All posts by Dzakwan Ahmad

Just a college student who like to play games even I have a lot of things to do Je peux si je veux Shirogatana

Review Astebreed: Game Bullet Hell dalam Sekali Duduk

GAMEFINITY.ID, Kabupaten Malang – Astebreed, mungkin nama ini belum pernah didengar atau bahkan dikenal secara umum. Jujur, game ini pun admin temukan waktu scroll halaman sale di Steam dan baru tahun kalau game ini ada.

Pertama kali bertemu admin suka dengan artstyle yang ada dan pada akhirnya membeli game ini. Sebelum masuk ke review mari mengenal lebih jauh tentang game ini.

Astebreed merupakan game besutan Edelweiss dan dipublikasikan oleh PLAYISM. Game ini sendiri rilis di tahun 2014 dan ada di Steam dengan nama “AstebreedL Definitive Edition”. Genre dari game ini adalah Arcade Shoot ‘Em Up yang dipadukan dengan bullet hell.

Oke karena sudah tahu sedikit tentang game-nya, mari lanjut ke review-nya.

 Interface Astebreed

Astebreed Menu | Personal Archive
Tampilan Menu dari Astebreed | Personal Archive

Hal pertama yang akan kita temui saat masuk ke dalam game-nya adalah logo Astebreed dengan siluet dua gadis. Dua gadis tersebut nantinya adalah heroine yang ada di dalam game.

Kesan pertama yang akan didapatkan di menu utama adalah sederhana dan to the point tanpa ada basa-basi selain opsi. Namun, kata sederhana disini tidak berada dalam konotasi positif. Hal tersebut dikarenakan UI dalam game ini seakan dibuat dengan minim effort. Hanya logonya saja yang dapat memikat perhatian, menunya tidak.

Kesederhanaan yang terkesan akibat kemasalan juga berpengaruh pada UI saat berada di dalam game. Pause Menu dalam game ini juga terkesan minim effort. Yang bagus hanyalah result window setelah menyelesaikan setiap chapter.

Admin Rating: 6/10 (Kesederhanaan yang mirip effort, yang bagus hanya logo di awal)

Gameplay Astebreed

Astebreed Gameplay | Personal Archive
Tampilan In-Game pada Game Astebreed | Personal Archive

Gameplay dari game ini lebih terkesan seperti game arkade yang diberi port untuk ke PC. Hal ini terlihat jelas dengan sistem scoring yang ada di dalamnya, meskipun kalau game over bisa diulangi kembali tanpa tambahan biaya.

Genre shoot ‘em up punya pengaruh yang kuat di game ini. Dari awal pemain akan diajarkan untuk bermain lebih berani dalam menambil resiko dengan fast-paced gameplay. Genre tersebut lalu dipadukan dengan bullet hell dan menghasilkan sebuah game yang dapat membuat seseorang frustasi.

Total ada dua mode yang ditawarkan, yaitu arrange dan original mode. Arrange mode mengusung kontrol baru yang lebih fluid dan disempurnakan, sementara original mode menawarkan kontrol klasik yang lebih sederhana namun lebih kaku.

Untuk difficulty ada tiga, Easy, Normal, dan Hard. Easy cocok untuk pemain yang fokus ke ceritanya atau hanya ingin refreshing. Normal adalah difficulty seperti biasa, di tingkat ini ada red bullet yang tidak dapat dihalau dan hanya bisa dihindari. Mode hard akan menawarkan lebih banyak musuh dan peluru dan HP yang tidak dapat regenerasi 100%.

Keseluruhan playtime dari game ini ada di angka 45-60 menit saja, sehingga dapat diselesaikan dalam sekali duduk.

Admin Rating: 8/10 (Bukan seorang fans dari bullet hell, tapi gameplay dari game ini dapat dikatakan newbie friendly dari pilihan difficulty)

Story Astebreed

Astebreed Story | Personal Archive
Dialog Fiona dalam Cerita Astebreed | Personal Archive

Cerita di dalam game ini seprti satu-satunya motivasi sang pemain untuk menyelesaikan game ini. Bercerita tentang Roy bersama seorang gadis bersama Fio yang ingin menyelamatkan saudari dari Fio, Estina.

Saking pentingnya cerita ini ke dalam permainan, maka hanya spoiler itu saja yang dapat dibocorkan agar kalian dapat mencoba. Intinya adalah misi penyelamatan dan penyadaran, namun secara overall bagus dan berkesan.

Admin Rating: 9/10 (Cerita adalah motivasi untuk bermain game ini)

Baca Juga: Penjelasan 3 Genre Racing Game: Arcade, Sim, dan Simcade

Grafis

Astebreed Graphics | Personal Archive
Tampilan Grafis di Astebreed | Personal Archive

Game ini mengusung grafis 2,5D. Ini berarti penggunaan 3D yang digunakan seperti 2D. Beberapa tekstur dari game ini sudah digambarkan dengan baik, namun berbeda cerita ketika bermain dengan grafis rendah alias rata kiri. Parah, itulah kata yang bisa menggambarkan game ini di grafis low. Seluruh tekstur dan pencahayaan menjadi kacau, namun setidaknya game menjadi lebih ringan.

Dalam pertempuran, background yang ditampilkan sudah dapat digambarkan bagus. Secara overall animasinya cair dan partikel yang dikeluarkan sudah pas, tidak terlalu ramai atau sepi.

Admin Rating: 8/10 (Tidak terlalu bagus maupun buruk, seimbang kecuali di grafis low)

Audio

Musik yang dimainkan tidak terlalu wah atau monoton. Intinya tidak terlalu menonjol karena nantinya akan tercampur dengan suara lain yang lebih pas.

Suara lain yang lebih pas tersebut adalah suara efek dari serangan setiap karakter, baik musuh maupun karakter sendiri. Jujur, SFX dalam game ini jauh lebih menonjol ketimbang BGM yang ada karena dirasa lebih cocok.

Alasan dari BGM yang terpendam suaranya juga berasal dari suara karakternya. Suara dari Fiona seringkali muncul untuk memberikan instruksi dan suranya berasa seperti suara malaikat, halus.

Admin Rating: 8/10 (BGM? Meh. VA dan SFX? Yes)

Addictivity

Bermain game ini di difficulty hard memerlukan repetisi yang banyak. Pemain seperti diwajibkan untuk belajar dari pengalaman ketimbang dari tutorial yang ada. Bahkan difficulty normal terkadang memerlukan skill yang setidaknya sudah halus dalam mengontrol karakternya.

Admin Rating: 8/10 (Meskipun levelnya ya seperti itu-itu saja, namun pemain dapat mempelajari mekaniknya dari pengalaman)

Baca Juga: Review Hotline Miami: Game Brutal Penuh Pesan Moral

Worthiness

Game ini merupakan sebuah game berbayar yang ada di Steam. Di harga penuh, game ini dibandrol Rp. 108.999. Namun, ketika sedang diskon, game ini dapat dibeli di harga Rp. 21.799. Dapat disimpulkan, lebih baik menunggu promo karena di harga penuh, banyak substitusi yang lebih baik.

Admin Rating: 7/10 (Hanya worth it saat promo. Harga penuh? Big no.)

Kesimpulan

Astebreed merupakan game arkade shoot ‘em up yang dipadukan dengan bullet hell. Story dari game ini merupakan satu-satunya alasan untuk menamatkan game ini selain kepuasan. Grafis secara garis besar sudah pas, dan gameplay yang dapat disesuaikan serta dapat diselesaikan sekali duduk. BGM lebih inferior dari SFX dan VA di dalamnya. Dan, game ini lebih baik dibeli saat promo.

Total Admin Rating: 7,7/10

Sejarah DLC: Berawal dari Tambahan Jadi Penghasilan Utama

GAMEFINITY.ID, Kabupaten Malang – DLC atau juga biasa dikenal dengan istilah downloadable content merupakan sebuah cara bagi sebuah game untuk menambahkan konten baru. Konten tersebut dapat diberikan secara gratis ataupun berbayar oleh sang developer.

Tentu saja, bila kalian sering bermain game, khususnya game PC, kalian akan sering menemukan DLC di berbagai game. Mulai dari DLC yang berupa kosmetik, map expansion, extended campaign, hingga senjata dan item dapat ditemukan saat ini di berbagai game.

Bahkan, saat ini DLC dapat dijadikan oleh developer sebagai sumber penghasilan utama dalam sebuah game.

Sims 4 DLC | Steam
Contoh DLC dari Game Sims 4 | Steam

Lalu, bagaimanakah DLC bermula? Kapan DLC mulai umum digunakan? Yuk, mari kita bahas!

Ketika DLC Belum Ada

Ketika internet belum merata di seluruh dunia dan game masih dimainkan di konsol tanpa jaringan internet, DLC masih belum ada di era tersebut.

Di tahun 1980-an, para pengembang game dan konsol mengembangkan berbagai cara untuk mendistribusikan game secara digital. Pada saat itu, DLC masih berupa full-game yang dapat dimainkan dengan bentuk non-fisik.

Sebagai contoh adalah Atari 2600 yang mendukung konsumen untuk menambahkan konten game ke dalam konsol yang dikirim via kabel telefon dengan jasa GameLine. Hal yang sama juga dilakukan oleh Sega dengan Sega Channel miliknya untuk Sega Genesis.

Untuk expansion pack dan hal lainnya, pada saat itu masih didistribusikan secara fisik di game store. Beberapa expansion pack terserbut memerlukan game aslinya untuk dimainkan, namun ada juga yang tidak. Contohnya adalah Half-Life dan spin-off miliknya yang dapat dimainkan tanpa terikat satu sama lain.

Saat DLC Mulai Merambah Dunia Konsol

DLC mulai sering bermunculan saat mendekati milenia baru, di sekitar tahun 2000. Di dunia konsol, Sega Dreamcast lah yang memulai adanya online service di sebuah konsol. Namun penggunaannya untuk pendistribusian DLC masih kurang optimal dikarenakan koneksi yang masih lambat dan adanya keterbatasan memori.

Kemudian konsep ini disempurnakan oleh Xbox dan DLC akhirnya dapat didistribusikan secara online. Beberapa game yang ada di Xbox Live memiliki konten tambahan berupa DLC, contohnya Halo 2.

Setelahnya kesuksesan konsep online di Xbox, Microsoft kembali melakukan pengembangan pada sistem online di Xbox 360. Pengembangan tersebut menghasilkan Xbox Live Marketplace yang memungkinkan pendistribusian game secara digital dan juga penjualan DLC yang terpisah dari game-nya. Dari saat ini jugalah DLC mulai berbentuk konten kecil yang dijual dalam jumlah banyak daripada dijual dalam sebuah expansion pack bundle.

Sony juga melakukan pengembangan yang sama untuk konsolnya. Mereka merilis PlayStation Store sebagai platform distribusi digital khusus untuk PS. Dapat dikatakan tidak ada perbedaan signifikan antara PS Store dan Xbox Marketplace dalam distribusi DLC.

Namun, Nintendo lah yang membuat langkah yang agak sedikit berbeda. Wii Shop Channel yang dikembangkan juga memiliki beberapa DLC. Namun, DLC tersebut rata-rata hanya berupa game lawas Nintendo yang diemulasikan ke Wii.

Baca Juga: Darkrise, RPG Interaktif Penuh Balutan Retro Side-Scrolling

Lalu, bagaimana DLC di platform lain?

Di dunia handheld, DLC mulai bermunculan di HP Nokia pada saat itu. Dengan adanya WAP, game yang ada di HP tersebut dapat menambahkan konten dengan didistribusikan secara digital.

Nintendo memiliki pendekatan yang berbeda untuk layanan online milik Nintendo DS. Layanan online milik Nintendo DS hanya menyediakan sebagian kecil DLC yang ada karena sebagian besar DLC sudah termasuk dalam kartridnya. Pendistribusian DLC secara online baru optimal di Nintendo 3DS dengan Nintendo eShop miliknya.

 Dan, untuk platform PC, sebenarnya sudah mendistribusikan DLC secara online dari tahun 1997. DLC tersebut biasanya berupa mod dan konten buatan para pemain. Nantinya, DLC akan mulai berjamuran saat platform dsitribusi digital seperti Windows Marketplace (Microsoft Store) dan Steam bermunculan.

Monetisasi

Monetisasi DLC awalnya menimbulkan kotroversi di kalangan gamers. Kontroversi tersebut bermula dari berbagai game di Facebook. DLC pada berbagai game tersebut dianggap tidak sesuai dengan harga yang ditawarkan.

Kontroversi tersebut memuncak dengan hadirnya DLC Horse Armor untuk Elder Scroll’s IV: Oblivion. DLC tersebut sering dianggap overpriced bagi sebagian orang yang beranggapan konten tersebut seharusnya sudah digabung bersama game-nya dari awal. Namun, DLC dari Oblivion tersebut justru malah menjadi arah DLC di masa depan sebagai mesin uang para developer.

Baca Juga: Medal of Honor: Seri yang Dimatikan oleh Saudaranya Sendiri

Saat ini DLC seringkali digunakan para developer untuk menghasilkan uang dari game yang sudah dirilis. Biasanya uang tersebut akan digunakan untuk pengembangan game selanjutnya.

DLC juga dapat berfungsi sebagai penghasilan utama. Contohnya adalah Sims 4, game tersebut memiliki DLC yang bila ditotal berharga Rp. 11 Juta di harga penuh. Harga tersebut justru jauh lebih banyak daripada harga base game-nya sendiri yang dirumorkan akan menjadi gratis.

Medal of Honor: Seri yang Dimatikan oleh Saudaranya Sendiri

GAMEFINITY.ID, Kota Batu – Awal tahun 2000-an, menjadi sebuah waktu dimana banyak game terkenal rilis dan bahkan diingat sampai sekarang. Dan salah satu dari game tersebut adalah Medal of Honor.

Medal of Honor menjadi salah satu primadona para gamers di kala itu. Namun, nama Medal of Honor saat ini dapat dikatakan telah punah. Meskipun juga merilis beberapa judul di pertengahan tahun 2000-an, game baru tersebut juga tidak dapat mendongrak nama Medal of Honor kembali seperti ke masa emasnya lalu.

Sejarah Pengembangan Medal of Honor

Medal of Honor Cover | EA
Disk Cover dari Game Pertama Medal of Honor | DreamWorks Interactive

Medal of Honor pertama kali dirilis untuk publik pada akhir tahun 1999. Game pertamanya terinspirasi dari film karya Steven Spielberg, “Saving Private Ryan” yang dirilis dua tahun sebelumnya.

Pengembangan game ini mulai dikembangkan di tahun yang sama dengan rilisnya film tersebut. Berawal dari ide seorang Spielberg sendiri tentang game FPS bertema perang dunia kedua setelah melihat anakanya bermain game GoldenEye 007.

Pada awalnya, Peter Hirschmann ragu tentang keberhasilan game ini. Hal tersebut dikarenakan perkiraannya bahwa tema perang dunia kedua sudah terlalu lawas dan tidak relevan lagi.

Beberapa waktu kemudian, para pengembang menunjuk Dale Dye sebagai seorang penasihat niliter di game tersebut. Penunjukan Dale Dye sebagai bukan tanpa alasan, ia sebelumnya sudah menjadi penasihat Steven Spielberg dalam “Saving Private Ryan” dua tahun sebelumnya.

Prototip pertama dari Medal of Honor disebut oleh Dye gagal. Meski begitu, ia tetap ingin game ini diproduksi dan dikembangkan. Ia menilai bahwa pembuatan game ini memiliki tujuan yang mulia dan dapat mengedukasi para pemain tentang perang dunia kedua.

Kemudian hari, ketika prototipnya telah dirilis secara publik, Medal of Honor kembali mendapatkan kritik. Meskipun diterima dengan baik oleh sang publisher, EA, Medal of Honor dikecam karena bertepatan dengan 1999 Columbine High School massacre. Kritik juga disampaikan oleh asosiasi penerima Medal of Honor di AS. Mereka mengecam karena judul game tersebut sama dengan medali kehormatan tertinggi di AS. Namun pada akhirnya seluruh drama dan konflik tersebut dapat diselesaikan.

Ketika rilis, Medal of Honor mendapat umpan balik yang baik dari para pemain. Game ini juga mendapat nilai 92/100 dari website Metacritic. Kesuksesan inilah yang menjadi awal dari seri Medal of Honor kedepannya.

Baca Juga: Guide dan Gameplay Vexana Patch Terbaru Mobile Legends

Era Medal of Honor Melawan Call of Duty

Medal of Honor Airborne | System Requirements
Medal of Honor Airborne yang Rilis di Tahun yang Sama dengan CoD4: MW | System Requirements

Dengan kesuksesan besar di game pertamanya, tentu saja EA melanjutkan proyek Medal of Honor milik mereka. Game kedua bertajuk “Medal of Honor: Underground” juga berhasil sukses di pasaran. Kali ini pasarnya adalah konsol PlayStation. Sementara itu versi GBA-nya tidak terlalu memuaskan.

Namun, tahun 2002 lah yang menjadikan game Medal of Honor naik kembali ke permukaan. Tahun tersebut menandai rilisnya salah satu game MoH paling terkenal, yaitu “Medal of Honor: Allied Assault”.

Meskipun dapat dikatakan hasil penjualan dari Allied Assault ini memuaskan, namun di tahun berikutnya, tepatnya di tahun 2003, sebuah game yang mengubah pasar FPS hadir di publik. Game tersebut berjudul Call of Duty.

Sebelum rilisnya CoD, MoH menjadi satu-satunya pilihan terbaik untuk game FPS bertema perang dunia kedua pada saat itu. Dan di 2003 MoH untuk pertama kalinya mempunyai rival yang dapat dikatakan sepadan.

Seperti yang diketahui, CoD menjadi sebuah tren dan hits di pasaran. Penjualannya bahkan mampu menutupi kesuksesan dari MoH Allied Assault yang rilis di tahun sebelumnya.

Di tahun-tahun berikutnya, beberapa judul dari Medal of Honor dapat dikatakan tertutup oleh kesuksesan Call of Duty. Ketika Medal of Honor meraih hasil baik, maka Call of Duty mendapatkan hasil yang lebih baik.

Meskipun EA telah mengambil alih studionya, seri MoH tidak dapat berkutik sama sekali, baik dalam sisi penjualan maupun kualitas bila dibandingkan dengan CoD. Istilahnya, Medal of Honor sudah menjadi game “mediocre”.

Judul game Medal of Honor yang kembali meraih kesuksesan adalah “Medal of Honor: Airborne” yang dirilis pada 2007. Game tersebut dinilai lebih baik daripada beberapa game sebelumnya dengan peningkatan grafis yang signifikan.

Pada akhirnya, sedikit kesuksesan MoH: Airborne itu juga harus tertutupi kembali oleh kesuksesan besar Call of Duty di tahun 2007. Di akhir tahun tersebut rilislah sebuah game yang dikatakan menjadi salah satu revolusioner modern FPS games dan menjadi salah satu game paling laris di pasaran, yaitu Call of Duty 4: Modern Warfare.

Tidak Berkutik Melawan CoD dan EA yang Sudah Muak

Medal of Honor 2010 | Steam
Medal of Honor (2010), Seri MoH Terakhir yang Mendapatkan Tanggapan Bagus | Steam

Memasuki era modern di tahun 2010, seri Medal of Honor akhirnya merilis game barunya dengan judul yang sama setelah tiga tahun absen. Game ini diterima dengan baik dan dapat umpan balik yang positif dari para pemainnya. Akan tetapi, seperti sebuah kutukan, kesuksesan game MoH lagi dan lagi ditutupi oleh kesuksesan Call of Duty, dan kali ini, mereka tertutup oleh kesuksesan Call of Duty: Black Ops.

Namun, siapa sangka Medal of Honor (2010) akan menjadi game MoH terakhir yang diterima baik oleh para gamers. Hal ini dikarenakan Medal of Honor: Warfighter yang rilis di tahun 2012 adalah sebuah kegagalan besar dan akan menjadi game terakhir dari seri MoH.

Pada saat itu, EA telah memutuskan untuk menghentikan produksi dari seri Medal of Honor. Penyebabnya adalah kegagalan MoH: Warfighter di pasaran.

Tahun 2012 juga sebenarnya sudah menjadi tahun yang sulit bagi MoH. Saudaranya, yaitu seri Battlefield, baru saja merilis game Battlefield 3 di tahun 2011 dan menjadi tren dengan mode multiplayer yang dibawanya.

Tentu saja EA akan lebih memprioritaskan seri BF yang dapat bersaing dengan mode multiplayer dari CoD yang sukses pada saat itu dengan CoD: Black Ops II, daripada game gagal seperti MoH Warfighter. Lagipula nama Medal of Honor pada saat itu sudah tidak segemilang seperti di awal tahun 2000-an.

Ya, ada satu game lagi yang rilis di tahun 2019, yaitu Medal of Honor Above and Beyond, namun game tersebut tidak masuk ke dalam list disini. Hal tersebut dikarenakan seri Medal of Honor sebenarnya telah dimatikan sejak lama bahkan terlalu lama, punya umpan balik yang buruk, dan khusus untuk VR saja.

Baca Juga: Beberapa Game Screen Record untuk PC Umbi-Umbian

Penutup

Tahun 2012 menjadi sebuah akhir dari perjalanan hebat Medal of Honor. Sebuah game yang punya banyak potensi di awal, namun dikalahkan oleh pesaingnya dan pada akhirnya dikalahkan oleh saudaranya sendiri.

Banyak yang bilang bahwa Medal of Honor gagal karena EA. Namun, hal tersebut tidak sepenuhnya benar, karena kegagalan MoH sendiri juga disebabkan oleh faktor eksternal dan beberapa faktor internal.

Fun Fact: Banyak yang beranggapan kejatuhan Medal of Honor sebenarnya sudah terjadi mulai awal tahun 2000-an. Pada saat itu sebagian besar karyawan pengembangan MoH direkrut dan pindah ke studio lain. Studio tersebut adalah milik Activision bernama Infinity Ward. Merekalah yang akhirnya mengembangkan game Call of Duty (2003) untuk bersaing dengan MoH.

Penjelasan 3 Genre Racing Game: Arcade, Sim, dan Simcade

GAMEFINITY.ID, Kota Batu – Arcade, Sim, dan Simcade, 3 kata tersebut merupakan sebutan genre yang ada di racing games saat ini. Seiring dengan perkembangannya teknologi, racing games dibedakan menjadi tiga sesuai dengan karakteristik permainannya masing-masing.

Dari sekian banyak racing games yang tersedia, kira-kira apa ya yang dibagi oelh tiga genre di atas? Yuk, simak penjelasannya.

Arcade Racing Game

Burnout Racing Games | Steam
Burnout, Salah Satu Contoh arcade Racing Game | Steam

Arcade racing game merupakan sebuah genre yang mungkin telah banyak dimainkan oleh orang awam yang hanya bermain game untuk mengisi waktu.

Racing game berjenis arcade sendiri merupakan sebuah racing game yang lebih mengutamakan aspek fun ketimbang realistis. Maksudnya adalah, permainannya lebih berisi hal-hal yang di luar teori fisika yang ada di dunia nyata.

Kebanyakan racing game mengusung genre ini. Tujuannya adalah untuk menjangkau pasar yang lebih luas karena permainannya yang lebih mudah. Selain mudah, permainan di genre arcade terkadang juga terkesan immersive dengan berbagai tabrakan dan lainnya.

Contoh game yang merupakan arcade racing game adalah Burnout dan Asphalt.

Baca Juga: Rhythm Console yang Bahkan Lancar dimainkan di Emulator

Sim (Simulation) Racing Game

AC Racing Game | Steam
Assetto Corsa, Salah Satu Sim Racing Game di Pasaran | Steam

Berbeda jauh dengan arcade, sim racing game memiliki gaya permainannya sendiri. Dapat dikatakan, sim racing game merupakan kebalika 180 derajat dari arcade.

Ketika arcade lebih memikirkan aspek fun di dalamnya, sim racing game lebih mengutamakan aspek realistis. Berbagai aspek diperhatikan dengan teliti, mulai dari tekanan ban, pengaturan bumper, bensin, dan yang lain. Para pemainnya biasanya mengesampingkan aspek “fun” untuk bersenang-senang. Mereka biasanya terhibur dengan simulasi mereka seperti mengendarai mobil asli di dunia nyata.

Permainannya sendiri juga dibuat berdasarkan apa yang ada di dunia nyata. Para pengembang sim racing game akan mengarahkan game-nya serealistis mungkin mendekati dunia nyata. Dan biasanya, para sim racing game juga menghadirkan laser scanned track yang memindai sirkuit asli dan dijadikan digital untuk dimasukkan ke dalam game.

Contoh dari sim racing game adalah iRacing, rFactor 2, dan Assetto Corsa.

Baca Juga: Black: Sebuah Hidden Treasure dalam Perkembangan FPS Konsol

SimCade Game

FH Racing Game | Steam
Forza Horizon, Sering Disebut Sebagai SimCade oleh Banyak Orang | Steam

SimCade merupakan gabungan dari kedua genre yang telah disebutkan tadi. Biasanya game dengan genre ini berfokus untuk memberikan pengalaman balapan yang mudah namun dengan aspek fisik yang sesuai dengan dunia nyata.

Biasanya Simcade sulit dibedakan dengan sim racing game. Namun, ada satu pembedanya, yaitu feel berkendara yang ada di dalamnya. Simcade akan terasa mudah untuk dikendalikan. Hingga saat ini masih ada perdebatan batasan antara Simcade dan Simulation racing game. Contoh yang paling sering disebut Simcade di internet adalah Gran Turismo, F1, dan Forza Horizon.

Review Hotline Miami: Game Brutal Penuh Pesan Moral

GAMEFINITY.ID, Kota Batu – Bagi yang pernah mempunyai PS VITA, kemungkinan besar akan mengetahui game ini. Hotline Miami, sebuah game indie besutan Dennaton Games dan dipublikasikan oleh Devolver Digital. Meskipun Hotline Miami sudah mempunyai sekuelnya, namun kali ini kita akan membahas tentang game aslinya yang membuat namanya melejit.

Pada masanya, Hotline Miami sering mendapatkan kritik tentang tema yang dibawanya dapat dibilang sadis. Banyak yang beranggapan bahwa game ini hanya tentang kekerasan dan membunuh orang. Namun, pada kenyataannya Hotline Miami membawa sebuah pesan yang lebih mendalam dari sekedar membunuh orang.

Interface Hotline Miami

Menu Hotline Miami | Personal Archive
Main Menu dari Hotline Miami | Personal Archive

H0tline Miami mempunyai interface yang sederhana di menu utamanya. Semuanya terasa to the point tanpa ada basa-basi lainnya. Menu utama pada game ini memiliki gaya yang mungkin tidak disukai oleh beberapa orang. Tulisan “Hotline Miami” yang ada di menu terus bergerak dan mungkin dapat menimbulkan pusing bagi beberapa orang.

Admin Rating: 7/10 (Tidak bertele-tele, namun desainnya dapat memusingkan)

Gameplay Hotline Miami

Gameplay Hotline Miami | Personal Archive
Gambaran Gameplay dari Hotline Miami | Personal Archive

Hotline Miami memiliki sebuah gameplay yang membuatnya terkenal dengan ciri khas miliknya, cepat dan brutal. Permainan di game ini dapat dibilang fast-paced, pemain sama sekali tidak diberi kesempatan. Sekali memulai maka harus diselesaikan secepat mungkin, tidak ada waktu untuk bersembunyi atau menghindar karena musuhnya juga bergerak cepat. Jadi, jangan heran bila kalian sering mati di game ini, karena hanya dengan satu peluru karakter dipastikan mati.

Kontrol di dalam game ini juga sangat mendukung permainannya. Karena berasal dari konsol yang di-port ke PC, maka kontrolnya juga lebih enak bila menggunakan stik ketimbang keyboard.

Tutorial gerakan akan diberikan di awal setelah prolog. Setelah itu, para pemain akan bebas mengarungi berbagai level sesuka hatinya. Dan hal tersebut yang juga menjadi salah satu nilai plus dari game ini, pemain punya kebebasan tentang bagaimana cara menyelesaikan sebuah level.

Kebebasan memilih cara bermain juga ada di setiap awal level. Pemain dapat memilih topeng yang akan dipakai. Setiap topeng memiliki efeknya masing-masing. Mulai dari kecepatan jalan lebih, penglihatan lebih jauh, anti serangan anjing, dan masih banyak lagi.

Admin Rating: 10/10 (Skema kontrol yang pas ditambah musuh yang mendukung permainan fast-paced di game ini, sempurna)

Baca Juga: Review Kingdom Two Crowns: Santai Sambil Bangun Kerajaan

Story Hotline Miami

Story Hotline Miami | Personal Archive
Salah Satu Frame Dialog di Hotline Miami | Personal Archive

Agar tidak mengandung spoiler berat maka cerita kali ini akan di-review secara general. Hotline Miami berawal ketika pemain bertemu dengan 3 orang misterius. Setelah berpisah sang karakter akan menerima misi dengan mengangkat telepon setiap levelnya.

Meskipun salah satu aspek dari game ini adalah gore, namun ceritanya disini mempunyai peran untuk menyeimbangkan. Cerita dalam game Hotline Miami memiliki sebuah arti bahwa membunuh bukanlah sebuah hal menyenangkan. Sang karakter sendiri nantinya akan berhalusinasi akibat depresi yang dialaminya saat membunuh. Nantinya akan ada 1-2 level yang menunjukkan penyakit dari sang karakter.

Namun, ada salah satu sisi buruknya. Ceritanya cenderung susah untuk dimengerti untuk pertama kali. Bahkan admin perlu melihat ceritanya dua kali sebelum paham makna sebenarnya.

Admin Rating: 8/10 (Cerita sebagai penyeimbang tema gore berperan bagus, namun kadang-kadang susah dimengerti)

Grafis

Grafis Hotline Miami | Personal Archive
Detil Grafis Pixelated Hotline Miami | Personal Archive

Hotline Miami memiliki gaya grafis yang khas dengan game indie, yaitu pixelated. Meski begitu, grafis pixelated di game ini masih mampu untuk menggambarkan kondisi dengan jelas. Setidaknya karakter, musuh yang beragam, dan lingkungan dapat dibedakan secara jelas, termasuk juga detil darah di game ini.

Grafis pixelated di game ini juga ramah device kentang. Pemain yang hanya mempunyai perangkat yang punya spesifikasi rendah dapat bermain game ini dengan lancar.

Admin Rating: 9/10 (Grafis ramah device kentang dan detil dalam game masih dapat dilihat dengan jelas)

Baca Juga: Live or Die, LDOE Offline Version yang Ramah Perangkat

Audio

Dapat dibilang hanya ada satu tipe audio di game ini yang menemani pemain saat bermain. Namun, satu BGM tersebut tidak akan terasa meskipun diputar berkali-kali. BGM tersebut disamarkan dengan selarasnya fast-paced combat di dalamnya. Lalu, ada juga suara efek tembakan dan cipratan darah yang dapat menyamarkan BGM.

Admin Rating: 7/10 (Monoton meskipun dapat ditutupi oleh SFX lainnya)

Addictivity

Hotline Miami merupakan sebuah game dimana pemain diharuskan mencoba hingga berulang kali. Ditambah lagi sistem scoring yang dapat membuat permain terpacu untuk mendapat nilai yang lebih tinggi daripada sebelumnya.

Setelah tamat ada sekitar 18 level yang dapat dimainkan kembali oleh para pemain demi skor yang lebih tinggi.

Admin Rating: 10/10 (Bermain berkali-kali tidak akan bosan, pilihan level yang banyak dan sistem scoring menjadi alasannya)

Worthiness

Hotline Miami sendiri merupakan game berbayar. Bila kalian bermain di PC, kalian dapat menemukannya di Steam dengan harga penuh Rp. 90.000. Misal bagi kalian harga tersebut terlalu mahal, maka kalian dapat menunggu sale. Admin sendiri mendapat Hotline Miami di harga Rp. 18.000 saat sale berlangsung.

Admin Rating: 8/10 (Mending nunggu sale agar worth it)

Kesimpulan

Hotline Miami merupakan sebuah game fast-paced yang selain mengusung tema gore juga menyampaikan pesan moral lewat cerita yang dibawa. Audio yang monoton bukanlah sebuah masalah besar, terlebih karena harganya yang murah saat sale dan dapat dimainkan berulang kali.

Review Kingdom Two Crowns: Santai Sambil Bangun Kerajaan

GAMEFINITY.ID, Kota Batu – Kingdom Two Crowns, mungkin masih menjadi nama yang asing di kalangan gamers Indonesia. Kingdom Two Crowns merupakan sebuah game yang rilis pada 2018 dan dikembangkan oleh Raw Fury Games.

Pada dasarnya, game indie ini mengusung tema side-scroller dengan menggabungkan genre Adventure dan Strategi dan diberi kesan grafis pixelated. Namun, terlepas dari keasingannya di telinga orang Indonesia, Kingdom Two Crowns menjadi salah satu game indie terbaik yang ada di pasaran. Dan hasilnya, game ini dapat meraih banyak review positif dari para pemainnya.

Interface Kingdom Two Crowns

Kindom Two Crowns Pause | Personal Archive
Menu Pause dari Kingdom Two Crowns | Personal Archive

Saat memulai permainan, pemain akan langsung diarahkan menuju ke permainan dan memulai tutorial. Jadi yang kita bahwa disini adalah pause menu yang akan sering ditemui para pemain nantinya.

Pause menu dalam game ini terkesan sangat sederhana. Menu tersebut hadir dengan nuansa tombol yang berbentuk seperti scroll atau kertas catatan gulung di masa lampau. Dengan kesederhanaan tersebut juga memudahkan para pemain untuk bersantai, ditambah lagi tata letaknya yang rapi dan tidak membingungkan.

Admin Rating: 8/10 (Sederhana sesuai tema dari game-nya, meskipun kurang variasi)

Gameplay Kingdom Two Crowns

Gameplay Kingdom Two Crowns | Personal Archive
Ketika Pemain Akan Memasukkan Koin di Kingdom Two Crowns | Personal Archive

Sama seperti pendahulunya, Kingdom, Kingdom Two Crowns masih tetap mempertahankan side-scroller ciri khasnya. Tugas dari pemain adalah untuk menguasai setiap pulau yang disediakan dan mengalahkan musuh yang keluar dari portal.

Proses menguasai tersebutlah yang menjadi salah satu nilai utama dari game ini. Untuk menguasai sebuah pulau, pemain membutuhkan koin untuk mengembangkan kerajaannya. Cara untuk mendapatkan koin tersebut beragam, mulai dari memburu hewan, melakukan dagang, memberikannya pada bankir, dll.

Tidak hanya tentang mengumpulkan koin saja, di game ini pemain juga diharuskan untuk berpikir mengenai bagian mana saja yang perlu untuk dibangun atau ditingkatkan. Hal ini dikarenakan jumlah koin yang terbatas di awal game, dan juga keterbatasan pekerja yang ada.

Membahas mengenai pekerja, merekrut mereka merupakan hal yang mudah. Bayar dengan satu koin, lalu berikan mereka peran dengan harga dua koin. Namun, yang menjadikannya berharga adalah jarangnya pekerja nganggur ini spawn. Hal ini mengakibatkan pemain juga berpikir dua kali untuk memberikan peran apa terhadap masyarakatnya. Beberapa peran tersebut adalah archer, builder, farmer, dan miner. Bila sudah diberikan satu peran, pemain tidak dapat menggantinya hingga reset ketika diserang musuh.

Sebagai salah satu nilai jual game utama, developer dari Kingdom Two Crowns telah melakukan hal yang tepat dan dieksekusi dengan baik.

Admin Rating: 9/10 (Inovatif, semua kompleksitas dapat terhubung dengan baik)

Baca Juga: Hatsune Miku: Project Diva, Legenda Vocaloid Dalam Genggaman

Grafis Kingdom Two Crowns

Kingdom Two Crowns Graphic | Personal Archive
Water Reflection yang Ciamik Saat Mendung | Personal Archive

Bila tadi kita membahas gameplay sebagai salah satu nilai jual game ini, nah nilai jual keduanya adalah grafis. Memang, grafis yang ada pada game ini mempunyai gaya pixelated alias “kotak-kotak”. Akan tetapi, grafis pixelated dalam game ini cukup membuat para pemain terkesan. Mulai dari penggambaran lingkungannya yang tepat, model karakter dan sekitarnya yang rapi, dan yang paling penting adalah water reflection.

Ya, dapat dikatakan bahwa game ini merupakan salah satu game pixelated yang punya object reflection yang baik. Sungai dalam game ini mampu selayaknya memantulkan cahaya matahari maupun rembulan dengan apik.

Admin Rating: 9/10 (Grafis pixelated? Tidak masalah, karena hasilnya dapat memuaskan mata)

Audio

Nilai jual utamanya hanya dua? Oh, tentu saja tidak. Karena audio dalam game ini juga luar biasa.

BGM yang digunakan untuk mengiringi permainan terkesan cocok dengan permainannya. Musik yang dibawakan ada di antara menenangkan hingga musik intensif ala film aksi saat bertemu dengan lawan. Dan terkadang, musik BGM hampir tidak terdengar sama sekali, sehingga para pemain hanya mendengar suara alam yang ada di sekitarnya yang juga cocok dengan atmosfer game serta day and night cycle di dalamnya.

Admin Rating: 10/10 (Musik terlalu bagus, sehingga dapat terngiang-ngiang di pikiran admin.

Addictivity

Ya, game ini dapat dimainkan berkali-kali. Hal ini dikarenakan tujuan dari game ini adalah menguasai pulau dan bertahan hingga sepanjang yang disanggupi oleh pemain. Bila gagal, pemain dapat mencobanya lagi bahkan bukan dari awal, namun dari progress di pulau pertama yang sudah dibangun sebelumnya.

Admin Rating: 9/10 (Sebauh game dimana pemain dapat bermain berkali-kali, cocok untuk mengisi waktu luang.)

Baca Juga: Review Hot Lap League: Trackmania Versi Mobile

Worthiness

Kingdom Two Crowns tersedia di berbagai platform. Mulai dari Android, IOS, PC, PS4, Xbox One, dan Switch. Kalian dapat membeli Kingdom Two Crowns di Steam seharga Rp. 109.000, lalu di Android dengan harga Rp. 97.000, di AppStore dengan harga US$6.99, US$20 di PS Store, Rp. 265.000 di Xbox, dan US$20 di Switch.

Dari perbandingan harga tersebut, yang paling worth adalah untuk membelinya di Android atau AppStore. Bila kalian beruntung, kalian dapat membeli game ini di harga yang lebih murah. Misalnya PlayStore kemarin sempat memberi diskon pada game ini menjadi Rp.70.000. Dan kalau ingin bersabar lagi, kalian dapat menunggu Steam Sale dimana admin dapat game ini di harga Rp. 27.250.

Admin Rating: 6/10 (Terlalu mahal untuk ukuran dompet orang Indonesia, namun worth untuk dibeli saat sale.)

Kesimpulan

Kingdom Two Crowns merupakan sebuah game indie spesial yang meraih berbagai tanggapan positif dari para pemain. Aspek gameplay, grafis, dan audio yang semuanya bagus digabung menjadi satu dan jadilah game ini. Meski begitu, game ini dirasa tidak worth ketika dibeli dengan full price, lebih baik tunggu sale saja.

Total Admin Rating: 8,5/10