Category Archives: Gamepedia

Seputar Goddess of Victory: Nikke yang Siap Launching

GAMEFINITY.ID, Bandar Lampung – Goddess of Victory: Nikke akan dirilis secara resmi oleh Level Infinite setelah 3 tahun penantian sejak pengumuman untuk perangkat IOS dan Android.

Sebelumnya juga game ini telah mencapai total Pre-Regist 3.000.000, dan memberikan imbalan dari pre-regist seperti rewards yang dijanjikan, bersama dengan karakter SSR Diesel secara gratis.

Sudut Pandang Dunia dalam Goddess of Victory: Nikke

Manusia menjalani hidup mereka dengan mengharapkan hari esok, tetapi apa yang terjadi ketika akhir dunia datang tanpa peringatan. Kemanusian diserang oleh penyerbu asing yang hanya kenal sebagai pengangkatan.

Dengan sedikit waktu persiapan, umat manusia hampir padan dalam sekejap mata, tanpa ada yang bisa dilakukan para penonton selain menonton dengan menahan takut. Sebagai manusia yang tersisa dan bertahan hidup, mereka mundur ke bawah tanah dan menciptakan makhluk yang dikenal dengan NIKKE.

Baca Juga : Serba-Serbi Kolaborasi Destiny Child dengan Guilty Gear Strive yang Menarik untuk Dibahas

Seputar Goddess of Victory: Nikke yang Siap Launching

Goddess of Victory: Nikke sendiri merupakan game shooter TPP (Third-Person Persfective) yang memiliki sistematika dan teori game yang cukup unik. Hadir dengan gaya portrait yang mendukung dalam urusan tembak-menembak. Pemain dituntut untuk mengendalikan Nikkes’s Weapons untuk menangkis atau menahan Rapture.

Pemain juga diharuskan untuk menembak lagi mengalahkan musuh sambil mengatur jumlah amunisi karakter yang digunakan, memperhatikan serangan musuh, dan memperhatikan tipe musuh dan senjata yang konkrit.

Goddess of Victory: Nikke
Gameplay – Seputar Goddess of Victory: Nikke yang Siap Launching

Setiap karakter memiliki tipe senjata yang unik dan menarik, tergantung dari karakteristik tiap karakter. Beberapa senjata tersebut seperti senapan, penembak jitu, launcher, dan banyak lagi. Selain itu juga karakter-karakter yang ada memiliki ability layaknya sebuah ultimate yang cukup menguntungkan.

Salah satu hal unik dna menarik dari Goddess of Victory: Nikke adalah semua karakter yang bertarung disini adalah perempuan muda yang cukup memberikan pola pikir sesuatu bagi pemain. Karakter ini ditampilkan dengan Live 2D yang cukup mendetail.

Live 2D memungkinkan pemain dapat melakukan serangkaian aksi diluar permainan kepada sang karakter, dan pemain juga dapat menangkap ekspresi para karakter yang cukup menarik dan interaktif. Jika diperhatikan sedikit jauh, Goddess of Victory: Nikke memiliki gaya permainan kurang lebih seperti Cover Fire.

Goddess of Victory: Nikke
Pre-Regist – Seputar Goddess of Victory: Nikke yang Siap Launching

Goddess of Victory: Nikke akan siap launching resmi untuk IOS dan Android pada 4 November 2022, jika tidak ada pengunduran jadwal rilis. Pemain yang lakukan Pre-Regist  akan mendapatkan 3.300 gems, dan karakter gratis SS Eter dan Diesel.

Update informasi menarik lainnya seputar game hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan voucher game dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.

Mengenal Lebih Jauh Tentang Layanan Cloud Gaming

GAMEFINITY.ID, Malang – Cloud Gaming, mungkin bagi sebagian orang, kata-kata tersebut masih asing dalam pikiran mereka. Baru-baru ini ada salah satu layanan cloud gaming yang akan ditutup pada tahun depan, yaitu Google Stadia.

Dengan banyaknya tanggapan di post Google Stadia yang bertanya “Cloud gaming apa sih min?”, atau “Belum pernah denger min” maka kali ini kita akan membahas tentang apa itu cloud gaming.

Cloud Gaming In-image | Nvidia
Nvidia Geforce Noiw, Layanan Cloud Gaming Milik Nvidia | Nvidia

Pengertian dari Cloud Gaming

Cloud gaming merupakan sebuah platform di mana pemainnya dapat memainkan sebuah game yang aset di dalamnya diambil dari sebuah cloud server. Hal ini berbeda dengan game biasanya yang menyimpan asetnya di dalam storage laptop.

Dalam cloud gaming sendiri pemain dapat memainkan game-nya dimanapun dan kapanpun tanpa perlu mengunduh game itu sendiri. Namun, karena aset dari game tersebut berada di server, maka pemain wajib memiliki jaringan yang bagus dan stabil untuk dapat memainkannya dengan lancar.

Contohnya, bila kalian pernah melihat orang bermain GTA V di Android, mereka biasanya menggunakan layanan cloud gaming. Para pemain tersebut dapat bermain GTA V di Android karena mereka menggunakan aset yang ada di cloud bukan di storage HP mereka.

Selain Google Stadia, contoh layanan cloud gaming lainnya adalah xCloud milik Xbox, GeForce Now milik Nvidia, PlayStation Now milik Sony, dan Amazon Luna. Ada juga beberapa layanan yang bukan berasal dari pengembang besar seperti Shadow, Vortex, dan Boosteroid.

Baca Juga: Konami Kembangkan Beberapa Game Horror Baru

Sejarah dari Cloud Gaming

Cloud gaming diawali oleh sebuah startup bernama G-cluster yang mulai memperkenalkan diri mereka pada acara E3 tahun 2000. Produk mereka akhirnya jadi dan dapat digunakan pada tahun 2003.

Mereka menawarkan layanan cloud gaming yang saat itu masih berbeda dengan yang saat ini kita gunakan. G-cluster masih membutuhkan berbagai alat perantara agar pemakainya dapat memainkan game di server mereka.

Pada tahun 2010, G-cluster merubah sistem dari layanan mereka menjadi lebih simpel dengan mengirim aset game dari cloud ke para pemain. Namun perubahan ini juga menandai perubahan haluan G-cluster dari layanan online gaming menjadi Internet Protocol Television.

Nantinya pada tahun 2009 dan 2010 terdapat dua penyedia layanan cloud gaming yaitu OnLive dan Gaikai. Kedua layanan tersebut memiliki dua haluan yang berbeda yang sekarang sama-sama digunakan konsepnya dalam layanan cloud gaming.

OnLive sendiri menyediakan layanan bermain game secara penuh via cloud gaming di tahun 2009. Mereka juga mendapat dukungan dari beberapa pengembang besar seperti Ubisoft dan 2K Games. Meski begitu, mereka mengalami masa sulit karena dukungan pengembang yang berkurang akibat layanan mereka yang menggunakan sistem subscription.

Sebaliknya, Gaikai adalah sebuah layanan cloud gaming yang rilis pada tahun 2010. Berbeda dengan OnLive, Gaikai sendiri lebih memasarkan produk mereka sebagai alat promosi game dengan merilis demo di layanan mereka. Nasib mereka pun juga berbeda terbalik, bisnis mereka sukses besar dan nantinya akan dibeli Sony bersamaan dengan OnLive sebagai cikal bakal PlayStation Now yang rilis di tahun 2014.

Setelah era tersebut munculah berbagai layanan cloud gaming seperti yang kita ketahui saat ini. Mulai dari Nvidia Now yang rilis di tahun 2014, Nintendo 3DS yang membawa Dragon Quest X dalam layanan cloud gaming di tahun 2014, masuknya startup ke pasar cloud gaming dengan produk Shadow di tahun 2017, dan akhirnya Google Stadia yang baru dirilis 2019 lalu.

Kelebihan dan Kelemahan

Tentu saja setiap hal memiliki klelebihan dan kelemahan masing-masing.

Cloud gaming sendiri memiliki kelebihan yaitu tidak memakan storage yang terlalu besar. Selain itu dengan cloud gaming minimal spesifikasi perangkat dapat diturunkan karena cloud gaming sendiri lebih bergantung pada kualitas internet daripada spesifikasi.

Baca juga: Data Pemain Final Fantasy 14 Diincar Hacker

Untuk kelemahannya yang jelas adalah kalian harus memiliki koneksi internet yang stabil dan cukup kencang. Tanpa hal tersebut kalian dapat merasakan lag atau input delay saat bermain. Lalu, cloud gaming sendiri juga dipengaruhi oleh latency sehingga kalian harus cermat memilih server mana yang punya latency terendah untuk pengalaman main kalian.

Dan ada yang perlu diingat, bahwa cloud gaming membutuhkan data atau kuota yang besar sehingga tidak cocok bagi pengguna kuota atau wifi yang masih dibatasi FUP.

MLA x DanMachi, Kolaborasi yang Menarik dari Moonton

GAMEFINITY.ID, Bandar Lampung – Mobile Legends: Adventure atau MLA kembali mengadakan kolaborasi dengan serial animasi Jepang. sebelumnya juga, MLA telah mengadakan banyak kolaborasi dengan beberapa franchise, namun kini Danmachi berkolaborasi dengan Mobile Legends: Adventure.

Dungeon ni Deai wo Motomeru no wa Machigatteiru Darou ka ataupun yang bahasa Inggris-nya Is It Wrong to Try to Pick Up Girls in a Dungeon?, yang lebih tepatnya disingkat DanMachi, cukup panjang juga judulnya. DanMachi merupakan salah satu serial animasi Jepang yang cukup populer.

Hal Menarik yang Hadir Dalam Kolaborasi MLA dengan DanMachi

Pada kesempatan ini, Mobile Legends: Adventure berkolaborasi dengan DanMachi yang dimana mengambil referensi dari DanMachi season 4-nya, yang dimana serialisasi dari DanMachi S4 ini baru saja selesai dengan court pertama dan akan kembali lanjut ditahun 2023 mendatang.

Kolaborasi dari Mobile Legends: Adventure dengan Danmachi season 4 menghadirkan beberapa tambahan karakter dan event yang cukup menarik. Hadirkan 3 karakter ikonik dalam game ini seperti Bell Cranel, Ais Wallenstein, dan Dewi Hestia. Kali ini penulis akan memberikan sedikit ulasan dan penjelasan singkat tentang first character kolaborasi yaitu Bell Cranel.

Baca Juga : Serba-Serbi Kolaborasi Destiny Child dengan Guilty Gear Strive yang Menarik untuk Dibahas

Bell Cranel, Main Character DanMachi di MLA

Bell Cranel yang merupakan Main Character dari DanMachi ini dapat diperoleh dengan cara melakukan login di Mobile Legends: Adventure diantara tanggal 7 Oktober 2022 hingga 26 Oktober 2022 secara gratis.

MLA x DanMachi
Bell Cranel – Hal Menarik yang Hadir Dalam Kolaborasi MLA dengan DanMachi

Secara garis besar, Bell Cranel masuk dalam jajaran karakter SSR B5 tipe Hybrid, yaitu Elemental dan Hybrid. Hal ini didasarkan dengan kemampuan milik Bell sendiri, dimana dirinya punya daya serang elemen api yang kuat serta kemampuan close combat yang kuat juga.

Memiliki beberapa skill atau ability, setidaknya ada 2 skill tipe serangan dan 2 skill tipe support. Skill atau ability tersebut mengambil rujukan dari anime-nya sendiri yang hadir pada season 4 baru-baru ini. Beberapa skill atau ability Bell Cranel seperti Argo Vesta, Flameblade, Familia of The Goddess of The Hearth, dan Realis Phrase.

Argo Vesta

MLA x DanMachi
Argo Vesta – Hal Menarik yang Hadir Dalam Kolaborasi MLA dengan DanMachi

Argo Vesta merupakan Ultimate milik Bell yang tentunya merujuk pada skill milik Bell sendiri. Argo Vesta muncul ketika Bell berhadapan langsung dengan Juggernaut. Skill ini memungkinkan Bell untuk memberikan damage sampai dengan 450% dari damage serangan terhadap musuh didepannya, memberikan tambahan damage bergantung dari sisa Health Point, serta memiliki dampak kerusakan areal.

Flameblade

MLA x DanMachi
Flameblade – Hal Menarik yang Hadir Dalam Kolaborasi MLA dengan DanMachi

Flameblade adalah skill selanjutnya milik Bell. Skill ini memungkinkan Bell untuk menyerang menggunakan kedua buah belatinya, Hestia’s Knife yang telah terkombinasi dengan balutan api dari Bell sendiri. Flameblade memberikan damage sampai 75% dari daya serang Bell terhadap musuh, membakar area sekitar untuk beberapa detik, serta merta efek Burn yang memberikan dampak kerusakan yang cukup tinggi terhadap musuh.

Familia The Goddess of The Hearth

MLA x DanMachi
Familia The Goddess of The Hearth – Hal Menarik yang Hadir Dalam Kolaborasi MLA dengan DanMachi

Skill kali ini adalah Familia The Goddess of The Hearth yang masuk dalam skill tipe debuff. Skill yang memungkinkan Bell untuk meregenerasi 30% HP ketika HP-nya berada dibawah 60% selama 2 detik. Selain itu juga, kemampuan ini memberikan efek burn yang berkepanjangan terhadap musuh dengan basic attack.

Realis Phrase

MLA x DanMachi
Realis Phrase – Hal Menarik yang Hadir Dalam Kolaborasi MLA dengan DanMachi

Realis Phrase merupakan kemampuan tipe pasif milik Bell sama seperti pasif sebelumnya, Realis Phrase pertama kali hadir ketika Dewi Hestia melihat statisik rutin milik Bell. Pada dasarnya Realis Phrase memungkinkn Bell untuk menjadi semakin kuat dengan cepat. Pada kali ini, Realis Phraase hadir dengan kemampuan regenerasi HP, tambahan damage yang tentunya meningkat sepanjang pertarungan.

Untuk kedua karakter lainnya, yaitu Dewi Hestia dan Ais Wallenstein didapatkan pada waktu event tertentu. Untuk Ais Wallenstein sendiri akan hadir pada 14 Oktober 2022 hingga 26 Oktober 2022.

Bagaimana cara mendapatkannya masih kurang pasti, bisa saja gratis atau melakukan spin, berlaku sama dengan Dewi Hestia, namun untuk Dewi Hestia sendiri belum ada info pasti.

Update informasi menarik lainnya seputar game hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan voucher game dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.

Steam Deck Kini Bisa Dibeli Tanpa Praregistrasi

GAMEFINITY.ID, JakartaBagi yang ketinggalan mengikuti Praregistrasi Steam Deck beberapa bulan yang lalu Valve melalui situs resminya mengatakan bahwa Steam Deck bisa langsung dibeli tanpa perlu menunggu terlalu lama, ini menjadi berita yang ditunggu-tunggu sekaligus membahagiakan bagi seluruh gamers.

Steam Deck dalam cuitan di twitternya menjelaskan bahwa terhitung hari ini (7/10), pemesanan Steam Deck tanpa perlu reservasi. Salah satu keunggulan yang ditawarkan oleh Steam Deck adalah pengguna dapat memainkan berbagai game Steam hanya dalam satu tangan tanpa perlu login di PC, itu mengapa banyak yang telah menunggu Handheld yang satu ini.

Steam Deck dijual tanpa registrasi
Valve membenarkan bahwa perangkatnya dijual tanpa Praregistrasi | Valve

Ketika ditanya bahwa Valve menjual perangkat tersebut secara langsung, ia membenarkannya di laman Twitter resminya “ Ya, memang benar adanya jika kita sedang menjual Steam Deck tanpa perlu registrasi kembali. Silahkan pesan langsung dan perangkat sudah ada di tangan hari ini.” Kata Valve.

Di Hari Yang Sama, Valve Juga Mengumumkan Produk Baru Docking Station

Docking Station Valve
Steam Deck Docking Station | Valve

Valve juga mengumumkan produk barunya yaitu Steam Deck Docking station yang dijual dengan rentang harga US$ 79,99 s.d US$89,99 atau Rp 1,2 juta s.d Rp 1,3 juta Rupiah pada hari itu juga. Docking Station pada Steam Deck sendiri juga multifungsi, dapat dijadikan charger biasa maupun ditampilkan baik pada layar Monitor maupun TV. Menurut FAQ yang disusun oleh Valve, ia mengatakan bahwa Docking Station Steam Deck juga mendukung USB tipe C.

Baca juga: Fandom Akuisisi Beberapa Media Hingga Perusahaan Game

Ia menambahkan bahwa Steam Deck jika masih tersedia, akan ada kemungkinan perangkat tersebut dijual kembali di waktu mendatang. Valve selalu berkomitmen untuk menjamin ketersediaan produknya mengingat permintaan yang begitu tinggi dari gamers.

“Kami selalu melakukan hal terbaik guna menjaga jumlah stok produk kami. Akan ada kemungkinan  jumlah permintaan yang diluar ekspektasi kami.” Jelas Valve.

Ia juga menambah bahwa di masa mendatang ada kemungkinan Valve mulai berubah pikiran dan Steam Deck dijual kembali melalui sistem Praregistrasi.

Rumor Valve Rilis Steam Deck 2 Bakalan Terwujud?

Melalui interview yang dilakukan oleh mingguan Famitsu pada bulan yang lalu, Bagian Desain Steam Deck Greg Coomer mengatakan kedepannya jika Valve akan memproduksi generasi baru Steam Deck dengan catatan jika terjadi perubahan yang signifikan pada seri sebelumnya.

“Ukuran, tema, serta bentuk fisiknya yang akan berubah, dan mungkin fungsinya akan berubah menjadi sarana untuk streaming game. Pengembangan Steam Deck sendiri hingga hari ini masih terus berlangsung.” menutup perkataannya.

Steam Deck 2 memang dinantikan oleh pecinta game, nanti informasi lebih lanjut tentang Steam Deck. Untuk membeli games yang ada di Steam dengan mudah dan cepat di Gamefinity. Selain itu, kalian yang ingin top up item in game malas ribet tanpa nanti dan tanpa tapi, cuma di Gamefinity.id.

Serba-Serbi Kolaborasi Destiny Child dengan Guilty Gear Strive yang Menarik untuk Dibahas

GAMEFINITY.ID, Bandar Lampung – Guilty Gear Strive merupakan salah satu game Fighting yang dirilis pada Juni 2021 dan dikembangkan juga diterbitkan oleh satu studio yaitu Arc System Works. Guilty Gear Strive merupakan seri ketujuh dari seri Guilty Gear, dan juga yang ke-25 dari keseluruhan secara global.

Baca Juga : Rune Factory Series, Spin-Off Harvest Moon dari Marvelous

Kolaborasi Destiny Child dengan Guilty Gear Strive yang Menarik untuk Dibahas

Guilty Gear Strive hadir untuk beberapa platform gaming seperti PlayStation 4, PlayStation 5, dan Windows, kemudian menyusul untuk Arcade Jepang pada Juli 2021. Rencananya, Guilty Gear Strive akan dirilis di XBOX One dan XBOX Series X/S pada awal 2023.

Destiny Child x Guilty Gear Strive
Guilty Gear Strive – Kolaborasi Destiny Child x Guilty Gear Strive yang Menarik

Pada kali ini, Destiny Child berkesempatan melakukan kolaborasi dengan Guilty Gear Strive. Kolaborasi ini menghadirkan beberapa karakter, latar, hingga alur cerita baru untuk game Destiny Child yang tengah berkolaborasi dengan Guilty Gear Strive.

Serba-Serbi Destiny Child x Guilty Gear Strive

Destiny Child x Guilty Gear Strive
New Characters Destiny Child – Kolaborasi Destiny Child x Guilty Gear Strive yang Menarik

Pada kali ini penulis akan membahas beberapa karakter menarik yang siap meluncur pada tanggal mainnya di Destiny Child. Ada 3 karakter dari Guilty Gear Strive yang akan hadir di Destiny Child, serta merta pihak Destiny Child memberikan gambaran dari karakter tersebut. karakter tersebut antara lain seperti :

  • Sol Badguy yang disuarakan oleh Jouji Nakata
  • Milia Rage yang disuarakan oleh Yuki Sumimoto
  • Ramlethal Valentine yang disuarakan oleh Megumi Han

Guilty Gear dikenal dengan estetika bergaya anime yang berat, dengan entri terbarunya yang membuat visual 2D menggunakan aset 3D dimulai dari Guilty Gear XRD, yang kemudian  menjadi base bagi beberapa fighting game bergaya anime lainnya, seperti Dragon Ball Fighter Z, dan Granblue Fantasy Versus!.

Guilty Gear Series mengikuti Sol Badguy dalam perjalanannya mengalahkan “That Man”. Seorang individualis yang menghasut perang salib, perang ratusan tahun antara manusia dan Gears. Gears merupakan monster yang diciptakan sang villain dalam sebuah eksperimen yang salah.

Destiny Child dan Guilty Gear Strive akan dilaksanakan selama 5 hari di tanggal 13 Oktober 2022 hingga 17 Oktober 2022.

Update informasi menarik lainnya seputar game hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan voucher game dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.

Sejarah FIFA dan PES Bersaing dalam Gim Sepakbola

GAMEFINITY.ID, Jakarta – FIFA dan Pro Evolution Soccer (PES) menjadi sebuah game yang sejak dulu dan banyak penggemarnya. Kegandrungan banyak orang terhadap sepakbola menjadikan FIFA dan PES sangat diminati. Meskipun FIFA dan PES memiliki fokus yang sama terhadap gim sepakbola terdapat persaingan di antara mereka. Jadi seperti apa sejarah panjang persaingan FIFA dan PES dalam gim sepakbola?

Gim sepakbola pertama adalah FIFA yang dibuat tahun 1993 oleh Electronic Arts dan diberi nama FIFA International Soccer 93. EA menjadi developer pertama yang membuat gim sepakbola dan disusul oleh Konami pada tahun 1994 dengan nama International Superstar Soccer 64 (ISS 64). Kemudian ISS 64 berubah nama menjadi Winning Eleven, sebelum akhirnya diubah menjadi Pro Evolution Soccer (PES).

Perubahan Konsol Mempengaruhi Perkembangan Gim Sepakbola

FIFA

Konsol yang berkembang yang awalnya dari Nintendo Entertainment System (NES) menjadi Super Nintendo Entertainment System (SNES). Perkembangan gim sepakbola sendiri baru berkembang pesat ketika Sony mengeluarkan konsol gamenya yaitu Playstation 1 pada tahun 1994. Hal itu bersama dengan perubahan nama pada gim sepakbola besutan Konami yang mengubah namanya menjadi Winning Eleven (WE).

Baca juga: Nintendo dan Revolusi Handheld Console

Kejayaan Konami mengalahkan Electronics Arts dalam gim sepakbola terjadi pada tahun 2000 bersamaan dengan munculnya PlayStation 2 (PS 2). Kemunculan PS 2 ini disusul dengan WE yang kembali mengubah namanya menjadi Pro Evolution Soccer. Pada saat itulah PES menjadi gim sepakbola terlaris yang menjual hampir 4 juta copy. FIFA sendiri hanya mampu menjual 1,2 juta copy pada tahun yang sama. Dapat dikatakan masa-masa PS 2 adalah masa-masa Konami mengalahkan FIFA setiap tahunnya.

Masuk ke PlayStation 3, ketika grafis mulai dibcarakan dan dianggap lebih penting, penjualan FIFA mulai naik meskipun tidak sebanyak milik PES. Ketika Xbox muncul dan masuk dalam jajaran konsol gim yang menyaingin penjual PlayStation, FIFA terus menunjukkan trend positif dalam penjualannya.

Mengapa FIFA Tertinggal Pada Era PS 1 dan PS 2

FIFA

FIFA sebenarnya sempat mengalami penjualan yang sangat baik pada piala dunia 1994 dan 1998. Tetapi setelah memasuki tahun 2000, FIFA seperti mundur dari pertarungan dengan Winning Eleven. Padahal FIFA tidak mundur dari pertarungan, melainkan Electronic Sport sebagai developer saat itu lebh memilih fokus untuk gim America Football. Maklum saja, Madden NFL, gim Amerika football saat itu selalu masuk dalam 10 besar penjualan gim di Amerika.

Baca juga: FIFA 23 Kena Review Bomb, Ini Pemicunya!

Kebangkitan atau perlawanan dari pasar gim sepakbola baru terjadi memasuki tahun 2005. Berawal dari sebuah cover depan PES 2005 yaitu Thiery Henry yang oleh FIFA dianggap sebuah copy paste dari FIFA 2004. Hal itu terjadi karena pada tahun 2004, Thierry Henry adalah model di cover depan FIFA 2004. Selain itu, Henry yang telah direkrut sebagai model depan PES 2005, mengatakan bahwa sudah sejak lama dirinya bermain gim dari jepang tersebut. Itu artinya ketika Henry dipilih menjadi model untuk cover FIFA 2004, henry telah dan masih memainkan PES.

Sementara itu, kritikan pedas juga datang dari seorang pengusaha kaya asal Inggris yaitu Bob Summerwood. pengusaha itu mengatakan bahwa gim FIFA semakin membosankan. Sejak banyaknya kritikan, EA Sport mulai membenahi FIFA untuk segera mengejar PES.

Strategi Mengalahkan PES dan Dobrakan EA Sports

FIFA

Untuk memulai langkah strategis mengalahkan PES, EA Sports sebagai Developer FIFA mulai merekrut Gary Paterson sebagai Software Engineer. Uniknya Gary dan anak buahnya mengaku bahwa mereka adalah penggemar berat PES. Bahkan memuji bahwa PES berinvestasi dalam gameplay, sehingga mereka mendapatkan hasilnya.

Sebelum merekrut Gary, FIFA sebenarnya telah melakukan beberapa trik licik untuk menyaingi Winning Eleven. Salah satu yang sangat kelihatan adalah meniru semua tombol konfigurasi pada Winning Eleven. Puncaknya adalah ketika FIFA 12, semua player penggemar gim sepakbola pasti mengetahui ini. Ketika bermain FIFA 12 akan diberikan pilihan untuk bermain dengan konfigurasi ala PES atau ala FIFA.

Baca juga: Abyss, Sinergi yang Kembali Over Power Setelah Update Patch

Gary sendiri sudah memulai melakukan perbaikan dan baru terlihat hasilnya dengan perbaikan cuaca, fans dan pergerakan pemain. hasilnya FIFA 2007 menjadi gim sepakbola di Inggris dan mendapatkan nilai review 9/10 pada beberapa majalah game.

Berkat konsistennya perbaikan yang dilakukan EA Sports pada FIFA, baru pada tahun 2010, FIFA benaar-benar bisa mengalahkan PES dalam hal penjualan. Bahkan FIFA sejak tahun 2010 sudah mengambil alih pasar gim sepakbola, hal itu juga dipengaruhi oleh lisensi yang didapatkan EA Sports dari FIFA. Konami memang tidak memegang lisensi FIFA, sedangkan EA Sports memegang lisensi FIFA yang menaungi 30 liga dan 650 klub.  Hal itu yang membuat banyak gamers lebih memilih FIFA daripada PES hingga saat ini.