.

Sebenarnya annual release merupakan hal yang baik bila dilakukan secara benar. Asal bukan copy paste resource dari game sebelumnya. Konami tolong dengarkan ini, karena semua tahu kalian hanya copy paste game sebelumnya dan tinggal ganti skin luarnya untuk game PES. Paling ganti engine setiap 3 tahun gak ada perubahan signifikan.

Mengenal Lebih Jauh Tentang Layanan Cloud Gaming

GAMEFINITY.ID, Malang – Cloud Gaming, mungkin bagi sebagian orang, kata-kata tersebut masih asing dalam pikiran mereka. Baru-baru ini ada salah satu layanan cloud gaming yang akan ditutup pada tahun depan, yaitu Google Stadia.

Dengan banyaknya tanggapan di post Google Stadia yang bertanya “Cloud gaming apa sih min?”, atau “Belum pernah denger min” maka kali ini kita akan membahas tentang apa itu cloud gaming.

Cloud Gaming In-image | Nvidia
Nvidia Geforce Noiw, Layanan Cloud Gaming Milik Nvidia | Nvidia

Pengertian dari Cloud Gaming

Cloud gaming merupakan sebuah platform di mana pemainnya dapat memainkan sebuah game yang aset di dalamnya diambil dari sebuah cloud server. Hal ini berbeda dengan game biasanya yang menyimpan asetnya di dalam storage laptop.

Dalam cloud gaming sendiri pemain dapat memainkan game-nya dimanapun dan kapanpun tanpa perlu mengunduh game itu sendiri. Namun, karena aset dari game tersebut berada di server, maka pemain wajib memiliki jaringan yang bagus dan stabil untuk dapat memainkannya dengan lancar.

Contohnya, bila kalian pernah melihat orang bermain GTA V di Android, mereka biasanya menggunakan layanan cloud gaming. Para pemain tersebut dapat bermain GTA V di Android karena mereka menggunakan aset yang ada di cloud bukan di storage HP mereka.

Selain Google Stadia, contoh layanan cloud gaming lainnya adalah xCloud milik Xbox, GeForce Now milik Nvidia, PlayStation Now milik Sony, dan Amazon Luna. Ada juga beberapa layanan yang bukan berasal dari pengembang besar seperti Shadow, Vortex, dan Boosteroid.

Baca Juga: Konami Kembangkan Beberapa Game Horror Baru

Sejarah dari Cloud Gaming

Cloud gaming diawali oleh sebuah startup bernama G-cluster yang mulai memperkenalkan diri mereka pada acara E3 tahun 2000. Produk mereka akhirnya jadi dan dapat digunakan pada tahun 2003.

Mereka menawarkan layanan cloud gaming yang saat itu masih berbeda dengan yang saat ini kita gunakan. G-cluster masih membutuhkan berbagai alat perantara agar pemakainya dapat memainkan game di server mereka.

Pada tahun 2010, G-cluster merubah sistem dari layanan mereka menjadi lebih simpel dengan mengirim aset game dari cloud ke para pemain. Namun perubahan ini juga menandai perubahan haluan G-cluster dari layanan online gaming menjadi Internet Protocol Television.

Nantinya pada tahun 2009 dan 2010 terdapat dua penyedia layanan cloud gaming yaitu OnLive dan Gaikai. Kedua layanan tersebut memiliki dua haluan yang berbeda yang sekarang sama-sama digunakan konsepnya dalam layanan cloud gaming.

OnLive sendiri menyediakan layanan bermain game secara penuh via cloud gaming di tahun 2009. Mereka juga mendapat dukungan dari beberapa pengembang besar seperti Ubisoft dan 2K Games. Meski begitu, mereka mengalami masa sulit karena dukungan pengembang yang berkurang akibat layanan mereka yang menggunakan sistem subscription.

Sebaliknya, Gaikai adalah sebuah layanan cloud gaming yang rilis pada tahun 2010. Berbeda dengan OnLive, Gaikai sendiri lebih memasarkan produk mereka sebagai alat promosi game dengan merilis demo di layanan mereka. Nasib mereka pun juga berbeda terbalik, bisnis mereka sukses besar dan nantinya akan dibeli Sony bersamaan dengan OnLive sebagai cikal bakal PlayStation Now yang rilis di tahun 2014.

Setelah era tersebut munculah berbagai layanan cloud gaming seperti yang kita ketahui saat ini. Mulai dari Nvidia Now yang rilis di tahun 2014, Nintendo 3DS yang membawa Dragon Quest X dalam layanan cloud gaming di tahun 2014, masuknya startup ke pasar cloud gaming dengan produk Shadow di tahun 2017, dan akhirnya Google Stadia yang baru dirilis 2019 lalu.

Kelebihan dan Kelemahan

Tentu saja setiap hal memiliki klelebihan dan kelemahan masing-masing.

Cloud gaming sendiri memiliki kelebihan yaitu tidak memakan storage yang terlalu besar. Selain itu dengan cloud gaming minimal spesifikasi perangkat dapat diturunkan karena cloud gaming sendiri lebih bergantung pada kualitas internet daripada spesifikasi.

Baca juga: Data Pemain Final Fantasy 14 Diincar Hacker

Untuk kelemahannya yang jelas adalah kalian harus memiliki koneksi internet yang stabil dan cukup kencang. Tanpa hal tersebut kalian dapat merasakan lag atau input delay saat bermain. Lalu, cloud gaming sendiri juga dipengaruhi oleh latency sehingga kalian harus cermat memilih server mana yang punya latency terendah untuk pengalaman main kalian.

Dan ada yang perlu diingat, bahwa cloud gaming membutuhkan data atau kuota yang besar sehingga tidak cocok bagi pengguna kuota atau wifi yang masih dibatasi FUP.

Google akan Segera Menonaktifkan Google Stadia

GAMEFINITY.ID, Kabupaten Malang – Google dilaporkan akan menutup kembali salah satu layanan milik mereka. Layanana yang akan ditutup tersebut adalah Google Stadia, platform game streaming service buatan Google. Kabarnya, Stadia akan resmi ditutup pada tanggal 18 Januari 2023 tahun depan.

Para pengguna Stadia sendiri nantinya juga akan mendapatkan refund setelah penutupannya. Phil Harrison menulis dalam blog miliknya, bahwa mereka akan melakukan refund terhadap semua hardware yang dibeli di Google Store dan juga seluruh game dan add-on yang dibeli di Stadia Store. Phil Harrison juga mengunngkapkan bahwa proses pengembalian dana akan dilaksanakan hingga paling lambat pertengahan Januari 2023.

Google Stadia In-image | USGamer
Presentasi saat Google Stadia Rilis 2019 Lalu | USGamer

Saat ini, status Stadia Store sudah ditutup sehingga para pengguna tidak dapat melakukan pembelian apapun di dalamnya. Google pun juga telah menerangkan bahwa proses refund akan dilakukan secara otomatis dan pelanggan tidak perlu mengembalikan sebagian besar hardware dari Stadia seperti Chromecast Ultra.

Baca Juga: Butuh Lebih dari 1800x Percobaan untuk Kalahkan Malenia

Terkait dengan kebijakan pengembalian di atas, Google menerapkan sebuah pengecualian pada para subscribers dari Stadia Pro. Mereka tidak akan mendapatkan refund atas pembelian Stadia Pro. Namun, mereka dapat mengakses dan menikmati game di Stadia hingga ditutup pada awal tahun depan.

Google sendiri menyertakan alasannya dibalik penutupan Stadia kali ini. Mereka mengatakan bahwa Google Stadia tidak mampu mendapatkan tempat di hati para pemain game streaming service. Meskipun pengembangannya telah dilakukan maksimal, mereka mengakui bahwa komunitas Stadia sendiri terbilang kecil. Belum lagi mereka harus menghadapi raksasa layanan streaming game lainnya seperti Xbox Game Pass, Nvidia GeForce Now, dan Amazon Luna.

Baca Juga: Kreator BlazBlue Hengkang, Fighting Game di Ujung Tanduk

Sebenarnya, Google sendiri sudah mengeluarkan tanda-tanda bahwa Stadia akan dihentikan mulai dari awal tahun ini dengan menutup tim pengembangan game internal Stadia. Selain itu, mulai dari Maret kemarin, Google seolah-olah sudah mengganti fokusnya dalam pengembangan Stadia. Mereka lebih memilih untuk menjual lisensinya untuk digunakan perusahaan lain, contohnya adalah promosi AT&T yang menawarkan game gratis di Stadia, dan CapCom yang merilis demo Resident Evil Village di platform yang sama.