GAMEFINITY.ID, Jakarta – Esports disebut-sebut sebagai salah satu olahraga “jaman now”. Jika digeluti dengan benar, Esports bahkan juga bisa menjadi mata pencaharian tersendiri. Terbukti, atlet-atlet Esports kenamaan juga memiliki kekayaaan yang tak kalah mentereng ketimbang atlet olahraga lain seperti sepak bola atau basket.
Sebut saja kapten OG Esports, Johan “N0tail” Sundstein. Juara dunia Dota 2 bisa dibilang menjadi atlet impian dari banyak pemain Esports profesional di seluruh dunia. Bersama OG, N0tail memenangkan kejuaraan Dota 2, The International sebanyak dua kali, pada 2018 dan 2019.
Dua kali juara membuat OG langsung melejit menjadi salah satu tim terkaya di skema kompetitif Dota 2, begitu juga dengan para pamainnya. N0tail adalah pemain Esports terkaya di dunia, setidaknya menurut hadiah yang telah dimenangkan.
Kapten OG telah memenangkan hadiah uang lebih dari 7,4 Juta USD. Sebagian besar dari uang ini diperoleh melalui kemenangan di The International 8 (TI8) dan The International 9 (TI9) di mana timnya mengumpulkan total hadiah uang sebesar 27 juta USD. N0tail juga memenangkan empat gelar Major di mana OG memenangkan lebih dari 4 juta USD.
Kepada BBC, baru-baru ini N0tail memamerkan rumah barunya yang sekaligus jadi markas baru timnya. Hadiah dari beberapa kompetisi yang mereka lakoni membuat N0tail bisa membeli sebuah rumah dan pindah dari Denmark ke Lisbon, Portugal.
Di sana N0tail membeli rumah dan merenovasinya dengan mengeluarkan biaya mencapai 1,8 juta Eur atau sekitar Rp30,5 miliar. Pemain berusia 27 tahun ini membuat rumahnya sebagai “markas” baru OG. Di dalam rumah tersebut ada 17 kamar dan berbagai fasilitas pendukung seperti kolam renang dan arena olahraga fisik. Bahkan hingga dapur yang dilengkapi chef, yang siap menghidangkan makanan bergizi bagi para pemain dan staf OG.
“Saya telah menghabiskan 400 ribu Eur sejauh ini untuk merenovasi dan membeli barang-barang seperti furnitur dan material. Saya menghabiskan satu setengah (juta untuk properti). Saya juga menghabiskan 300 ribu Eur lagi untuk dikerjakan, jadi hingga harganya sekitar 1,8 juta Eur. ”
Pemain asal Denmark itu juga menceritakan bagaimana dirinya bisa menggeluti dunia game. Dirinya juga mengaku harus putus sekolah karena terlalu kesulitan membagi waktu. Hal ini sempat membuat ibunya khawatir akibat sang anak kecanduan game.
“Saya memiliki Gameboy ketika saya mulai belajar menggunakan pispot. Saya banyak bermain ketika saya berusia 13, 14 tahun. Saya pulang dari sekolah dan pada dasarnya bermain sampai larut, hingga 12 jam, terkadang lebih. Selama akhir pekan bisa lebih. Saya akan bermain 20 jam jika saya bisa. Ibu saya mengkhawatirkan kesehatan saya dan sedikit tentang masa depan saya. Saya kesulitan dengan sekolah dari usia 15 sampai 17, atau akhir 16, dan saya berhenti setelah itu. Saya tidak pernah melihat ke belakang.”
N0tail bersama dengan OG bersiap untuk memulai perjuangan mereka meraih gelar juara TI ketiga mereka akhir tahun ini. Mereka akan menghadapi pertandingan Liga Regional pertama di wilayah UE melawan Chicken Fighters pada 23 Januari. N0tail sendiri sudah berencana untuk tetap menggeluti game dengan berperan sebagai pelatih, setelah dirinya pensiun sebagai pemain.
“Saya pikir saya punya banyak tahun tersisa. Saya dulu masih muda dan sekarang saya mulai tua, meski belum merasa tua. Ini benar-benar masih terasa seperti saya berusia 20 tahun dan kami baru saja memulai. Saya mungkin bukan pemain terbaik dalam keterampilan mekanik, tetapi saya tahu bagaimana membuat ini bekerja.”