GAMEFINITY.ID, Jakarta – UniPin Community kembali menyelenggarakan webinar untuk mengedukasi mahasiswa hingga masyarakat umum mengenai seluk beluk industri Esports. Kali ini, topik yang diusung adalah “Esports: Potensi dan Peluang di Mata Brand”. Dilakukan secara daring melalui Zoom, webinar ini diselenggarakan Rabu (25/3) dengan pembicara yang berkecimpung langsung di dalam Industri terkait.
Hadir sebagai narasumber antara lain, Anes Budiman selaku Channel Platform Manager di AMD, Axell Kioe selaku Strategic Planning Manager di Ogilvy, dan Robby Arianto selaku Branding & Marketing Specialist di Fantech Indonesia. Ketiganya banyak berbagi pandangan, terutama dari sisi brand yang mereka representasikan. Sementara Axell banyak membagikan perspektif secara besar dari sisi tren audience.
Baca juga:
“Dari data statistik, konsumen yang muda itu semakin naik. Udah 60 juta lebih. Konsumen boomers makin menurun karena spending power yang tidak konsumtif lagi. Esports itu jadi seksi karena konsumennya banyak teridentifikasi dari Gen Z atau millenial. Mobile games, utamanya sudah menjadi hal yang sangat relevan bagi kedua audience ini karena 70% dari mereka main gim. Disana kita menggunakan Esports atau games itu supaya connect ke mereka.”
Sebagai pelaku bisnis sekaligus fans yang sudah mengikuti perkembangan Esports sejak awal, Robby juga menyebutkan dampak Esports yang mempengaruhi Fantech Indonesia dalam mendekati pangsa pasar mereka.
“Dulu ketika game PC masih merajai, produk-produk yang diunggulkan dan game-game yang gencar ya game PC. Sekarang ketika mulai booming game-game mobile, kita mencari cara bagaimana mengkoneksikan brand PC ini dengan game mobile? Kita membaca para gamers tidak hanya bermain tapi juga ingin menjadi pro-player. Kita masuk dan menyasar bukan sebatas dari game-nya. Tapi kita pikirkan bahwa Fantech Indonesia dapat jadi jembatan untuk karir mereka.”
Selain membagikan perspektif pasar dan industri ketiganya juga tidak ragu membagi tips dan trik kepada para peserta webinar yang hadir agar tim maupun kegiatan Esports mereka dapat mendapat dukungan sponsor. Poin penting pertama, menurut Anes adalah attitude dan manner yang terepresentasikan lewat cara pendekatan.
“Banyak tim kecil yang sebenernya promising dan prominent. Memperkenalkan diri melalui proposal dan mengemasnya dengan penamaan, penulisan, tutur kata itu sangat penting. Karena dari satu proposal itu bisa dilihat seberapa serius si organisasi atau individu itu apa yang ingin dia perjuangkan.”
Serupa dengan Anes, Robby juga menyebutkan poin profesionalitas juga tidak kalah krusial. Karena brand akan sangat memperhatikan perjanjian mutualisme yang telah disepakati dan sinergi yang terjadi dalam pelaksanannya. Secara keseluruhan, mereka bertiga setuju bahwa relevansi, exposure dan kesamaan value merupakan ukuran awal brand dalam menentukan pertimbangan kerjasama.
“Misal tim Esports Jogja harus kelihatan fansnya orang Jogja. Itu brand sangat tertarik. Jadi pastikan tahu value kamu apa dan fans kamu siapa. Lalu building fans itu yang spesifik dan targeted. Harus jelas dan bisa dituangkan di proposal”, tambah Axell melengkapi ulasan ketiganya.
Debora Imanuella, selaku Senior Vice President UniPin Community menutup dengan poin lain mengenai peran fans serta komunitas dalam membuat keberadaan brand dapat lebih merasa “diterima” dalam dunia Esports.
“Karena misal ada hal-hal negatif, itu justru membuat brand jadi ilfeel. Mereka akan ragu support komunitas ini dan image gamers bisa jadi buruk. Itu bisa jadi alasan brand untuk takut masuk.”