All posts by Yahya Ayasy

Era Keemasan GPU Mining Diramalkan Akan Berakhir

GAMEFINITY.ID Kutai Kartanegara – GPU Mining diperkirakan akan punah dalam waktu dekat. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pembaruan software atau merger, yang dilakukan oleh salah satu mata uang kripto, Ethereum.

Maraknya aktivitas Mining atau menambang mata uang kripto, sempat membuat harga GPU melambung tinggi di pasaran. Dan kini, angin segar telah datang untuk para gamers yang sempat khawatir dengan meningkatnya harga kartu grafis. Salah satu mata uang yang paling populer dikalangan para miner, Ethereum, diumumkan akan melakukan merger, setelah bertahun-tahun berada dalam tahap pengembangan.

Minggu ini, cryptocurrency terbesar kedua, ethereum, akan beralih ke proses penambangan baru yang tidak lagi bergantung pada gudang-gudang GPU yang memonopoli energi. Berdasarkan laporan dari etherium.org, proses penambangan baru nanti diperkirakan akan mengkonsumsi energi hingga 99,95% lebih sedikit dari sebelumnya.

Dan menjelang peralihan, sebagian besar penambang juga dilaporkan telah berhenti membeli GPU baru. Sementara yang lainnya, lebih memilih untuk menjual kartu grafis mereka ke marketplace. Kedua hal tersebut adalah faktor signifikan, yang mempengaruhi penurunan harga kartu grafis dalam beberapa bulan terakhir.

Baca juga: Kojima Production Rilis Gambar Misterius, Akankah Ada Game Baru?

GPU Miner Ethereum
Ethereum | Akhir Dari Era GPU Mining

Akhir Dari Era GPU Mining

Ethereum sejauh ini merupakan koin kripto yang paling menguntungkan.  Ethereum Classic (ETC) adalah alternatif terbaik untuk para penambang GPU, yang juga merupakan cabang keras ethereum yang terjadi pada tahun 2016 setelah perpecahan faksi.

Meski mining ETC telah dianggap mubazir, tidak semua penambang memilih untuk menghentikan aktivitas mereka. Dimana tingkat hash ethereum dilaporkan tidak turun sebanyak yang diharapkan, pada hari dan jam sebelum merger. Masih banyak penambang bertahan selama beberapa blok terakhir, hingga menit terakhir sebelum merger.

Sebagian penambang juga dilaporkan telah beralih ke koin lain, berharap dapat menggunakan semua kekuatan hash GPU untuk memperoleh reward yang lebih mudah. Namun, mereka dengan cepat menyadari bahwa imbalan yang mereka terima tidak bisa dibandingkan dengan reward dari menambang ethereum.

Suka dengan artikel ini? Jangan lupa untuk membaca artikel menarik lainnya hanya di Gamefinity.id/

Kojima Production Rilis Gambar Misterius, Akankah Ada Game Baru?

GAMEFINITY.ID Kutai Kartanegara – Hideo Kojima bagikan teaser foto misterius di laman web studio barunya, Kojima Productions. Meski belum ada penjelasan lebih detail, desas-desus dikalangan para penggemar telah menyebar, dengan sedikit pengungkapan mengenai proyek Kojima berikutnya.

Kojima Productions, studio pengembang video game yang dipimpin oleh sang sutradara dari Metal Gear Solid dan Death Stranding, Hideo Kojima, telah mengunggah sebuah teaser samar di situs webnya.

Yang mana teaser tersebut, telah membuat para penggemar berspekulasi tentang apa yang akan diumumkan oleh perusahaan video game asal Jepang itu. Teaser yang menurut data Wayback Machine diposting minggu ini, menunjukkan gambar siluet kepala seorang wanita yang tampak remang-remang, dengan sebuah pertanyaan “Who am i?” yang ditumpangkan di atasnya.

Dan setelah salah seorang pengguna Twitter dengan akun Geoff Keighley (@geoffkeighley), mengunggah gambar tersebut di akun Twitter-nya, desas-desus tentang proyek terbaru Hideo Kojima pun menyebar dengan cepat.

Baca juga: Belum Setahun, Game Babylon’s Fall Umumkan Tutup Server

Kojima Production
Twitter: @geoffkeighley | Rumor Tentang Game Baru Kojima Production

Rumor Tentang Game Baru Kojima Production  

Mengutip dari laman web IGN, para penggemar dilaporkan telah memindai gambar teaser itu dengan segala cara, dan beberapa dari mereka juga berteori bahwa wanita dalam gambar tersebut adalah Margaret Qualley. Aktris asal Amerika yang dikenal sebagai pemeran tokoh Mama dan Lockne, dalam game karya Kojima, Death Stranding.

Jika Qualley adalah sosok wanita dalam gambar, maka rumor tentang Kojima yang sedang mengembangkan judul horor baru mungkin benar.

Awal tahun ini, leaker populer Tom Henderson, membagikan dugaan bahwa Kojima mungkin sedang mengerjakan judul horor pertamanya sejak P.T., dan judul yang ia maksud adalah Overdose. Sebuah game horor yang kabarnya akan dipublikasikan oleh Xbox.

Keighley sendiri membagikan gambar teaser tersebut beberapa jam sebelum dimulainya presentasi Xbox, di Tokyo Game Show 2022. Dan para penggemar percaya tweet itu adalah salah satu tanda, bahwa Kojima akan muncul untuk mengumumkan judul secara resmi. Namun, pengumuman itu tidak pernah tiba.

Suka dengan artikel ini? Jangan lupa untuk membaca artikel menarik lainnya hanya di https://gamefinity.id/

Mirip Discord, Facebook Rilis Fitur Community Chats

GAMEFINITY.ID Kutai Kartanegara – Meta dilaporkan akan kembali mengadaptasi fitur milik Discord ke Facebook. Dan kali ini, Meta akan menghadirkan fitur Community Chats untuk grup Facebook dan Messenger. Meta memperkenalkan cara baru bagi para pengguna Facebook untuk saling terhubung satu sama lain. Berdasarkan laporan dari laman web Engadget, raksasa media sosial itu telah berencana untuk memperluas fitur Community Chats di masa mendatang.

Community Chats sendiri, merupakan sebuah fitur yang memungkinkan grup Facebook dan Messenger untuk mengatur diskusi seputar topik favorit mereka. Selain percakapan teks biasa, Community Chats juga akan mendukung obrolan audio dan video, hingga memungkinkan admin untuk menyiarkan pesan ke grup mereka.

Karena Meta membayangkan para penggunanya akan menggunakan Community Chats untuk berkomunikasi dengan orang-orang di luar circle sosial mereka, maka admin grup akan memiliki akses khusus ke beberapa alat moderasi, agar dapat memastikan bahwa percakapan tetap berjalan dengan aman dan sopan.

Nantinya, fitur “Bantuan Admin” akan memungkinkan para admin dan moderator untuk membuat daftar kata dan frasa yang mereka inginkan, untuk ditandai dan diambil tindakan oleh platform secara otomatis. Admin juga memiliki kemampuan untuk membisukan, menangguhkan, hingga memblokir individu yang tidak bermain sesuai aturan dalam komunitas. Mereka juga dapat mengadakan obrolan khusus antar admin, yang dapat digunakan untuk mengobrol secara pribadi dengan tim moderasi komunitas.

Baca juga: Belum Setahun, Game Babylon’s Fall Umumkan Tutup Server

Community Chats Like Discord
Meta | Mengadaptasi Fitur Yang Telah Ada Di Discord

Mengadaptasi Fitur Yang Telah Ada Di Discord

Jika fitur tersebut terdengar familiar, maka itu adalah hal yang wajar, karena Meta telah mereplikasi cara kerja Discord secara efektif.  Di Discord, pengguna dapat bergabung dengan Server Komunitas yang diatur di sekitar satu game atau minat. Bahkan admin dapat membuat beberapa sub-saluran bagi para anggota yang ingin mendiskusikan aspek tertentu dari minat mereka.

Seperti halnya Meta, yang memungkinkan pengguna Community Chats untuk melakukannya. Bahkan alat moderasi dari fitur tersebut, mengingatkan pada fitur yang telah dirilis Discord dalam beberapa bulan terakhir, yang dihadirkan untuk memerangi troll.

Suka dengan artikel ini? Jangan lupa untuk membaca artikel menarik lainnya hanya di Gamefinity.id/

Belum Setahun, Game Babylon’s Fall Umumkan Tutup Server

GAMEFINITY.ID Kutai Kartanegara – Belum genap setahun, game Babylon’s Fall telah diumumkan akan tutup server. Penutupan ini kemungkinan disebabkan oleh minimnya peminat, dari game Action RPG besutan PlatinumGames tersebut.

Rilis pertama kali pada tanggal 3 Maret tahun ini, PlatinumGames sepertinya telah berjuang keras demi mendapatkan pemain baru untuk Babylon’s Fall.  Namun sepertinya, usaha mereka masih belum juga membuahkan hasil yang memuaskan, karena server game tersebut akan ditutup beberapa hari sebelum hari jadi pertamanya.

Penutupan server diumumkan melalui situs resmi Babylon’s Fall (via NME), dimana tim pengembang menyatakan bahwa server game tersebut akan ditutup pada tanggal 28 Februari 2023.

“Dengan sangat menyesal kami memberitahu Anda bahwa kami akan menghentikan layanan game pada hari Selasa, 28 Februari 2023,” tulis pengumuman di web resmi Babylon’s Fall.

Dengan adanya pengumuman ini, maka bisa dipastikan “pembaruan skala besar” yang telah direncanakan oleh tim developer akan dibatalkan.

Baca juga: Jason Allen, Sebagian Seniman Masih Menyangkal Kemampuan AI

Game Babylon's Fall
Gambar oleh: PlatinumGames | Dikenal Sebagai Salah Satu Game Terburuk Tahun Ini

Dikenal Sebagai Salah Satu Game Terburuk Tahun Ini

Sejak awal perilisannya, Babylon’s Fall telah menuai banyak kritikan dari para pemainnya. Mulai dari kualitas grafis yang dianggap mengecewakan, gameplay yang tidak sesuai ekspektasi, hingga disebut sebagai Godfall 2.0.

Selain penutupan server, PlatinumGames juga mengumumkan bahwa mereka akan mengimplementasikan sebanyak mungkin event dan inisiatif lain sebelum layanan game berakhir.

“Sampai hari ini, kami telah menerima banyak umpan balik dari semua Sentinel kami melalui berbagai survei, streaming langsung resmi, server Discord resmi kami, dan saluran media sosial, yang telah sangat membantu kami dalam tim pengembangan dan operasi,” ucap  pengembang.

“Khususnya, melalui survei kami, kami menerima banyak pesan dukungan yang antusias di samping pengamatan yang tajam terhadap masalah dan saran untuk perbaikan.” Imbuh mereka.

“Ini benar-benar membuat kami merasa bahwa kami mampu menciptakan dunia Babylon’s Fall bersama dengan para pemain kami.  Terlepas dari semua dukungan Anda, kami benar-benar sedih dan menyesal untuk mengatakan bahwa kami tidak dapat melanjutkan layanan game ini.”

Sementara itu, untuk Musim kedua dari game ini tetap akan berakhir sesuai jadwal, yaitu pada tanggal pada 29 November mendatang. Dan kemudian dilanjutkan dengan musim terakhir, yang dimulai pada hari yang sama.

Suka dengan artikel ini? Jangan lupa untuk membaca artikel menarik lainnya hanya di Gamefinity.id/

Jason Allen, Sebagian Seniman Masih Menyangkal Kemampuan AI

GAMEFINITY.ID Kutai Kartanegara – Seniman AI Midjourney, Jason Allen, sebut sebagian seniman menyangkal potensi dari program Kecerdasan Buatan (AI), yang dapat meniru kreativitas, serta bersaing dengan para manusia. Dirinya bahkan berpendapat, bahwa program AI Text-to-Image adalah bagian dari era baru dunia seni.

Baru-baru ini, seorang seniman asal Colorado (AS), Jason Allen, menjadi perbincangan hangat dikalangan komunitas seniman. Allen bahkan disebut-sebut telah menyulut kobaran api di dunia seni, setelah lukisan miliknya yang dibuat menggunakan perangkat lunak AI Text-to-Image, Midjourney, meraih hadiah pertama dalam kompetisi seni rupa Colorado State Fair.

Dalam sebuah wawancara dengan PC Gamer, Allen mengungkapkan bahwa ia telah menerima banyak email pujian dan kritikan sejak diumumkan sebagai pemenang kompetisi.

“Ya, ini adalah minggu yang gila dengan semua yang terjadi,” ucap Allen dalam wawancara. “Ada banyak cinta dari komunitas tetapi juga banyak kebencian, saya telah menerima beberapa surat kebencian”

Dan saat ditanya mengenai perasaannya ketika menerima banyak kritikan, Allen mengatakan bahwa sebagian seniman tengah menyangkal adanya potensi diri program Kecerdasan Buatan (AI), yang dapat meniru kreativitas, atau bahkan bersaing dengan para manusia

“Bagian dari masalah yang saya yakini adalah sebagian artist menyangkal kemampuan A.I. untuk mencapai tingkat kekuatan yang bisa meniru tingkat ekspresi kreatif yang sama dengan yang bisa dilakukan manusia, apalagi bersaing dengan mereka,” tulis sang Seniman.

“Kami belum melihat A.I. lakukan ini sendiri, namun, saya telah menunjukkan bahwa teknologi harus dianggap serius dengan menang kompetisi seni rupa Colorado State Fair dalam kategori seni digital.” Imbuhnya.

“Teknologi ini ada, dan menciptakan potongan-potongan yang membuktikan bahwa ia dapat melakukan ini sekarang.”

Baca juga: Sony Rombak Ulang Motherboard PlayStation 5

Jason Allen | AI Sebagai Alat Seni Rupa Digital
Gambar: Jason Allen | AI Sebagai Alat Seni Rupa Digital

Jason Allen, AI Sebagai Alat Seni Rupa Digital

Allen berpikir bahwa kemampuan software AI Text-to-Image telah menyebabkan “semacam krisis eksistensial” di komunitas seni, yang mana merujuk pada program DALLE-2 dan Midjourney (software yang ia gunakan).

“Penolakan adalah langkah pertama dalam proses berduka, mungkin (dan saya sengaja mengatakan MUNGKIN) seniman harus melalui proses penyembuhan untuk mencapai penerimaan mereka terhadap AI,” tulis Allen, kepada PC Gamer.

“Karena itu tidak akan hilang dan hanya akan menjadi lebih bertenaga (kuat).  Saya pikir reaksinya setara dengan kursus untuk setiap kemajuan besar dalam teknologi yang berkaitan dengan seni. Seperti halnya kamera, yang mengancam seniman potret di masa lalu, di mana pria itu ‘tidak perlu melakukan apa pun kecuali menekan tombol.’  Tentu saja, kita tahu itu konyol sekarang, tetapi butuh waktu untuk menerima era baru kemajuan seni.”

Selain mengutarakan pendapat mengenai era baru dunia seni, Allen juga membagikan proses dari pembuatan lukisan miliknya. Dimana ia mengklaim telah menghabiskan lebih dari 900 kali percobaan selama lebih dari 80 jam. Belum lagi  proses editing dengan Photoshop dan Giga Pixel AI.

“Saya membuat lebih dari 900 iterasi (pengulangan) Space Opera Theatre dan (telah) menghabiskan lebih dari 80 jam secara konservatif,” kata Allen.

“Saya memilih tiga teratas saya, membersihkannya di photoshop, dan meningkatkannya dengan Gigapixel A.I. Saya seorang penulis kreatif dan direktur seni dan saya pikir pekerjaan saya jelas tercermin dalam prompt yang saya buat untuk membuat karya-karya ini.”

Lukisan AI Jason Allen Menang Tanpa Melanggar Peraturan
Lukisan AI Menang Tanpa Melanggar Peraturan

Lukisan AI Menang Tanpa Melanggar Peraturan

Seorang juru bicara Departemen Pertanian Colorado mengatakan kepada New York Times bahwa, ketika Allen mengungkapkan penggunaan Midjourney dalam pengajuannya, itu telah termasuk dalam aturan kompetisi.  Mereka menambahkan bahwa para juri tidak tahu apa itu Midjourney pada saat itu, tetapi karya Allen akan tetap menang.

Allen sendiri percaya bahwa suatu saat nanti, acara-acara penghargaan akan menciptakan ‘kategori AI’, yang memang tampak seperti solusi yang masuk akal. Sama halnya dengan dirinya, yang telah siap untuk menghadapi orang-orang yang mengkritik karyanya.

“Etika tidak ada dalam teknologi,” kata Allen kepada New York Times setelah kemenangannya. “(Etika) Ada di orang-orang (masyarakat). Ini tidak akan berhenti. Seni sudah mati, Bung. Sudah berakhir. AI menang. Manusia kalah.”

Suka dengan artikel ini? Jangan lupa untuk membaca artikel menarik lainnya hanya di Gamefinity.id/

Sony Rombak Ulang Motherboard PlayStation 5

GAMEFINITY.ID Kutai Kartanegara – Model terbaru dari konsol PlayStation 5 yang sebelumnya muncul di Australia, dilaporkan hadir dengan beberapa perubahan besar. Mulai dari ukuran motherboard yang lebih kecil, berat heatsink yang lebih ringan, hingga pengurangan konsumsi daya listrik yang lebih hemat hampir 10 persen.

Pada akhir Agustus lalu, penampakan luar dari PlayStation 5 Model 1200 telah muncul di Australia. Dan kini, seorang YouTuber teknologi, Austin Evans, berkesempatan untuk mendapatkan Edisi Digital dari model tersebut, serta melihat apa saja perubahan yang dihadirkan oleh Sony jika dibandingkan dengan model sebelumnya.

Dalam video berdurasi 11 menit yang diunggah olehnya, sang YouTuber membagikan penampakan sisi luar dan dalam dari model 1200. Sony menggunakan motherboard baru yang lebih kecil untuk PS5, sistem pendingin yang berbeda, juga perubahan pada bagian penutup SSD.

Selain berat konsol yang lebih ringan 500 gram, model 1200 juga memiliki konsumsi daya listrik yang lebih hemat. Konsol tersebut bahkan juga memiliki penyebaran suhu panas yang lebih merata, jika dibandingkan dengan 2 versi pendahulunya.

Baca juga: Ex Developer Payday Akan Kembangkan Game Heist Baru

Inside Playstation
Screenshot: Austin Evans | Perombakan Sisi Dalam PlayStation 5 Versi Baru

Perombakan Sisi Dalam PlayStation 5 Versi Baru

Menurut Evans (via: The Verge), Motherboard dan heatsink baru pada PlayStation 5 model 1200 memiliki berat sekitar 1,1 kilogram, 500 gram lebih ringan dari versi aslinya. Dalam video pembongkaran, Sony juga telah memindahkan banyak komponen dalam desain motherboard baru ini.

Seperti posisi baterai CMOS yang sekarang tersembunyi di bawah heatsink, yang diklaim Evans bahwa “sekarang pengguna harus benar-benar membongkar PS5 untuk mengganti baterai CMOS.”

Penutup SSD juga telah berubah dalam model PS5 baru ini. Tidak lagi memiliki PCB di seluruh bagian, dan mengekspos logamnya. Masih belum jelas mengapa Sony mengubah bagian khusus dari desain PS5 ini, tetapi Evans berspekulasi bahwa itu ditujukan untuk meningkatkan pembuangan panas.

Dalam videonya, Evans juga mengklaim model PS5 baru berjalan dengan sekitar 20-30 watt daya listrik yang lebih sedikit, sambil tetap menghasilkan jumlah kebisingan dan keluaran panas yang sama.

“Sony mengecilkan hampir semuanya termasuk motherboard dan kemasan internal untuk membuatnya lebih ringan dan hampir pasti lebih murah (untuk mereka),” tulis Evans di Twitter.

PlayStation 5 model 1200 tiba bertepatan saat Sony menaikkan harga PS5 di luar AS. Sony menaikkan harga PS5 di Inggris, Eropa, Jepang, Cina, Australia, Meksiko, dan Kanada.

Suka dengan artikel ini? Jangan lupa untuk membaca artikel menarik seputar game dan teknologi lainnya hanya di Gamefinity.id/