Category Archives: Gamepedia

Alasan Mengapa Steam Lebih Dominan dari yang Lain

GAMEFINITY.ID, Kabupaten Malang – Steam, sebuah platform distribusi digital yang telah hadir sejak tahun 2003. Meski sudah berusia hampir dua dekade, nyatanya Steam masih dapat bertahan di pasar gaming saat ini. Bahkan, bila dilihat lebih jauh, Steam dapat bertahan hingga beberapa puluh tahun mendatang dengan prospek masa depan yang menjanjikan.

Steam Deck in-image | IGN
Steam Deck Salah Satu Produk Steam oleh Valve | IGN

Tapi, kalian pernah kebayang nggak sih, kenapa Steam masih populer meskipun sudah banyak saingannya. Contoh saja ada Epic Games Store yang setiap minggunya punya game gratis untuk dibagikan kepada para pelanggannya, Microsoft Store yang hadir di setiap laptop berbasis OS Windows, dan masih banyak lagi yang lain seperti Battle.net dan GOG.

Nah dari kesemua itu, kenapa sih Steam masih bisa menungguli mereka semua? Bahkan dapat dikatakan Steam menang jauh jika dibandingkan oleh rival-nya.

  1. Steam Punya Game yang Jauh Lebih Banyak

Alasan paling mendasar mengapa sebuat platform digital banyak dipakai adalah banyaknya game yang tersedia. Menyediakan banyak game dapat bermanfaat bagi para pemain agar seluruh game milik mereka dapat berkumpul menjadi satu dan tidak perlu mnegunduh platform lainnya.

Pada awalnya, Steam hanya menjadi sebuah platform distribusi digital untuk game milik Valve saja, namun seiring waktu Steam juga menawarkan kesempatan untuk pihak ketiga.

Dari jumlah game yang tersedia ketika artikel ini ditulis, ada lebih dari 50 ribu games yang didistribusikan lewat Steam.

Sebagai perbandingan, Epic Games Store yang notabene menjadi pesaing terdekat Steam, hanya punya total 917 game yang tersedia di platform-nya pada tahun 2021 berdasarkan website Statista. Sementara itu, di tahun yang sama, Steam punya lebih dari 10 ribu game baru yang tersedia. Ya, 10 ribu game baru hanya dalam waktu 1 tahun!

Di platform lainnya pun juga masih jauh dari kata cukup untuk menyaingi Steam. Microsoft Store hanya memiliki total 1.743 game, GoG dengan total 5.300 game, dan Origin hanya memiliki 350 game tersedia.

Lalu bagaimana dengan Ubisoft Connect, Battle.net, Rockstar Client, dan Riot Client? Keempat platform tersebut tidak membuka kesempatan distribusi untuk pengembang luar, jadi dapat dipastikan jumlah game yang tersedia jauh lebih kecil.

Baca Juga: Evercade Konsol Retro Terkini dengan ROM Serba Legal

  1. Steam Punya Komunitas yang Besar dan Aktif

Dalam industri game sendiri, komunitas merupakan sebuah aspek yang tidak dapat diremehkan. Karena pada faktanya, sebuah game dapat terus berlanjut apabila komunitasnya aktif dan ramai. Contoh saja ada komunitas CS, DOTA, Age of Empire, dan berbagai macam game lainnya yang sudah ada sejak awal 2000-an.

Dalam kasus ini Steam jelas menang jauh daripada yang lain. Mengapa menang jauh? Karena Steam memiliki fitur komunitasnya sendiri yang tersedia di dalam aplikasinya. Ketersediaan fitur komunitas di dalam aplikasi tersebut membuat para penggunanya mudah untuk mengakses berbagai konten yang disediakan oleh komunitas setiap game.

Bahkan, Steam sampai memiliki fitur bernama Steam Workshop dimana komunitasnya dapat membagikan konten milik mereka sendiri untuk dimainkan dan digunakan oleh orang lain. Selain itu pengguna aktif Steam yang masif (62 juta pengguna aktif harian) juga menjadi salah satu faktor mengapa komunitas di Steam sangat aktif.

Sementara itu di platform lain? Fitur komunitas sangat terbatas. Epic Games Store tidak memiliki fitur komunitas built-in, bahkan menyembunyikan review dari para pemainnya. Hal ini juga berlaku dengan platform lain seperti Origin, GoG, Ubisoft Connect, dan yang lain, mereka juga tidak punya fitur komunitas seperti apa yang dimiliki Steam.

  1. Fitur yang Lebih Banyak

Selain fitur komunitas Steam juga memiliki beberapa fitur yang tidak dimiliki oleh platform lain.

Dalam hal paling mendasar, yaitu masalah harga, Steam memiliki kebijakan untuk tidak meratakan harga asli dalam sebuah mata uang. Hasilnya harga game di Steam menjadi lebih murah dari yang lain karena disesuaikan pada harga di sebuah negara tertentu.

User experience di Steam juga diperhatikan secara penuh. Mereka memiliki fitur big mode untuk meningkatkan pengalaman bermain via controller. Urusan unduh mengunduh, Steam juga dinilai lebih unggul karena mereka memiliki berbagai server yang dapat dipilih oleh pengguna karena server terdekat yang tidak selalu paling kencang. Contohnya adalah admin sendiri yang kecepatan unduhannya lebih kencang ketika memakai server Australia-Perth ketimbang pakai server Jakarta. Kedua hal tersebut jarang atau bahkan tidak muncul di beberapa platform lainnya.

Bagi para pengembang pun juga punya fitur yang memudahkan mereka. Steam membagikan SDK atau Steam Development Kit agar para pengembang dapat mengintegrasikan game milik mereka dengan fitur di Steam. Meskipun tidak seperti Epic Games yang menyediakan hingga engine-nya secara gratis, para pengembang tidak berhenti untuk merilis game-nya di Steam karena aksesibilitas yang luas serta feedback komunitas yang besar.

  1. Promo, Satu Kata yang Menjelaskan

Dan yang terakhir dan menjadi alasan paling mendasar adalah promo. Yak, promo di Steam terkenal akan kesadisannya dalam memotong harga. Apa yang awalnya ratusan ribu bila ada promo bisa hanya menjadi puluhan ribu atau bahkan belasan ribu rupiah. Beberapa game dapat menyentuh angka yang tidak masuk akal, seperti Borderlands Handsome Collection yang harga awalnya jutaan menjadi puluhan ribu.

Banyaknya promo ini ditambah dengan berbagai event dari developer, publisher, atau bahkan Valve sendiri yang melakukan sale besar besaran dalam beberapa waktu dalam satu tahun. Sale besar-besaran tersebut juga tidak dapat dikatakan jarang dilakukan, dalam setahun ada 4 hingga 5 kali Steam sale yang dilakukan. Hal tersebut belum termasuk sale yang diadakan per developer, publisher atau franchise.

“Kan Epic Games Store gratis bang”, ya hal itu juga menggiurkan. Namun, gratisnya sebuah game seperti pada EGS membuat Epic Games sendiri mengalami kerugian dalam menjalankan EGS. Berbeda dengan Steam, sebesar apapun promonya mereka tetap untuk. Bahkan, beberapa waktu ada game yang digratiskan di Steam.

Steam mendominasi bukanlah tanpa alasan. Ketersediaan game yang masif, komunitas aktif dan banyak, fitur berlimpah, dan ramah kantong menjadi alasannya. Namun, Steam juga tidak dapat dikatakan sempurna, masih ada beberapa kekurangan dan yang terkenal adalah buruknya consumer service miliknya.

Baca juga: Armored Core, Franchise FromSoftware sebelum Dark Souls

Hal ini tidak praktis menjadikan platform lainnya buruk, semua pasti ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Bagi free players, mungkin EGS menjadi pilihan terbaik karena mereka tidak perlu merogoh kantong untuk bermain game yang seharusnya berbayar.

Selalu ada yang menarik ketika membahas persaingan antar platform distribusi digital ini. Khususnya EGS sebagai pesaing terdekat Steam, meskipun mereka masih punya jalan yang panjang untuk mengalahkan legendarisnya Steam di mata para gamers.

Evercade Konsol Retro Terkini dengan ROM Serba Legal

GAMEFINITY.ID, Bandar Lampung – Evercade merupakan perangkat keras asal Inggris, Blaze Entertainment. Evercade berfokus pada game bergaya retrogaming dengan menggunakan ROM cartridge yang masing-masing berisi sejumlah game yang umum pada konsol handheld.

Pengembangan Evercade sendiri dimulai pada 2018, dan konsol ini dirilis Mei 2020, setelah mengalami beberapa penundaan. Saat awal diluncurkan, Evercade ini menawarkan 10 ROM cartridge dengan total gabungan kurang lebih 122 game.

Baca juga: Review Manhunt 2, Sekuel Game Stealth Execution dari Rockstar

Game Company dalam Perilisan Evercade

Arc System Works, Atari, G-Mode, Interplay Entertainment, Bandai Namco Entertainment dan Piko Interactive telah merilis versi emulasi dari game mereka untuk dapat dimainkan di Evercade. Homebrew game yang sudah ada juga telah dirilis ulang untuk konsol Evercade oleh Mega Cat Studios.

Evercade mampu memainkan game yang awalnya dirilis untuk Atari 2600, Atari 7800, Atari Lynx, Intellivision, NES, SNES, dan Sega Genesis/Mega Drive, serta beberapa game arcade lainnya.

Evercade

Pada 31 Mei 2022, Blaze Entertainment selaku pengembang mengumumkan bahwa konsol tersebut akan dihentikan produksinya. Dengan kata lain Evercade mencapai titik dimana rilisnya Evercade EXP yang ditingkatkan dan akan rilis selama musim dingin di 2022 dan 2023.

Evercade Sebagai Konsol Arcade Handheld Generasi Terbaru

Evercade dikembangkan oleh Blaze Entertainment yang berada di Inggris. Perusahaan ini sebelumnya juga memproduksi produk terkait Atari dan Game Gadget. Blaze memulai pengembangan Evercade di tahun 2018, dengan tujuan menciptakan konsol yang lebih unggul dari perangkat tipe plug-and-play.

Evercade

Evercade resmi diumumkan pada April 2019, sebagai konsol retro gaming portabel dengan kemampuan untuk dihubungkan ke layar televisi atau mirror.

Pada awalnya, Evercade dirilis untuk kuartal keempat tahun 2019, sebelum alami penundaan hingga 20 Maret 2020, dan sedikit mundur lagi hingga 22 Mei 2020.

Evercade dijual seharga £60/$80 dengan satu paket dengan cartridge game, sedangkan edisi premium dijual seharga £80/$100 dan termasuk tiga cartridge game.

Evercade

Secara umum, Evercade terbagi atas beberapa gaya game yang tentunya dibagi berdasarkan cartridge, seperti Retrogaming, Arcade, dan Computer game. Berikut beberapa game yang dapat dimainkan di Evercade, antara lain seperti Pac-Man, Power Football, Worms Armageddon, Summer Games, dan banyak lagi lainnya.

Update informasi menarik lainnya seputar game hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan voucher game dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.

Armored Core, Franchise FromSoftware sebelum Dark Souls

GAMEFINITY.ID, Bandung – Banyak orang yang kenal FromSoftware sebagai pionir genre soulslike dengan Demon’s Souls dan franchise Dark Souls. Sejak saat itu, genre soulslike seakan sudah menjadi ciri khasnya, terlihat dari game selanjutnya seperti Bloodborne, Sekiro, dan Elden Ring. Sebelum melahirkan genre soulslike, FromSoftware sudah terkenal terlebih dahulu dengan seri Armored Core.

Armored Core merupakan seri third person shooter bertema mecha. Dalam game tersebut, pemain akan membangun dan mengendarai sebuah mecha.

Entri pertamanya, Armored Core, rilis pada 1997. Sedangkan entri terbarunya, Armored Core V, rilis pada 2012. Ditambah, FromSoftware sudah mengumumkan Armored Core VI: Fires of Rubicon akan rilis 2023 mendatang.

Armored Core Sudah Di-reboot Dua Kali

Secara teknis, Armored Core sudah mengalami reboot, tidak hanya sekali, melainkan dua kali. Seri buatan FromSoftware itu memiliki tiga timeline utama, masing-masing menceritakan versi post-apocalypse masing-masing di mana pemain dapat mengandalkan mecha-nya.

Timeline pertama menjadi latar waktu dua game pertamanya. Dalam timeline ini, disebutkan bahwa sebuah Great Destruction menghancurkan umat manusia. Bahkan perusahaan korporat mulai lebih berkuasa daripada pemerintah, mengakibatkan pekerjaan kotor lebih marak.

Armored Core 3 menjadi reboot pertama dari seri game ini. Kali ini, umat manusia menderita akibat perang nuklir global. Perusahaan korporat masih menguasai dunia, dengan sebuah AI bernama Controller ikut mengontrol umat manusia.

Armored Core IV
Armored Core IV menjadi reboot kedua dalam franchise

Reboot kedua yang tergambar di Armored Core 4 menceritakan perusahaan korporat mulai memperebutkan wilayah demi menguasai dunia. Persaingan ini turut mengancam umat manusia karena memicu polusi saat perang.

Saat ini, Armored Core memiliki total 13 judul utama dan 7 spin-off.

Baca juga: Elden Ring Tambah DLC Colosseum untuk PvP!

Kustomisasinya Melimpah, Tapi Berdampak pada Combat

Armored Core V customization
Kustomisasi di Armored Core V

Saat ini, kustomisasi menjadi elemen penting untuk menikmati sebuah game, terutama game dari FromSoftware seperti Elden Ring. Armored Core tentu menerapkan kustomisasi yang cukup melimpah sejak game pertamanya. Namun, pemain harus bijak dalam membuat mecha-nya sendiri dengan kustomisasi, hal ini berdampak pada kemampuan mecha selama bertarung.

Setelah mendesain mecha-nya sendiri, pemain harus melakukan sebuah test drive. Momen inilah saat mereka menyadari keputusan apapun yang mereka buat berpengaruh pada kemampuan mecha. Contohnya seberapa cepat boost yang dapat diterapkan, mampu untuk melakukan jump atau tidak, dan apakah mudah mengalami overheat.

Sebelum Soulslike, Genre Mecha Jadi Salah Satu Ciri Khas FromSoftware

Sebelum menjadikan soulslike sebagai ciri khasnya melalui Dark Souls dan Elden Ring, FromSoftware sempat menjadikan genre mecha sebagai kepandaiannya. Selain Armored Core, mereka sempat membuat game mecha lain, di antaranya Frame Gride (1999), Murakumo: Renegade Mech Pursuit (2002), Metal Wolf Chaos (2004), dan franchise Another Century’s Episode (2005-2010).

Tidak hanya mecha, genre RPG juga menjadi ciri khas dari FromSoftware, dimulai dari game dan franchise pertamanya King’s Field yang menjadi inspirasi untuk Demon’s Souls dan Dark Souls.

Armored Core dapat dikatakan sebagai salah satu franchise terkenal sepanjang masa dari FromSoftware. Sama seperti soulslike, franchise game mecha ini dapat dikatakan memiliki basis penggemar setia yang tidak kalah banyak.

Bagaimana menurut kalian? Jangan lupa selalu kunjungi GAMEFINITY untuk update berita seputar game. Buat kalian yang bingung top up game dimana kalian bisa langsung klik Gamefinity.id

Beda Sword of The Necromancer dengan Seri Revenant

GAMEFINITY.ID, Bandar Lampung – Sekuel dari game RPG dungeon-crawler tahun 2020, Sword of The Necromancer: Revenant, merilis trailer pertamanya yang mengonfirmasi bahwa game ini sedang dalam masa pengembangan, bersama dengan cuplikan gameplay yang akan dijelaskan kali ini.

Trailer Sword of The Necromancer: Revenant  ini memberikan pratinjau karena sekarang merupakan RPG dungeon-crawler ber-visual 3D sepenuhnya. Sebuah perbedaan yang cukup mengejutkan yang dimana prekuel seri ini masih dibawakan dengan 2D.

Sword of The Necromancer: Revenant

Seperti judul pertama, game ini menyajikan petualangan singleplayer dan coop, dengan pemain dapat memainkan game sepenuhnya dengan teman di coop lokal, atau pemain juga dapat terlibat dalam mode sejenis dengan sekutu AI.

Baca juga: Spoiler Project L, Fighting Game Berbasis League of Legends

Sekuel Menarik yang di Rombak Penuh dari Prekuel

Cerita bermula dari seorang wanita yang sepertinya memiliki kekuatan gelap untuk menghidupkan kembali orang yang sudah mati agar bisa bersama kekasihnya sekali lagi. Dengan menjalankan serangkaian ritual kelam, dia diberikan kekuatan ini dalam bentuk batu permata yang kemudian diubah menjadi sebuah pedang.

Sword of The Necromancer: Revenant

Pedang itu memiliki kekuatan gelap seorang Necromancer, seseorang yang mampu menghidupkan kembali apa pun dari kematian, meski kehidupan tidak akan pernah sama ketika diambil paksa dari genggaman maut.

Tampilan Visual yang Berbeda

Sword of The Necromancer ini pada dasarnya adalah RPG dungeoncrawling, tetapi perbedaan yang cukup besarnya adalah Sword of The Necromancer memberi penekanan besar pada penggunaan orang mati untuk melakukan offering oleh pemain.

Sword of The Necromancer: Revenant

Ketika pemain mengalahkan musuh, pemain dapat menghidupkannya kembali di tempat untuk melawan musuh ini untuk pemain sendiri atau bersama-sama. Bisa juga  pemain memilih untuk menyimpan makhluk-makhluk ini untuk summoning nanti dalam battle yang dirasa sulit.

Mengingat bahwa sekuel dari Sword of The Necromancer sendiri memungkinkan pemain melakukan beberapa hal, hal yang tidak memungkinkan dilakukan di prekuel nya.

Sword of The Necromancer: Revenant

Sebagai RPG 3D, Pemain sekarang dapat menjelajahi ruang bawah tanah di setiap dimensi, dapat melompat, meluncur melintasi jebakan, dan bermanuver di sekitar musuh dengan vertikalitas dan rasa ruang yang baru ditemukan saat Pemain menjelajahi ruang bawah tanah atau dimanapun itu.

Sword of The Necromancer: Revenant saat ini sedang dalam masa pengembangan untuk platform Playstation 4, PlayStation 5, Xbox Series X|S, Xbox One, Switch, dan PC yang bisa didapatkan di Steam.

Update informasi menarik lainnya seputar game hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan voucher game dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.

Spoiler Project L, Fighting Game Berbasis League of Legends

GAMEFINITY.ID, Bandar Lampung – Project L merupakan salah satu game fighting side-scrolling yang tampil dengan perfektif 2D, yang dimana konsep di dalamnya diambil berdasarkan League of Legends dari Riot Games.

Tom Cannon selaku eksekutif produser sendiri mengatakan bahwa Project L akan mendapatkan pembaruan lain di akhir tahun 2022, dan pada akhirnya di sini hadir dengan pembaruan yang mengungkapkan basic solo dari game ini.

Spoiler Project L

Project L sendiri sedang dikembangkan menjadi game fighting gratis yang ditujukan untuk pemain biasa belajar dengan banyak weapon dan high skill limits untuk pemain yang ingin tahu lebih jauh lagi.

Dalam pembaruannya sendiri, Project L ditampilan dengan banyak fitur fungsi yang baru lagi menarik. Beberapa seperti burst mechanic yang bergantung pada karakter di luar layar, atau tepatnya Tag Characters.

Baca juga: Black Rock Shooter Fragment, RTS di Mobile dengan UI Unik

Gameplay Project L dalam Pembaruan yang Terbarukan Kali ini

Game Director yang mengerjakan Project L, Shaun Rivera memimpin dan menjelaskan banyaknya mekanisme game dan melihat beberapa mekanika utama. Berikut yang baru dalam Project L kali ini.

Illaoi

Spoiler Project L

Illaoi sendiri merupakan karakter yang terbilang cukup baru, dan dapat dikatakan bahwa karakter ini masihlah 30% dari penyelesainnya. Illaoi sendiri lebih ingin dimaksudkan sebagai tipe heavy-brawler, dan ini dibuktikan dengan basic attack-nya yang sangat luas dan destruktif. Pasif dari Illaoi sendiri cukup khas dengan Prophet Elder God.

Secara umum, Illaoi sendiri memiliki ciri khas pada serangan tentakel selain daripada basic attack-nya. Illaoi meninggalkan tentakel hantu ini di dasar arena, dan akan aktif ketika diserang oleh gerakan dan serangan khusus.

Movement

Spoiler Project L

Dalam Project L ini, pemain akan disuguhi dengan banyak pilihan movement yang keren. Beberapa movement ini juga tergantung dari karakter apa yang digunakan. Movement ini, seperti run, dash, wave dash, long jump, super jumps, dan air dash depending dari champ itu.

Menariknya, variasi movement ini akan terasa familiar bagi pemain Guilty Gear dan beberapa judul dari System Works lainnya, karena secara umum memiliki karakter dengan kemampuan gerakan berbeda untuk karakter tertentu.

Offense

Spoiler Project L

Project L sendiri memungkinkan pemain menghasilkan damage yang besar dengan beberapa interaksi dan mekanisme bertarung yang dikeluarkan juga. Beberapa interaksi akan memberikan kombo serta peluang yang tinggi, menjadikan setiap serangan sangat eksplosif.

Defense

Spoiler Project L

Shaun sendiri mengemukakan bahwa tim mereka mengerjakan banyak pilihan blocking. Beberapa blocking atau pertahanan tersebut memiliki tingkat efektivitas yang berbeda. Push-Blocking, Normal-Blocking, dan movement menjadi penekanan terbesar dalam Project L.

Tag Team System

Spoiler Project L

Secara umum, Project L awalnya merupakan game fighting 1v1, dan kemudian game ini berakhir dengan fighting berbasis tag dalam beberapa tahun lalu. Sistem ini ditambahkan bukan tanpa sebab, melainkan untuk membantu membuka efektivitas kebebasan pemain serta mencocokan dengan aspek teaming League of Legends.

Sedikit tampil dengan mekanisme yang berbeda dari Tag Team yang dikenal. Karakter diluar layar dapat melompat atau masuk kedalam pertarungan untuk melakukan salah satu dari dua serangan tag yang bergantung pada jenis pressure atau kombo yang ditujukan, pemain juga dapat bertukar karakter.

Spoiler Project L

Untuk Project L sendiri tidak memiliki tanggal atau jadwal rilis.

Update informasi menarik lainnya seputar game hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan voucher game dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.

Game Genre 4X, Sub-Genre yang Tenggelam dimakan Zaman

GAMEFINITY.ID, Bandar Lampung – 4X atau yang dikenal lengkapnya berupa Explore, Expand, Exploit, Exterminate merupakan subgenre dari game komputer dan board game berbasis strategy, dan beberapanya juga ada yang berupa strategy turn-based dan real-time.

Umumnya, subgenre 4X menuntut pemainnya untuk membangun sebuah kerajaan atau peradaban. Gameplay yang lebih ditekankan kepada pembangunan ekonomi dan teknologi, serta berbagai rute militer dan non-militer menuju peradaban yang supremasi.

Baca juga: Seri Terbaru Disgaea Hadir di Mobile Setelah 11 Tahun

Langkah Awal 4X dalam Basis Strategi

Awalnya, Game 4X ini meminjam ide arau masukan dari board game dan game teks pada tahun 1970-an. Game 4X pertama ini berbasis turn-based, dengan gaya real-time yang cukup dominan.

4X Genre

Pada pertengahan 1990-an telah banyak game 4X yang terjual habis setelah diterbitkan, sebut saja salah satunya adalah Civilization yang dibawakan oleh Sid Meier. Civilization sendiri dibawakan dengan tingkat detail yang baru dan cukup baik sebagai permulaan game 4X dengan visual yang bukan teks.

4X sendiri berasal dari beberapa pratinjau, salah satunya seperti Master of Orion tahun 1993 yang ditulis langsung oleh Alan Emrich. Dimana dirinya menilai game 4X sebagai pelesetan dri 3X.

4X Genre

Umumnya genre 4X ini telah didefinisikan sebagai game yang memiliki empat konvensi gameplay berbeda, berikut seperti Jelajahi, Memperluas, Eksploitasi, dan Basmi. Cukup mudah bukan?

Dalam game tertentu, elemen gameplay ini dapat terjadi dalam fase terpisah atau mungkin tumpang tindih satu sama lain dalam durasi waktu game yang bervariasi tergantung pada desain game-nya.

Beberapa Game yang Mengusung Genre 4X

Menjadi salah satu subgenre dalam game strategi. Genre ini sendiri telah melahirkan banyak game strategi yang dibawakan bersama subgenre 4X, namun ada beberapa yang mengambil satu konvensi atau keempatnya.

4X Genre

Beberapa game dibawakan dengan cukup baik, sebut saja seperti Civilization series dari Sid Meier dan beberapanya lagi, seperti Stellar Crusade yang pernah hadir untuk ST, DOS, dan AMI. Ada juga Master of Orion yang cukup populer saat itu juga, dengan menggunakan konsep utuh 4X, dan masih banyak lagi game yang mengusung subgenre 4X ini.

Update informasi menarik lainnya seputar game hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan voucher game dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.