Category Archives: Review Mobile Game

Temukan Review Mobile Game Favoritmu di Sini !

Review Crash Bandicoot: On the Run, Berlari dengan Tujuan Lebih Menyenangkan

GAMEFINITY.ID, Jakarta – Tahun ini menandakan 25 tahun eksistensi Crash Bandicoot sebagai game. Bertepatan dengan itu, King merilis Crash Bandicoot: On the Run untuk iOS dan Android. Sang developer itu sendiri mengklaim game ini sebagai game paling “Crash” yang pernah ada.

Crash Bandicoot: On the Run telah dirilis mulai Kamis (25/3/2021). Thomas Rizal dari GAMEFINITY telah menjajal game ini dengan memainkan beberapa level awal dan menjelajahi beberapa mode dalam game. Seperti apa keseruannya? Simak pembahasannya berikut.

Gameplay (10/10)

Crash Bandicoot: On the Run merupakan game mobile runner yang menampilkan sang ikon marsupial, Crash Bandicoot dan Coco Bandicoot berlari menghindari rintangan sepanjang level, untuk menggagalkan rencana jahat Dr. Neo Cortex menguasai semua dimensi. Satu hal yang ditekankan King, game ini bukanlah “endless runner”, melainkan “runner”.

Ini berarti Crash atau Coco tidak hanya berlari tanpa tujuan ketika memasuki suatu level, melainkan memang perlu menjalankan sejumlah misi dan menyelesaikan tantangan hingga mencapai garis finish (dalam hal ini, warped room). Justru berlari dengan tujuanlah yang membuat game ini lebih menyenangkan, daripada sekadar berlari dengan kecepatan yang akan terus bertambah guna meraih skor maksimal semata.

Crash Bandicoot: On the Run! (zal)

Game ini mengembalikan beberapa elemen klasik seperti wumpa fruit, crate, TNT crate, nitro crate, wumpa fruit, hingga beberapa musuh legendaris seperti Neo Cortex, N. Brio, Dingodile, dan lainnya. Beberapa desain level juga diadaptasi dari level ikonik game, seperti Boulder Dash, Turtle Woods, Lost City, Temple Ruins, dan the Lab.

Bagi yang sudah 25 tahun setia memainkan game Crash Bandicoot, rasanya akan langsung familiar dengan mekanisme dari game. Seperti game runner pada umumnya, pemain akan terus berlari secara otomatis hingga mencapai tujuan akhir dari level, yakni mengalahkan minion dan para bos dengan melemparkan item-item khusus (serum, bomb, raygun, bazooka). Setelah berhasil menyelesaikan level, pemain akan mendapatkan power gems.

Apabila pemain menabrak dinding atau musuh, atau meledak karena tertabrak nitro/TNT crate, maka pemain gagal menyelesaikan level dan harus mengulang level, atau bisa melanjutkan lari dari checkpoint terdekat.

Crash Bandicoot: On the Run! (zal)

Pemain bisa mengambil Aku-Aku mask, dengan tiga mask akan membuat pemain bisa mengakses invincibility selama waktu tertentu (pelarian tetap berhenti apabila menabrak dinding).

Untuk bisa mengakses level dan mengalahkan musuh di Battle Run, pemain perlu meracik item tertentu di Lab. Bahan-bahan untuk meracik item seperti nitric funguses, chill berries dan sebagainya dapat dikumpulkan dalam mode Collection Run, yang masing-masing level menyediakan bahan-bahan tertentu yang berbeda dan tersimpan datam crate berisi sumber daya. Sejumlah item juga bisa didapatkan secara gratis di vending machine, dengan menonton iklan, atau dengan membelinya dengan Crystal.

Selain Battle Run dan Collection Run, pemain juga bisa memainkan Challenge, dimana pemain harus menyelesaikan level tanpa checkpoint untuk mendapatkan colored gems atau Crystal (Gem Run), atau memecahkan semua kotak untuk mendapatkan item khusus (Challenge Run). Mode lainnya ialah Time Trial yang mekanismenya sama seperti game original, dimana pemain harus mencetak waktu tercepat untuk mengoleksi relic (safir, emas, platinum), dengan bantuan time crate yang bisa dipecahkan untuk menghentikan waktu sementara (hingga tiga detik).

Pemain juga bisa memainkan Survival Run, dimana pemain bisa berlari bersama pemain-pemain lainnya secara bersamaan. Mode terbaru ini menjadi keunikan tersendiri dari game, sehingga Crash Bandicoot: On the Run tidak hanya menjadi game single player tapi juga bisa dimainkan multiplayer.

Grafik (9/10)

Tentunya akan sulit dan terlalu detail apabila versi grafis milik konsol seperti N Sane Trilogy dimuatkan ke layar seluler. Di sinilah para pengembang di King telah melakukan pekerjaan yang sempurna untuk Crash Bandicoot: On the Run. Kesan nostalgia langsung terasa begitu Crash mulai berlari.

https://www.youtube.com/watch?v=cvEIrWAmRY4

Dengan grafik in game yang halus dan desain level lebih segar dan bersih, sangat pas untuk menemani Crash berlari sepanjang level melewati rintangan dan memecahkan kotak. Tampilan yang lebih berwarna untuk ukuran game mobile membuat gamer langsung bisa meraskan kesan bersahabat saat memainkan game ini.

Sama seperti game versi konsolnya, pemain juga bisa melihat animasi Crash dan Coco ketika berhasil menyelesaikan level, hingga animasi kematian Crash dan Coco yang beragam. Berbagai efek visual seperti kotak meledak, hancur, dan musuh terlempar juga terlihat pas untuk menambah kesan nostalgia bagi para pemain veteran Crash Bandicoot. Ditambah lagi, pemain juga akan ditemani lagu-lagu dan efek suara ala Crash Bandicoot yang memang merupakan ciri khas dan keunggulan tersendiri dari franchise Crash Bandicoot.

Kontrol (9/10)

Sama seperti game runner lainnya, kontrol dalam Crash Bandicoot: On the Run juga sangat sederhana. Pemain hanya cukup swipe dan tap. Swipe kiri dan kanan untuk menggerakkan Crash, swipe bawah untuk slide dan swipe atas untuk melompat, sedangkan tap untuk spin. Gerakan Crash juga dibuat seidentik mungkin dengan versi konsol.

Crash Bandicoot: On the Run! (zal)

Skill baru dari Crash adalah dengan melempar item seperti berries untuk meledakkan nitro crate atau menghajar musuh dari jauh. Mendekati akhir dari tiap level (Battle Run), pemain akan berhadapan dengan bos. Setelah berhasil mendekati bos, pemain perlu melemparkan item dengan cara mengetuk layar saat meteran berjalan. Jika berhasil tap tepat di tengah meter, pemain bisa mendapatkan tambahan bonus item.

Adiktif (10/10)

Sama seperti game-game Crash Bandicoot lainnya, Crash Bandicoot: On the Run memiliki banyak mode dan misi menantang  untuk dimainkan. Setelah pemain berhasil membuka level-level dan mengalahkan bos di Battle Run dan mengoleksi item di Collection Run, pemain akan merasa tertantang untuk mengoleksi colored gems dan relic di Challenge Run, serta berlari bersama pemain lainnya di Survival Run.

Crash Bandicoot: On the Run! (zal)

Pemain juga akan disibukkan oleh Aku-Aku’s Quests yang menantang pemain menyelesaikan sejumlah misi, dengan imbalan item-item tertentu yang berguna untuk progress pemain ke depannya. Juga masih ada banyak skin (saat ini total 71 skin) yang bisa dibeli pemain dengan crystal, atau dengan transaksi mikro dalam game. Yang pasti game ini memang free to play alias gratis untuk dimainkan secara penuh.

Saat penulis memainkan game ini, beberapa akses mode masih “coming soon”, yang mengindikasikan akan ada banyak pengembangan lainnya yang siap dirilis King. Tentunya masih banyak petualangan yang bisa dimainkan para gamer, yang membuat game ini semakin menarik untuk terus dimainkan.

Kesimpulan

Kembali ke klaim King yang menyebut Crash Bandicoot: On the Run sebagai “the Crashiest Crash game ever“, dalam hal game mobile, penulis merasa klaim itu bukan sekadar omong kosong belaka. Well, sejujurnya penulis sendiri tidak mengingat adanya game mobile Crash Bandicoot: yang memang meninggalkan kesan mendalam untuk pemain setia Crash Bandicoot. Jadi jelas, Crash Bandicoot: On the Run memang menjadi game mobile Crash Bandicoot terbaik saat ini.

Yang pasti, game ini akan dicintai oleh pencinta game platform Crash Bandicoot. Bahkan mengingat sebenarnya game-game platform seperti Crash Bandicoot-lah yang menginspirasi genre mobile runner (khususnya level-level seperti Boulder Dash), agak terasa mengejutkan juga bahwa butuh waktu 25 tahun untuk franchise Crash Bandicoot menciptakan game runner pertamanya. Setidaknya lebih baik terlambat daripada tidak pernah sama sekali, kan?

https://www.youtube.com/watch?v=0BajDKPStjI

Game ini juga menarik untuk dimainkan oleh mereka yang tidak mengenal dunia Crash Bandicoot sama sekali. Malahan dengan memainkan game ini, rasanya pemain akan tertarik memainkan (lagi) game-game platform Crash Bandicoot lainnya.

Untuk pencinta game mobile runner, game ini sedikit mengingatkan penulis terhadap game Gameloft Spider-Man Unlimited. Beberapa elemen asli dari game atau franchise utamanya direkreasi ulang dalam perangkat seluler, dengan sejumlah pembaruan yang menambah keseruan bermain. Ya tentunya penulis berharap Crash Bandicoot: On the Run tidak bernasib seperti Spider-Man Unlimited yang di shut-down oleh pengembangnya.

Crash Bandicoot: On the Run! (zal)

Dengan mekanisme permainan yang gampang, grafis yang indah, audio dan efek suara yang asyik didengar, dan misi-misi yang menantang, Crash Bandicoot: On the Run menjadi game yang benar-benar mengasyikan untuk para gamer dari beragam genre dan usia. Skor 9.5 rasanya tidak berlebihan untuk diberikan untuk game garapan King ini.

Review Queen: Rock Tour, Nostalgia Era Kejayaan Sang Band Legendaris

GAMEFINITY.ID, Jakarta – Harus diakui, bagi para generasi 90-an (ke bawah), band asal Inggris, Queen menjadi salah satu band rock paling fenomenal yang pernah ada. Band yang eksis di tahun 70 dan 80-an ini memang berhasil menelurkan lagu-lagu yang unik, jenius, dan dicintai para pencinta musik beragam genre, terutama rock.

Bagi generasi yang lahir di era 2000-an pun (ke atas), rasanya band ini tetap menjadi favorit. Setidaknya beberapa lagunya seperti We are the Champions dan We Will Rock You sudah pasti sering didengar. Popularitas band ini juga semakin bertambah setelah kesuksesan film biopic Bohemian Rhapsody (2018), yang mengantarkan sang aktor pemeran Freddie Mercury, Rami Malek meraih Oscar (2019).

Tahun ini sendiri menjadi perayaan 50 tahun eksistensi band asal London, Inggris itu. Bertepatan dengan itu, awal Maret ini Gameloft bekerjasama dengan Universal Music Group merilis game mobile Queen: Rock Tour. Bagaimana keseruannya? Simak ulasan Gamefinity berikut.

Gameplay (9/10)

Sebagai game rhythm, gameplay dari Queen: Rock Tour sebenarnya relatif sederhana. Gamer yang pernah memainkan game-game rhythm seperti Guitar Hero atau Rock Band pasti tidak asing lagi dengan mekanisme permainan game.

Pemain perlu menekan not yang turun ke layar pada trek terpisah. Di sini timing menjadi kunci utama untuk menguasai permainan. Apabila pemain terlambat/tidak menekan not dengan tepat waktu, maka lagu akan berhenti.

Uniknya, masing-masing not memiliki warna yang mewakili keempat personel Queen. Hijau untuk sang vokalis Freddie Mercury, biru untuk gitaris Brian May, pink untuk drummer Roger Taylor, dan oranye untuk basis John Deacon. Jadinya, apabila not pink yang keluar, pemain sebenarnya sedang memainkan drum ala Roger Taylor, begitu seterusnya.

https://www.youtube.com/watch?v=R7M_7g2mMJg

Jadi jika pemain melewatkan not vokal hijau acak di antara petikan gitar (not biru), Freddie Mercury tiba-tiba berhenti bernyanyi dan lagu ikonik Queen berubah menjadi aneh. Jika terus menerus/terlalu sering, konser akan dibatalkan dan pemain gagal menyelesaikan lagu.

Setiap not yang ditekan dengan tepat akan mengisi special move meter. Apabila sudah penuh, pemain bisa menggunakan special move sehingga para anggota band akan menampilkan gerakan ikonik mereka, dan penonton akan memberikan tepuk tangan/skor lebih meriah (3 kali lipat) untuk setiap not yang berhasil diketuk selama periode special move.

Mode utama dari game ini adalah World Tour, dimana pemain akan mensimulasikan konser Queen di lokasi-lokasi ikonik, seperti London, Tokyo, hingga Brasil. Setiap lokasi akan menampilkan sekitar dua lagu, sehingga total ada sekitar 20 lagu-lagu legendaris Queen yang bisa dimainkan di game ini.

Selain Tour, ada pula mode Memories yang berisi galeri dan trivia dari perjalanan band Queen. Pemain juga bisa mencoba beberapa trek lagu pada Rehearsal, hingga mengcustom aksesoris dan peralatan para personel Queen pada mode Band. Pemain juga perlu menyelesaikan beberapa task Achievements supaya mendapatkan bonus koin yang bisa digunakan untuk membeli aksesoris band.

Grafik (9/10)

Queen: Rock Tour menggunakan animasi imut yang merekreasi penampilan ikonik dan aksi panggung band legendaris Queen. Bisa terlihat dari tampilan karakter Queen, seperti perpaduan antara minifigure LEGO dan Funko Pops.

Grafik animasi yang halus ini didukung dengan tampilan UI yang ideal. Meski demikian, nampaknya pemain sendiri akan lebih fokus pada not-not yang turun (semakin cepat dan padat di level yang lebih sulit) ketimbang aksi-aksi animasi dari para member Queen.

Kontrol (8/10)

Mekanisme kontrol dalam game ini juga terbilang sederhana. Pemain hanya perlu tap, swipe dan drag sesuai not-not yang turun. Not akan turun pada enam track dan pemain perlu mengetuknya saat berada di poisi yang tepat.

Jika not diketuk dengan tepat, maka pemain dapat mendengar suara tepuk tangan dari para penonton. Semakin banyak tepuk tangan tentunya skor pemain akan semakin tinggi. Namun layaknya game ritme mobile pada umumnya, not-not yang turun memang relatif memiliki ukuran yang kecil.

Dengan tampilan landscape, pemain sejatinya menggunakan kedua jempolnya untuk mengetuk not-not yang turun. Namun memang ukuran not relatif kecil, sehingga menyulitkan para pemain yang memiliki jari relatif gempal.

Adiktif (9/10)

Bagi fans dari Queen, rasanya game ini layak jika disebut sebagai game wajib. Selain bernostalgia dan beromansa dengan lagu-lagu legendaris Queen, pemain juga bisa mengikuti “ringkasan” perjalan tour Queen di masa jayanya. Sejumlah info trivia dan galeri foto riil dari band juga membuat memainkan game ini layaknya mengakses enslikopedia tentang Queen.

Apalagi lagu-lagu Queen sendiri memang memiliki semacam earworm, yang membuat kita ingin mendengar lagu itu terus menerus. Jadi game ini tentunya memiliki modal yang bagus supaya bisa dimainkan terus menerus.

Untuk bisa mengakses game ini secara penuh, pemain hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp42.000 untuk membeli full game. Pemain juga akan merasa tertantang untuk menyelesaikan game di level yang lebih tinggi. Semakin banyak menyelesaikan lagu, pemain bisa mengakses tour-tour berikutnya dan membuka total sekitar 20 lagu legendaris Queen.

Kesimpulan

Layaknya salah satu judul dari lagu legendaris yang dapat dimainkan di game ini, “We Will Rock You”, game Queen: Rock Tour mengajak para pemainnya “nge-rock” bareng sambil bernostalgia dan kembali merasakan hype era kejayaan band di tahun 70-80-an. Dengan tampilan grafis yang halus dan animasi karakter yang imut, didukung lagu-lagu Queen yang enak didengar, game ini memiliki kombinasi bagus untuk merayakan eksistensi Queen selama 50 tahun.

https://www.youtube.com/watch?v=POVF4aB5MIQ

Para fans Queen pastinya akan menyukai game ini. Sementara pencinta genre rhythm juga bisa menikmati tantangan dari game mobile ini. Gmefinity memberikan skor 8.8 untuk Queen: Rock Tour.

Review Ragnarok M 2.0: Eternal Love, Server Baru Lebih Seru

GAMEFINITY.ID, Jakarta – Gamer yang pernah menghabiskan masa bermainnya di warnet era 2000-an rasanya tidak asing lagi dengan game MMORPG, Ragnarok Online. Ya bisa dibilang game PC bernuansa fantasi manhwa ini menjadi salah satu game MMORPG paling populer untuk gamer saat itu, sebelum menjamurnya game-game mobile MMORPG seperti saat ini. Komunitas RO yang besar dan masih setia ini mayoritas telah beralih ke game mobile yang rilis pada 2018, Ragnarok M: Eternal Love (ROM).

Selama hampir tiga tahun game ini dirilis, sejumlah pembaruan dan pengayaan konten telah diluncurkan Gravity Interactive, Inc, selaku pengembang guna mempertahankan dan memperluas komunitas gamernya. Teranyar Ragnarok M: Eternal Love merilis update RO 2.0, yang menghadirkan banyak konten, kelas, map, quest, dan fitur baru yang menambah keseruan dalam game.

Gamefinity mencoba untuk mengulas game ini, khususnya dari update terbaru RO 2.0. Secara keseluruhan, Ragnarok M: Eternal Love memang bisa dikatakan telah merilis update terbesar yang pernah ada, yang tentunya tak boleh dilewatkan oleh penggemar setia Ragnarok. Seperti apa keseruannya? Simak pembahasannya berikut.

Gameplay (8/10)

Bagi gamer veteran MMORPG khususnya yang pernah memainkan RO yang dirilis tahun 2002, gameplay dari ROM sebenarnya terbilang simpel dan tidak asing lagi. Pemain perlu menjalankan sejumlah quest, berbicara dengan NPC, membunuh monster, dan mengoleksi item untuk meningkatkan level dan mendapatkan Zeny (mata uang dalam game).

Dalam pembahasan kali ini, kami memainkan game di server terbaru yang dirilis pada 26 Februari 2021, Memory of Faith. Setelah memilih kelas, pemain akan berada di Cryptura Academy. Setelah berhasil menyelesaikan sejumlah quest awal (sekitar 30 menit), maka pemain bisa langsung mencapai Base Level 120! Hal ini tentu memudahkan pemain newbie yang diestimasi bisa langsung mencapai T4 dalam waktu 2 hari dan mengejar para pemain veteran kurang lebih selama 21 hari.

Mayoritas quest yang sejauh ini berhasil kami lalui memang berfokus pada mengoleksi item dan membunuh monster. Ragnarok M: Eternal Love memiliki mission board yang sebelumnya tidak ada di Ragnarok Online. Mission board memungkinkan pemain lebih mudah untuk menjelajahi peta dan menyelesaikan objektif.

Yang paling membedakan lainnya tentu fitur auto-attack. Jadi apabila pemain bertemu musuh, karakter akan langsung menyerang dengan serangan dasar. Fitur ini sangat efektif untuk membantu grinding level, material atau item dalam game.

Terkait dengan grinding, ROM membatasi tiap pemainnya dengan mekanisme combat time (CT) selama 150 menit (sebelumnya 300 menit). Setelah gamer menggunakan waktu tempur yang dialokasikan, maka reward looting akan berkurang. Pemain masih bisa menambah CT dengan mendengarkan Music Box yang berlokasi di Prontera South Gate. Sejumlah quest juga memberikan reward pemulihan CT, dengan maksimal CT per hari bisa ditumpuk hingga 450 menit.

Petualang juga bisa mengoleksi galeri (ada fitur fotografi dalam game) yang dapat diakses pada Adventure handbook. Di sini pemain bisa melihat monster apa saja yang telah dibunuh dan di foto. Pemain juga bisa mendapatkan Eden Coin atau Experience Adventure yang bisa dimanfaatkan untuk mengakses blue-print equipment dengan mengoleksi NPC, serta foto landmark ditemui dalam petualang.

Pembaruan lainnya yang dihadirkan dalam Update 2.0 ini adalah map baru, Eclage. Area ini adalah negeri peri yang terletak di puncak Yggdrasil. Petualang juga dapat menjelajahi Palace of Beauty dengan menggunakan kelas baru, Ninja yang menggabungkan serangan berbasis pedang dan shuriken dengan mantra ninjutsu. Berbagai konten baru di update terbaru ini tentunya membuat petualangan menjadi lebih seru.

Grafik (9/10)

Jika membandingkan Ragnarok versi PC, maka game mobile satu ini telah mengalami peningkatan visual yang signifikan, khususnya terkait 3D yang lebih hidup. Grafik yang ditawarkan Ragnarok Eternal Love bisa dibilang sudah baik untuk ukuran game mobile MMORPG.

Perubahan juga terletak pada desain User interface (UI) yang memang lebih rapi dan seimbang untuk ukuran game online. Kolom quest game memang cukup memakan ruang, namun bisa disembunyikan dan diaktifkan kembali cukup dengan satu ketukan. Untuk setiap percakapannya sendiri selain terlihat dalam balon kata juga akan terlihat pada kolom percakapan yang memang terbilang kecil dan sulit dibaca.

Namun overall, grafik yang ditawarkan memang sudah maksimal dan menjadi salah satu keunggulan dari game. Bisa dibilang peningkatan grafis ini menjadi salah satu pekerjaan baik yang dilakukan pengembang, khususnya dalam update 2.0. Kesan nostalgia dengan manhwa Ragnarok disajikan dengan kualitas visual ala modern yang ditampilkan di Ragnarok M: Eternal Love.

Kontrol (9/10)

Bagi veteran MMORPG rasanya kontrol dalam game tidak terlalu asing lagi. Game ini menggunakan gaya bermain tap (klik) untuk mengakses komunikasi, skill dan serangan, dengan analog untuk menggerakkan karakter.

Dengan UI yang cukup rapi maka cukup leluasa untuk mengakses analog kontrol. Pemain juga bisa memanfaatkan tampilan perspektif secara 2.5D dan 3D, dan mengatur perspektif kamera dengan mentap karakter terlebih dahulu.

Dengan fitur auto-attack, pemain juga tidak perlu repot-repot untuk terus mentap selama pertarungan. Ini memudahkan pemain untuk grinding, khususnya bagi pemain yang bermain sembari mengerjakan aktivitas lainnya dan sering AFP.

Adiktif (8/10)

Ragnarok M: Eternal Love merupakan game open world dengan kekayaan konten yang cukup dalam. Dengan penambahan kelas dan map serta area baru di tiap update-nya, rasanya gamer tidak akan kehabisan petualangan dalam game.

Petualang bisa memilih beraneka-ragam job yang, mengatur build skill, grinding hingga leveling up karakter untuk memudahkan gamer menjelajahi peta-peta di Midgard. Beberapa mekanisme game juga diadaptasi dari game versi PC-nya, sehingga kesan nostalgia untuk para pemain veteran akan langsung terasa.

Selain itu ROM juga kerap mengadakan event yang tidak boleh dilewatkan para pemainnya. Event-event ini selain menghadirkan reward, juga bisa menawarkan gacha untuk mendapatkan item khusus yang dimanfaatkan pemain. Teranyar, update 2.0 juga menghadirkan Special Crossover Event, Slayers Premium. Lina Inverse, Gourry Gabriev, dan Zelgadis akan tiba di Midgard untuk bergabung bersama para petualang.

Kesimpulan

Kesan nostalgia memang tak bisa dilepaskan ketika bermain game ini. Tak bisa dimungkiri nama besar Ragnarok memang merupakan warisan tersendiri dari game versi PC, yang coba diteruskan ke game Ragnarok M: Eternal Love. Namun jika dibilang game ini hanya sekadar remastered atau pengkinian dari game pendahulunya jugalah tidak tepat, menimbang sejumlah fitur dan mekanisme baru yang ditawarkan dalam game.

Dengan grafis memuaskan dan kekayaan konten yang mendalam, rasanya game ini memang layak jika diandalkan untuk menghidupkan kembali hype Ragnarok layaknya di era 2000-an. Gamefinity memberikan angka 8.5 untuk game ini.

Review Omega Legends, Game Battle Royale Sci-Fi Futuristik

GAMEFINITY.ID, Jakarta – Game Battle Royale akhir-akhir ini menjadi primadona di industri game. Dengan memadukan beragam genre Multi Player Online Battle Arena (MOBA), Action, First Person Shooter, hingga RPG, banyak daya tarik yang dihadirkan dari game-game Battle Royale. Beberapa judul telah menjadi favorit para gamer, seperti Free Fire, PUBG, Apex Legends, hingga yang teranyar, Omega Legends.

Game garapan IGG (I Got Games) ini baru saja dirilis pada 18 Januari lalu, alias sekitar sebulan yang lalu. Dalam waktu yang relatif singkat, game ini sukses mencuri perhatian dan telah memiliki komunitasnya sendiri. Sebulan sejak game ini dirilis, Omega Legends telah diunduh lebih dari 10 juta pengguna Android di Play Store.

Lantas apa saja keseruan dari game Battle Royale bertema futuristik ini? Berikut pembahasan GAMEFINITY.ID

Gameplay (7/10)

Secara sepintas, game ini akan familiar bagi para pemain Apex Legends. Omega Legends adalah game shooter battle royale sci-fi berlatar belakang futuristik. Diceritakan game bernama “”Ω”” telah mendominasi dunia. Pemain bisa memilih hero dan menggunakan ability mereka untuk mengalahkan musuh.

Game ini dapat dimainkan secara solo atau bersama teman dalam battle sengit melawan 100 pemain lain. Pemain ditantang untuk melacak musuh, membangun pertahanan, atau bersembunyi guna untuk menjadi yang terakhir bertahan.

Salah satu keunggulan dalam game ini ialah banyaknya Hero yang dapat dipilih pemain. Masing-masing memiliki ability unik yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan gaya permainan player. Sebagai game battle royale, tentunya pemilihan hero bisa menentukan siapa yang akan mendominasi medan perang.

Setiap Hero memiliki keunggulannya tersendiri, seperti sembunyi, serangan cepat, healing, atau bertahan. Penggunaan ability Hero di momen pas agar unggul di pertempuran. Game ini juga memiliki beragam mode, mulai dari Survival klasik, hingga adu pintar di Covert Operation, di mana pemain hanya perlu satu tarikan pelatuk untuk menang.

Grafik (8/10)

Sama seperti Apex Legends, grafik game memang memiliki getaran kartun yang berwarna-warni. Namun sebagai game mobile, tampilan grafis yang disajikan bisa dibilang tidak kaku dan terlihat lebih segar ketimbang game battle royale generik. Omega Legends dapat dimainkan di perangkat dengan RAM minimal 2GB dan versi Android 7.0/iOS 8.0.

Omega Legends juga memiliki beragam peta indah yang menjadi latar belakang battle berskala besar. Medan dapat berubah-ubah untuk mendukung pengalaman yang lebih imersif.

Kontrol (7/10)

Secara umum kontrolnya sama dengan game Battle Royale lainnya. Pemain juga bisa mengatur kontrol dan sensitivitasnya pada menu Settings. Salah satunya adalah dengan mematikan fitur aim assist. Sementara fitur ini bisa berguna bagi pemain yang baru memainkan game battle royale, fitur ini lebih baik dimatikan untuk pemain veteran karena bisa mengganggu permainan high-level. Pasalnya aim-assist biasanya menargetkan badan, sementara dalam battle damage terbesar jika ditargetkan ke kepala.

Tak bisa dimungkiri pula, game shooter memang sejatinya dimainkan dengan keyboard dan mouse. Tak heran apabila banyak yang memainkan game ini di PC dengan emulator seperti BlueStacks.

Adiktikf (8/10)

Omega Legends memang bisa membuat pemainnya “ketagihan”, khususnya untuk para pencinta genre battle royale. Pemain yang memang suka adegan tembak menembak akan terhibur dengan beragam pilihan model senjata yang didesain berdasarkan senjata nyata. Masing-masing memiliki keunikan tersendiri untuk pengalaman bermain yang lebih baik.

Game ini juga mengambil elemen populer dari Fortnite, seperti weapon rarity system dan mekanisme shooting. Dengan demikian, shotgun bisa menjadi senjata yang favorit digunakan dalam game ini. Berbagai item seperti Fragmentation Grenade yang destruktif, Flashbang dan Smoke Grenade yang membutakan, dan Landmine berbahaya yang bisa disembunyikan juga dapat menjadi opsi bagi pemain.

Pengembang juga mengklaim Omega Legends telah dioptimalkan untuk permainan yang lancar di hampir semua perangkat. Salah satunya dengan menyajikan sistem anti-cheat dan kebijakan anti jual-beli senjata, guna membuat lingkungan bermain yang adil.

Matchmaking dari game Omega Legends bisa dibilang cukup cepat dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk masuk ke dalam server permainan. Pemain juga bisa membuat custom room untuk mengundang teman main bersama.

Kesimpulan

Dengan beragam mode, fitur, dan tampilan grafis yang segar, game ini layak menjadi alternatif lainnya dalam genre battle royale. Omega Legends nampaknya memang mengadopsi beberapa elemen seru dari game battle royale lainnya, seperti Apex Legends dan Fortnite.

Belum lagi, game ini juga kerap mengadakan event untuk menghibur komunitas pemainnya. Seperti saat event rilis, yang bahkan hadiahnya tak tanggung-tanggung, sekelas iPhone 12 hingga PlayStation 5. Apabila konsisten untuk dikembangkan, game ini bisa bersaing dengan game-game battle royale mainstream lainnya. GAMEFINITY.ID memberikan total skor review 7.5 dari 10 untuk game garapan IGG ini.(zal)

Review Three Kingdoms: Quest of Infinity, Game Bersahabat Para Gamer Mobile

GAMEFINITY.ID, Jakarta – Telkomsel mengepakkan sayapnya ke industri game. Setelah eksis di dunia layanan seluler, mereka kini merambah industri game lewat Dunia Games. Beberapa game unik dan menyenangkan telah dirilis Dunia Games. Teranyar ialah Three Kingdoms: Quest of Infinity. Game-game ini sekaligus membuktikan pengembang dalam negeri pun tak kalah apik dan menarik dibanding game buatan luar.

Three Kingdoms: Quest of Infinity menjadi game bergenre RPG hero collector yang perlu dicoba para gamers tanah air. Menceritakan pertempuran para pahlawan Three Kingdoms terbaik di masanya, game ini mengajak pemain tidak hanya mengumpulkan dan memperkuat karakter, tetapi juga melatih kemampuan meracik strategi untuk memenangi pertempuran.

Seperti apa keseruan yang dirasakan GAMEFINITY.ID saat menjajal Three Kingdoms: Quest of Infinity? Yuk intip pembahasannya berikut.

Gameplay (8/10)

Three Kingdoms: Quest of Infinity memiliki jalan cerita yang menarik didukung 3D sinematik yang apik. Dengan gameplay turn based RPG, ada lebih dari 200 karakter yang bisa dikoleksi dan digunakan para pemain. Sesuai dengan namanya, game ini bertema tiga kerajaan mulai dari karakter, plot hingga mekanisme permainan. Mode-mode game yang dimainkan akan mengajak para pemain untuk merasakan sensasi pertarungan di masa tiga kerajaan, akhir dinasti Hou Han tahun 179.

Three Kingdoms: Quest of Infinity/Thomas Rizal/Gamefinity.id

Diceritakan di awal permainan, Black Dragon jahat mencoba membuka pintu antara dunia dan dimensi lain. Hal itu berhasil digagalkan berkat kekuatan artefak legendaris bernama Holy Grail. Sayangnya, pertarungan yang dahsyat menyebabkan artefak itu pecah dan menyebar ke seluruh dunia. Pemain kini bertugas untuk menemukan pecahan Holy Grail yang masih memiliki kekuatan tersebut.

Three Kingdoms: Quest of Infinity menyajikan keseruan tersendiri kepada para pemain untuk merasakan duel sarat taktik yang dihadirkannya. Ada lebih dari 200 karakter yang tersedia dan terbagi ke dalam empat kategori elemen, yaitu Fire, Water, Nature, dan Dark, dengan role Support, Deffensive, Offensive, Magic, dan Healer.

Three Kingdoms: Quest of Infinity/Thomas Rizal/Gamefinity.id

Di awal game, para warriors (julukan pemain Three Kingdoms: Quest of Infinity) bisa menentukan 2 karakter yang ingin digunakan. Pilihannya antara Liu Bei dan Ching lin yang memiliki elemen Water dan Wood, Cao Cao dan Na Yong yang memiliki elemen Fire dan Wood, serta Sun Quan dan Hong Wu yang memiliki elemen Water dan Fire.

Game ini menyajikan beberapa mode permainan yang bisa dimainkan, mulai dari Misi, Dungeon Harian, Event Dungeon, Elite Dungeon, dan Event Conquest. Di awal permainan pemain hanya bisa memainkan Misi hingga mencapai level tertentu, dimana mode-mode lainnya akan terbuka seiring meningkatnya level pemain.

Three Kingdoms: Quest of Infinity/Thomas Rizal/Gamefinity.id

Sama seperti game RPG pada umumnya, pemain bisa memilih beberapa karakter yang akan digunakan dalam bertarung. Pemain dapat membuat tim beranggotakan 5 hero dengan hero – hero yang berbeda dengan kekuatan yang unik dari masing-masing karakter. Sebelum menjalani pertarungan, pemain dapat menentukan posisi dari karakter yang menjadi bagian dari strategi permainan, apakah di tengah, belakang atau depan.

Tak hanya itu, ada beberapa fitur yang bisa digunakan untuk memudahkan pemain dalam memainkan Three Kingdoms, seperti fitur mempercepat 2x, dan fitur auto battle. Fitur terakhir itu menjadi salah satu keunggulan tersendiri dari game, dimana para pemain bisa menjalankan misi sembari menjalankan aktivitas lain. Namun, ketika pertarungan dijalankan secara otomatis, pemain tak bisa menggunakan Taktik dan support dari teman yang juga menjadi bagian dari untuk memenangkan pertarungan.

Three Kingdoms: Quest of Infinity/Thomas Rizal/Gamefinity.id

Untuk memenangi pertarungan, pemain juga perlu meningkatkan level, mencari senjata atau meningkatkan kemampuan hero masing-masing. Pemain bisa memainkan raid boss untuk mendapatkan senjata yang lebih kuat, EXP Dungeon untuk mendapatkan gold dan EXP guna meningkatkan level, dan banyak lagi hal yang bisa dieksplorasi.

Satu mode lainnya yang juga menarik adalah para warrior ialah “Kelola Wilayah”. Disini pemain bisa membuat lahan pertanian, sawmill, hingga tambang. Hasil dari pengelolaan wilayah itu bisa berupa biji-bijian, kayu, dan batu yang nantinya dibutuhkan untuk membeli Armor, Weapon, dan Aksesoris lainnya. Pemain juga bisa menyerang kota lain agar bisa mencuri ketiga sumber daya, sekaligus mendapatkan Dragon Essence untuk membeli item untuk meningkatkan skill team.

Grafik (8/10)

Saat menjajal game ini, GAMEFINITY.ID menggunakan perangkat Huawei P20 Pro yang memiliki chipset Kirin 970, RAM 6GB dengan sistem operasi Android 10. Game dapat berjalan dengan lancar, tanpa hambatan berarti meski dimainkan selama beberapa jam. Adapun untuk minimum spesifikasinya, game ini bisa dijalankan di smartphone Android dengan chipset Snapdragon 410 atau lebih baru, Chip Grafis Adreno 306; RAM setidaknya 1,5 GB; sistem operasi: 4.3 Jelly Bean atau lebih baru.

Three Kingdoms: Quest of Infinity/Thomas Rizal/Gamefinity.id

Sebagai game yang diklaim ramah perangkat, tampilan grafik yang ditawarkan Three Kingdom: Quest of Infinity terbilang menawan. Ini cocok untuk para penggemar game-game bertema dinasti dan kerajaan, dengan anime yang menarik. Hal ini terlihat baik dari sisi cerita maupun ketika efek visual ketika pemain mengeluarkan skill para hero.

Seperti disebut sebelumnya, Three Kingdoms: Quest of Infinity ini lancar untuk dimainkan termasuk di “hape kentang” sekalipun. Grafis 3D yang disajikan juga cukup menarik. Pemain juga bisa mengatur frame rate sesuai perangkat yang digunakan pemain. Jadi bisa dikatakan Three Kingdoms: Quest of Infinity adalah game yang bersahabat untuk para gamer mobile.

Kontrol (8/10)

Bagi pemain yang biasa memainkan RPG hero collector seperti Seven Knights, rasanya kontrol game ini tidak asing lagi. Namun untuk pemain yang kurang familiar dengan game RPG, pemain yang memainkan Three Kingdoms: Quest of Infinity rasanya tidak akan kesulitan untuk menguasainya. Pasalnya pemain hanya perlu menyentuh layar tombol dan juga ada tutorial yang membantu pemain menguasai kontrol dengan mudah.

Three Kingdoms: Quest of Infinity/Thomas Rizal/Gamefinity.id

Terdapat bar hijau di bawah bar health masing-masing hero yang menjadi indikator turn attack hero. Masing-masing hero yang ada akan secara otomatis menyerang memakai basic attack, dengan pemain bisa menekan image karakter untuk memakai skill hero masing-masing. Pemain juga bisa menggunakan skill unik yang dinamakan Taktik, dimulai dari Heal, buff, debuff, cleanse, hingga menyerang musuh dengan sekali tombol. Pemain perlu menunggu Taktik Gauge agar bertambah setiap kali menyerang ataupun diserang musuh, sebelum bisa menggunakan skill.

Adiktif (8/10)

Dengan beragamnya mode yang bisa dimainkan, maka akan ada banyak aktivitas yang bisa dilakukan bersama game ini. Three Kingdoms: Quest of Infinity memboyong sistem pertempuran ditambah tampilan antar muka yang simpel agar mempermudah pemain mengerti aturan mainnya tanpa kesulitan.

Untuk pendukung, Three Kingdoms: Quest of Infinity menjanjikan berbagai hadiah menarik yang akan diberikan kepada pemain yang mampu menuntaskan misi harian. Setiap harinya, pemain diberikan beragam quest untuk diselesaikan dengan iming-iming rewards yang berguna untuk meningkatkan performa team secara keseluruhan. Dengan grafis yang menunjang, ditambah narasi plot yang menarik untuk diikuti, game ini cocok untuk menemani masa-masa di rumah aja selama pandemi COVID-19.

Kesimpulan

Three Kingdom: Quest of Infinity ini menjadi salah satu mobile RPG yang seru untuk dimainkan. Game besutan Telkomsel ini cocok bagi penggemar RPG yang suka permainan taktik dan strategi, maupun gamer-gamer casual yang membutuhkan alternatif game simpel namun asyik untuk dimainkan. Tak salah apabila menyebut game ini sebagai game yang bersahabat bagi para gamer mobile.

Three Kingdoms: Quest of Infinity/Thomas Rizal/Gamefinity.id

Tidak hanya mengajak pemain mengoleksi dan membangun karakter, warriors juga dihadapkan dengan pertempuran strategis melalui berbagai set skill, mengkombinasikan antara karakteristik dan strategi masing-masing karakter. Beragam game mode misi juga membuat pemain bisa merasakan pertempuran yang dihadapi di masa Three Kingdoms.

Selain itu, Three Kingdoms: Quest of Infinity juga membuktikan bahwa game lokal tidak kalah bersaing dengan game-game garapan luar. Untuk para gamer yang ingin memainkan game ini, bisa segera download game ini di Play Store. Kedepannya, Dunia Games sendiri juga akan merilis game ini di versi IOS.

Secara keseluruhan, GAMEFINITY.ID total skor review 8.4 dari 10 untuk game garapan Telkomsel ini.(zal)