Category Archives: Review Game

Review Ragnarok M 2.0: Eternal Love, Server Baru Lebih Seru

GAMEFINITY.ID, Jakarta – Gamer yang pernah menghabiskan masa bermainnya di warnet era 2000-an rasanya tidak asing lagi dengan game MMORPG, Ragnarok Online. Ya bisa dibilang game PC bernuansa fantasi manhwa ini menjadi salah satu game MMORPG paling populer untuk gamer saat itu, sebelum menjamurnya game-game mobile MMORPG seperti saat ini. Komunitas RO yang besar dan masih setia ini mayoritas telah beralih ke game mobile yang rilis pada 2018, Ragnarok M: Eternal Love (ROM).

Selama hampir tiga tahun game ini dirilis, sejumlah pembaruan dan pengayaan konten telah diluncurkan Gravity Interactive, Inc, selaku pengembang guna mempertahankan dan memperluas komunitas gamernya. Teranyar Ragnarok M: Eternal Love merilis update RO 2.0, yang menghadirkan banyak konten, kelas, map, quest, dan fitur baru yang menambah keseruan dalam game.

Gamefinity mencoba untuk mengulas game ini, khususnya dari update terbaru RO 2.0. Secara keseluruhan, Ragnarok M: Eternal Love memang bisa dikatakan telah merilis update terbesar yang pernah ada, yang tentunya tak boleh dilewatkan oleh penggemar setia Ragnarok. Seperti apa keseruannya? Simak pembahasannya berikut.

Gameplay (8/10)

Bagi gamer veteran MMORPG khususnya yang pernah memainkan RO yang dirilis tahun 2002, gameplay dari ROM sebenarnya terbilang simpel dan tidak asing lagi. Pemain perlu menjalankan sejumlah quest, berbicara dengan NPC, membunuh monster, dan mengoleksi item untuk meningkatkan level dan mendapatkan Zeny (mata uang dalam game).

Dalam pembahasan kali ini, kami memainkan game di server terbaru yang dirilis pada 26 Februari 2021, Memory of Faith. Setelah memilih kelas, pemain akan berada di Cryptura Academy. Setelah berhasil menyelesaikan sejumlah quest awal (sekitar 30 menit), maka pemain bisa langsung mencapai Base Level 120! Hal ini tentu memudahkan pemain newbie yang diestimasi bisa langsung mencapai T4 dalam waktu 2 hari dan mengejar para pemain veteran kurang lebih selama 21 hari.

Mayoritas quest yang sejauh ini berhasil kami lalui memang berfokus pada mengoleksi item dan membunuh monster. Ragnarok M: Eternal Love memiliki mission board yang sebelumnya tidak ada di Ragnarok Online. Mission board memungkinkan pemain lebih mudah untuk menjelajahi peta dan menyelesaikan objektif.

Yang paling membedakan lainnya tentu fitur auto-attack. Jadi apabila pemain bertemu musuh, karakter akan langsung menyerang dengan serangan dasar. Fitur ini sangat efektif untuk membantu grinding level, material atau item dalam game.

Terkait dengan grinding, ROM membatasi tiap pemainnya dengan mekanisme combat time (CT) selama 150 menit (sebelumnya 300 menit). Setelah gamer menggunakan waktu tempur yang dialokasikan, maka reward looting akan berkurang. Pemain masih bisa menambah CT dengan mendengarkan Music Box yang berlokasi di Prontera South Gate. Sejumlah quest juga memberikan reward pemulihan CT, dengan maksimal CT per hari bisa ditumpuk hingga 450 menit.

Petualang juga bisa mengoleksi galeri (ada fitur fotografi dalam game) yang dapat diakses pada Adventure handbook. Di sini pemain bisa melihat monster apa saja yang telah dibunuh dan di foto. Pemain juga bisa mendapatkan Eden Coin atau Experience Adventure yang bisa dimanfaatkan untuk mengakses blue-print equipment dengan mengoleksi NPC, serta foto landmark ditemui dalam petualang.

Pembaruan lainnya yang dihadirkan dalam Update 2.0 ini adalah map baru, Eclage. Area ini adalah negeri peri yang terletak di puncak Yggdrasil. Petualang juga dapat menjelajahi Palace of Beauty dengan menggunakan kelas baru, Ninja yang menggabungkan serangan berbasis pedang dan shuriken dengan mantra ninjutsu. Berbagai konten baru di update terbaru ini tentunya membuat petualangan menjadi lebih seru.

Grafik (9/10)

Jika membandingkan Ragnarok versi PC, maka game mobile satu ini telah mengalami peningkatan visual yang signifikan, khususnya terkait 3D yang lebih hidup. Grafik yang ditawarkan Ragnarok Eternal Love bisa dibilang sudah baik untuk ukuran game mobile MMORPG.

Perubahan juga terletak pada desain User interface (UI) yang memang lebih rapi dan seimbang untuk ukuran game online. Kolom quest game memang cukup memakan ruang, namun bisa disembunyikan dan diaktifkan kembali cukup dengan satu ketukan. Untuk setiap percakapannya sendiri selain terlihat dalam balon kata juga akan terlihat pada kolom percakapan yang memang terbilang kecil dan sulit dibaca.

Namun overall, grafik yang ditawarkan memang sudah maksimal dan menjadi salah satu keunggulan dari game. Bisa dibilang peningkatan grafis ini menjadi salah satu pekerjaan baik yang dilakukan pengembang, khususnya dalam update 2.0. Kesan nostalgia dengan manhwa Ragnarok disajikan dengan kualitas visual ala modern yang ditampilkan di Ragnarok M: Eternal Love.

Kontrol (9/10)

Bagi veteran MMORPG rasanya kontrol dalam game tidak terlalu asing lagi. Game ini menggunakan gaya bermain tap (klik) untuk mengakses komunikasi, skill dan serangan, dengan analog untuk menggerakkan karakter.

Dengan UI yang cukup rapi maka cukup leluasa untuk mengakses analog kontrol. Pemain juga bisa memanfaatkan tampilan perspektif secara 2.5D dan 3D, dan mengatur perspektif kamera dengan mentap karakter terlebih dahulu.

Dengan fitur auto-attack, pemain juga tidak perlu repot-repot untuk terus mentap selama pertarungan. Ini memudahkan pemain untuk grinding, khususnya bagi pemain yang bermain sembari mengerjakan aktivitas lainnya dan sering AFP.

Adiktif (8/10)

Ragnarok M: Eternal Love merupakan game open world dengan kekayaan konten yang cukup dalam. Dengan penambahan kelas dan map serta area baru di tiap update-nya, rasanya gamer tidak akan kehabisan petualangan dalam game.

Petualang bisa memilih beraneka-ragam job yang, mengatur build skill, grinding hingga leveling up karakter untuk memudahkan gamer menjelajahi peta-peta di Midgard. Beberapa mekanisme game juga diadaptasi dari game versi PC-nya, sehingga kesan nostalgia untuk para pemain veteran akan langsung terasa.

Selain itu ROM juga kerap mengadakan event yang tidak boleh dilewatkan para pemainnya. Event-event ini selain menghadirkan reward, juga bisa menawarkan gacha untuk mendapatkan item khusus yang dimanfaatkan pemain. Teranyar, update 2.0 juga menghadirkan Special Crossover Event, Slayers Premium. Lina Inverse, Gourry Gabriev, dan Zelgadis akan tiba di Midgard untuk bergabung bersama para petualang.

Kesimpulan

Kesan nostalgia memang tak bisa dilepaskan ketika bermain game ini. Tak bisa dimungkiri nama besar Ragnarok memang merupakan warisan tersendiri dari game versi PC, yang coba diteruskan ke game Ragnarok M: Eternal Love. Namun jika dibilang game ini hanya sekadar remastered atau pengkinian dari game pendahulunya jugalah tidak tepat, menimbang sejumlah fitur dan mekanisme baru yang ditawarkan dalam game.

Dengan grafis memuaskan dan kekayaan konten yang mendalam, rasanya game ini memang layak jika diandalkan untuk menghidupkan kembali hype Ragnarok layaknya di era 2000-an. Gamefinity memberikan angka 8.5 untuk game ini.

Review Omega Legends, Game Battle Royale Sci-Fi Futuristik

GAMEFINITY.ID, Jakarta – Game Battle Royale akhir-akhir ini menjadi primadona di industri game. Dengan memadukan beragam genre Multi Player Online Battle Arena (MOBA), Action, First Person Shooter, hingga RPG, banyak daya tarik yang dihadirkan dari game-game Battle Royale. Beberapa judul telah menjadi favorit para gamer, seperti Free Fire, PUBG, Apex Legends, hingga yang teranyar, Omega Legends.

Game garapan IGG (I Got Games) ini baru saja dirilis pada 18 Januari lalu, alias sekitar sebulan yang lalu. Dalam waktu yang relatif singkat, game ini sukses mencuri perhatian dan telah memiliki komunitasnya sendiri. Sebulan sejak game ini dirilis, Omega Legends telah diunduh lebih dari 10 juta pengguna Android di Play Store.

Lantas apa saja keseruan dari game Battle Royale bertema futuristik ini? Berikut pembahasan GAMEFINITY.ID

Gameplay (7/10)

Secara sepintas, game ini akan familiar bagi para pemain Apex Legends. Omega Legends adalah game shooter battle royale sci-fi berlatar belakang futuristik. Diceritakan game bernama “”Ω”” telah mendominasi dunia. Pemain bisa memilih hero dan menggunakan ability mereka untuk mengalahkan musuh.

Game ini dapat dimainkan secara solo atau bersama teman dalam battle sengit melawan 100 pemain lain. Pemain ditantang untuk melacak musuh, membangun pertahanan, atau bersembunyi guna untuk menjadi yang terakhir bertahan.

Salah satu keunggulan dalam game ini ialah banyaknya Hero yang dapat dipilih pemain. Masing-masing memiliki ability unik yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan gaya permainan player. Sebagai game battle royale, tentunya pemilihan hero bisa menentukan siapa yang akan mendominasi medan perang.

Setiap Hero memiliki keunggulannya tersendiri, seperti sembunyi, serangan cepat, healing, atau bertahan. Penggunaan ability Hero di momen pas agar unggul di pertempuran. Game ini juga memiliki beragam mode, mulai dari Survival klasik, hingga adu pintar di Covert Operation, di mana pemain hanya perlu satu tarikan pelatuk untuk menang.

Grafik (8/10)

Sama seperti Apex Legends, grafik game memang memiliki getaran kartun yang berwarna-warni. Namun sebagai game mobile, tampilan grafis yang disajikan bisa dibilang tidak kaku dan terlihat lebih segar ketimbang game battle royale generik. Omega Legends dapat dimainkan di perangkat dengan RAM minimal 2GB dan versi Android 7.0/iOS 8.0.

Omega Legends juga memiliki beragam peta indah yang menjadi latar belakang battle berskala besar. Medan dapat berubah-ubah untuk mendukung pengalaman yang lebih imersif.

Kontrol (7/10)

Secara umum kontrolnya sama dengan game Battle Royale lainnya. Pemain juga bisa mengatur kontrol dan sensitivitasnya pada menu Settings. Salah satunya adalah dengan mematikan fitur aim assist. Sementara fitur ini bisa berguna bagi pemain yang baru memainkan game battle royale, fitur ini lebih baik dimatikan untuk pemain veteran karena bisa mengganggu permainan high-level. Pasalnya aim-assist biasanya menargetkan badan, sementara dalam battle damage terbesar jika ditargetkan ke kepala.

Tak bisa dimungkiri pula, game shooter memang sejatinya dimainkan dengan keyboard dan mouse. Tak heran apabila banyak yang memainkan game ini di PC dengan emulator seperti BlueStacks.

Adiktikf (8/10)

Omega Legends memang bisa membuat pemainnya “ketagihan”, khususnya untuk para pencinta genre battle royale. Pemain yang memang suka adegan tembak menembak akan terhibur dengan beragam pilihan model senjata yang didesain berdasarkan senjata nyata. Masing-masing memiliki keunikan tersendiri untuk pengalaman bermain yang lebih baik.

Game ini juga mengambil elemen populer dari Fortnite, seperti weapon rarity system dan mekanisme shooting. Dengan demikian, shotgun bisa menjadi senjata yang favorit digunakan dalam game ini. Berbagai item seperti Fragmentation Grenade yang destruktif, Flashbang dan Smoke Grenade yang membutakan, dan Landmine berbahaya yang bisa disembunyikan juga dapat menjadi opsi bagi pemain.

Pengembang juga mengklaim Omega Legends telah dioptimalkan untuk permainan yang lancar di hampir semua perangkat. Salah satunya dengan menyajikan sistem anti-cheat dan kebijakan anti jual-beli senjata, guna membuat lingkungan bermain yang adil.

Matchmaking dari game Omega Legends bisa dibilang cukup cepat dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk masuk ke dalam server permainan. Pemain juga bisa membuat custom room untuk mengundang teman main bersama.

Kesimpulan

Dengan beragam mode, fitur, dan tampilan grafis yang segar, game ini layak menjadi alternatif lainnya dalam genre battle royale. Omega Legends nampaknya memang mengadopsi beberapa elemen seru dari game battle royale lainnya, seperti Apex Legends dan Fortnite.

Belum lagi, game ini juga kerap mengadakan event untuk menghibur komunitas pemainnya. Seperti saat event rilis, yang bahkan hadiahnya tak tanggung-tanggung, sekelas iPhone 12 hingga PlayStation 5. Apabila konsisten untuk dikembangkan, game ini bisa bersaing dengan game-game battle royale mainstream lainnya. GAMEFINITY.ID memberikan total skor review 7.5 dari 10 untuk game garapan IGG ini.(zal)

Review Three Kingdoms: Quest of Infinity, Game Bersahabat Para Gamer Mobile

GAMEFINITY.ID, Jakarta – Telkomsel mengepakkan sayapnya ke industri game. Setelah eksis di dunia layanan seluler, mereka kini merambah industri game lewat Dunia Games. Beberapa game unik dan menyenangkan telah dirilis Dunia Games. Teranyar ialah Three Kingdoms: Quest of Infinity. Game-game ini sekaligus membuktikan pengembang dalam negeri pun tak kalah apik dan menarik dibanding game buatan luar.

Three Kingdoms: Quest of Infinity menjadi game bergenre RPG hero collector yang perlu dicoba para gamers tanah air. Menceritakan pertempuran para pahlawan Three Kingdoms terbaik di masanya, game ini mengajak pemain tidak hanya mengumpulkan dan memperkuat karakter, tetapi juga melatih kemampuan meracik strategi untuk memenangi pertempuran.

Seperti apa keseruan yang dirasakan GAMEFINITY.ID saat menjajal Three Kingdoms: Quest of Infinity? Yuk intip pembahasannya berikut.

Gameplay (8/10)

Three Kingdoms: Quest of Infinity memiliki jalan cerita yang menarik didukung 3D sinematik yang apik. Dengan gameplay turn based RPG, ada lebih dari 200 karakter yang bisa dikoleksi dan digunakan para pemain. Sesuai dengan namanya, game ini bertema tiga kerajaan mulai dari karakter, plot hingga mekanisme permainan. Mode-mode game yang dimainkan akan mengajak para pemain untuk merasakan sensasi pertarungan di masa tiga kerajaan, akhir dinasti Hou Han tahun 179.

Three Kingdoms: Quest of Infinity/Thomas Rizal/Gamefinity.id

Diceritakan di awal permainan, Black Dragon jahat mencoba membuka pintu antara dunia dan dimensi lain. Hal itu berhasil digagalkan berkat kekuatan artefak legendaris bernama Holy Grail. Sayangnya, pertarungan yang dahsyat menyebabkan artefak itu pecah dan menyebar ke seluruh dunia. Pemain kini bertugas untuk menemukan pecahan Holy Grail yang masih memiliki kekuatan tersebut.

Three Kingdoms: Quest of Infinity menyajikan keseruan tersendiri kepada para pemain untuk merasakan duel sarat taktik yang dihadirkannya. Ada lebih dari 200 karakter yang tersedia dan terbagi ke dalam empat kategori elemen, yaitu Fire, Water, Nature, dan Dark, dengan role Support, Deffensive, Offensive, Magic, dan Healer.

Three Kingdoms: Quest of Infinity/Thomas Rizal/Gamefinity.id

Di awal game, para warriors (julukan pemain Three Kingdoms: Quest of Infinity) bisa menentukan 2 karakter yang ingin digunakan. Pilihannya antara Liu Bei dan Ching lin yang memiliki elemen Water dan Wood, Cao Cao dan Na Yong yang memiliki elemen Fire dan Wood, serta Sun Quan dan Hong Wu yang memiliki elemen Water dan Fire.

Game ini menyajikan beberapa mode permainan yang bisa dimainkan, mulai dari Misi, Dungeon Harian, Event Dungeon, Elite Dungeon, dan Event Conquest. Di awal permainan pemain hanya bisa memainkan Misi hingga mencapai level tertentu, dimana mode-mode lainnya akan terbuka seiring meningkatnya level pemain.

Three Kingdoms: Quest of Infinity/Thomas Rizal/Gamefinity.id

Sama seperti game RPG pada umumnya, pemain bisa memilih beberapa karakter yang akan digunakan dalam bertarung. Pemain dapat membuat tim beranggotakan 5 hero dengan hero – hero yang berbeda dengan kekuatan yang unik dari masing-masing karakter. Sebelum menjalani pertarungan, pemain dapat menentukan posisi dari karakter yang menjadi bagian dari strategi permainan, apakah di tengah, belakang atau depan.

Tak hanya itu, ada beberapa fitur yang bisa digunakan untuk memudahkan pemain dalam memainkan Three Kingdoms, seperti fitur mempercepat 2x, dan fitur auto battle. Fitur terakhir itu menjadi salah satu keunggulan tersendiri dari game, dimana para pemain bisa menjalankan misi sembari menjalankan aktivitas lain. Namun, ketika pertarungan dijalankan secara otomatis, pemain tak bisa menggunakan Taktik dan support dari teman yang juga menjadi bagian dari untuk memenangkan pertarungan.

Three Kingdoms: Quest of Infinity/Thomas Rizal/Gamefinity.id

Untuk memenangi pertarungan, pemain juga perlu meningkatkan level, mencari senjata atau meningkatkan kemampuan hero masing-masing. Pemain bisa memainkan raid boss untuk mendapatkan senjata yang lebih kuat, EXP Dungeon untuk mendapatkan gold dan EXP guna meningkatkan level, dan banyak lagi hal yang bisa dieksplorasi.

Satu mode lainnya yang juga menarik adalah para warrior ialah “Kelola Wilayah”. Disini pemain bisa membuat lahan pertanian, sawmill, hingga tambang. Hasil dari pengelolaan wilayah itu bisa berupa biji-bijian, kayu, dan batu yang nantinya dibutuhkan untuk membeli Armor, Weapon, dan Aksesoris lainnya. Pemain juga bisa menyerang kota lain agar bisa mencuri ketiga sumber daya, sekaligus mendapatkan Dragon Essence untuk membeli item untuk meningkatkan skill team.

Grafik (8/10)

Saat menjajal game ini, GAMEFINITY.ID menggunakan perangkat Huawei P20 Pro yang memiliki chipset Kirin 970, RAM 6GB dengan sistem operasi Android 10. Game dapat berjalan dengan lancar, tanpa hambatan berarti meski dimainkan selama beberapa jam. Adapun untuk minimum spesifikasinya, game ini bisa dijalankan di smartphone Android dengan chipset Snapdragon 410 atau lebih baru, Chip Grafis Adreno 306; RAM setidaknya 1,5 GB; sistem operasi: 4.3 Jelly Bean atau lebih baru.

Three Kingdoms: Quest of Infinity/Thomas Rizal/Gamefinity.id

Sebagai game yang diklaim ramah perangkat, tampilan grafik yang ditawarkan Three Kingdom: Quest of Infinity terbilang menawan. Ini cocok untuk para penggemar game-game bertema dinasti dan kerajaan, dengan anime yang menarik. Hal ini terlihat baik dari sisi cerita maupun ketika efek visual ketika pemain mengeluarkan skill para hero.

Seperti disebut sebelumnya, Three Kingdoms: Quest of Infinity ini lancar untuk dimainkan termasuk di “hape kentang” sekalipun. Grafis 3D yang disajikan juga cukup menarik. Pemain juga bisa mengatur frame rate sesuai perangkat yang digunakan pemain. Jadi bisa dikatakan Three Kingdoms: Quest of Infinity adalah game yang bersahabat untuk para gamer mobile.

Kontrol (8/10)

Bagi pemain yang biasa memainkan RPG hero collector seperti Seven Knights, rasanya kontrol game ini tidak asing lagi. Namun untuk pemain yang kurang familiar dengan game RPG, pemain yang memainkan Three Kingdoms: Quest of Infinity rasanya tidak akan kesulitan untuk menguasainya. Pasalnya pemain hanya perlu menyentuh layar tombol dan juga ada tutorial yang membantu pemain menguasai kontrol dengan mudah.

Three Kingdoms: Quest of Infinity/Thomas Rizal/Gamefinity.id

Terdapat bar hijau di bawah bar health masing-masing hero yang menjadi indikator turn attack hero. Masing-masing hero yang ada akan secara otomatis menyerang memakai basic attack, dengan pemain bisa menekan image karakter untuk memakai skill hero masing-masing. Pemain juga bisa menggunakan skill unik yang dinamakan Taktik, dimulai dari Heal, buff, debuff, cleanse, hingga menyerang musuh dengan sekali tombol. Pemain perlu menunggu Taktik Gauge agar bertambah setiap kali menyerang ataupun diserang musuh, sebelum bisa menggunakan skill.

Adiktif (8/10)

Dengan beragamnya mode yang bisa dimainkan, maka akan ada banyak aktivitas yang bisa dilakukan bersama game ini. Three Kingdoms: Quest of Infinity memboyong sistem pertempuran ditambah tampilan antar muka yang simpel agar mempermudah pemain mengerti aturan mainnya tanpa kesulitan.

Untuk pendukung, Three Kingdoms: Quest of Infinity menjanjikan berbagai hadiah menarik yang akan diberikan kepada pemain yang mampu menuntaskan misi harian. Setiap harinya, pemain diberikan beragam quest untuk diselesaikan dengan iming-iming rewards yang berguna untuk meningkatkan performa team secara keseluruhan. Dengan grafis yang menunjang, ditambah narasi plot yang menarik untuk diikuti, game ini cocok untuk menemani masa-masa di rumah aja selama pandemi COVID-19.

Kesimpulan

Three Kingdom: Quest of Infinity ini menjadi salah satu mobile RPG yang seru untuk dimainkan. Game besutan Telkomsel ini cocok bagi penggemar RPG yang suka permainan taktik dan strategi, maupun gamer-gamer casual yang membutuhkan alternatif game simpel namun asyik untuk dimainkan. Tak salah apabila menyebut game ini sebagai game yang bersahabat bagi para gamer mobile.

Three Kingdoms: Quest of Infinity/Thomas Rizal/Gamefinity.id

Tidak hanya mengajak pemain mengoleksi dan membangun karakter, warriors juga dihadapkan dengan pertempuran strategis melalui berbagai set skill, mengkombinasikan antara karakteristik dan strategi masing-masing karakter. Beragam game mode misi juga membuat pemain bisa merasakan pertempuran yang dihadapi di masa Three Kingdoms.

Selain itu, Three Kingdoms: Quest of Infinity juga membuktikan bahwa game lokal tidak kalah bersaing dengan game-game garapan luar. Untuk para gamer yang ingin memainkan game ini, bisa segera download game ini di Play Store. Kedepannya, Dunia Games sendiri juga akan merilis game ini di versi IOS.

Secara keseluruhan, GAMEFINITY.ID total skor review 8.4 dari 10 untuk game garapan Telkomsel ini.(zal)

Review Cyberpunk 2077, Dimenangkan oleh Narasi dan Rangkaian Misi yang Menantang

GAMEFINITY.ID, Jakarta – Obsesi CD Projekt Red menciptakan game yang memiliki dunianya sendiri tercermin dari game action RPG terbarunya, Cyberpunk 2077. Melalui Cyberpunk 2077, CDPR mengajak para gamer masuk ke petualangan futuristik di Night City, dengan sejumlah aksi dan gameplay yang menarik untuk dijalankan.

Sebagai pengalaman naratif, 2077 tidak diragukan lagi adalah salah satu video game paling imersif, yang mengaburkan antara batasan dunia nyata dengan dunia digital. Dengan demikian para gamer bisa merasakan pengalaman yang mirip dengan dunia nyata. Game yang diklaim memiliki 50+ jam bermain itu memiliki cerita utama yang enak untuk dinikmati, begitu pula dengan sejumlah misi “sampingan” yang juga kuat layaknya cerita utamanya. Setiap misi menawarkan alternatif yang bercabang, melalui lanskap kota Night City yang futuristik.

GAMEFINITY.ID mendapatkan kesempatan untuk memainkan game ini untuk versi PC. Meski banyak memiliki kendala bug dan glitch, secara keseluruhan kami cukup puas dengan Cyberpunk 2077.  Perlu juga dicatat bahwa kami meninjau game ini dengan PC yang telah memenuhi requirement dari game (bukan minimum). Kami sendiri mengatur setting display sebagian besar di level high, dengan mematikan ray tracing guna menghilangkan bug “pohon rimba” di Night City.

Gameplay (9/10)

Cyberpunk 2077/PC/Thomas Rizal/Gamefinity.id

Misi kampanye game yang menantang, dimainkan sepenuhnya dalam tampilan orang pertama (first person) menawarkan perjalanan mengasyikkan melalui kisah fiksi ilmiah dengan tema menarik dan karakter yang menyenangkan. Latar sandbox Night City yang bergaya dan menawan, menghadirkan paket yang sangat mengesankan layaknya menyaksikan film blockbuster sinematik.

Saat pemain pertama kali memulai permainan, mereka ditugaskan untuk membuat karakter bernama “V”. Kemudian menyetel statistik karakter awal, sebelum memilih di antara salah satu dari tiga jalur kehidupan (life path): Nomad, Street Kid atau Corporate. Penjelasannya sudah sempat kami jabarkan pada tulisan sebelumnya.

Kisah latar yang gamer pilih akan menentukan misi prolog dan opsi dialog yang akan dimiliki setelahnya. Tetapi apapun pilihanmya, gamer akan berkenalan dengan Jackie Wells, yang menjadi sekutu utama dan memperkenalkan pemain ke dunia kriminal di Night City.

Cyberpunk 2077/PC/Thomas Rizal/Gamefinity.id

Dari sini, narasi akan lebih dalam terurai, melibatkan konspirasi perusahaan dan kekacauan moral. Disampaikan melalui set-piece spektakuler, lingkungan yang menakjubkan, dan beberapa pertunjukan yang benar-benar mengesankan dari pemeran karakter tambahan Cyberpunk 2077. Bisa dibilang, narasi yang mendalam dan mengalir dari gameplay Cyberpunk 2077 adalah poin keunggulan dari game ini.

Sejak awal permainan, pemain bebas untuk menjelajahi Night City, kota megalopolis futuristik yang didominasi oleh perusahaan besar. Sepanjang permainan, V akan mendapat panggilan telepon dan pesan teks yang sering, yang memberikan pemain pasokan misi untuk dijalani.

Prolog game ini berlangsung beberapa jam sebelum dunia benar-benar terbuka, dan “hantu” digital Johnny Silverhand (dibintangi aktor kenamaan Keanu Reeves) akan tertanam dalam kepala pemain. Terdapat satu misi pula dimana pemain menjalankan karakter Silverhand, yang harus diakui menjadi daya tarik dari game ini mengingat nama besar dari Keanu Reeves. Sebelum dan sesudahnya, misi Cyberpunk 2077 secara mengejutkan terasa hangat, dengan penampilan karakternya yang benar-benar meningkatkan kenikmatan di setiap misi.

Bisa dibilang 2077 adalah RPG berbasis cerita (story based) ketimbang game action (action based), yang tentunya akan lebih difavoritkan pemain yang memang menikmati game dari sisi naratif. Dibandingkan dengan game serupa seperti Fallout atau Deus Ex: Human Revolution, percakapan Cyberpunk terasa jauh lebih mengasyikkan dan hidup, dengan karakter yang menavigasi dan berinteraksi dengan pemandangan. Ada ketegangan, emosi, dan kehidupan yang membuat interaksi dengan NPC benar-benar menyenangkan meskipun biasanya berakhir dengan misi yang sulit.

Grafik (8/10)

Tiada gading yang tak retak. Meski CDPR jelas-jelas terobsesi dalam mengembangkan game ini, faktanya saat rilis game ini dipenuhi bug dan glitch yang hampir pasti akan ditemui jika gamer memilih untuk memainkannya sejak peluncuran game. Selama permainan, kami secara teratur menemukan pemandangan mengambang (seperti pohon yang seolah-olah menembus gedung), elemen UI yang macet, karakter teleportasi dan gangguan audio.

Apakah ini cukup untuk merusak pengalaman bermain kemungkinan akan berbeda dari sudut pandang masing-masing pemain. Kami sendiri merasa hal ini tidak merusak permainan pada umumnya, meski tentu saja kami berharap tidak berpapasan dengan bug maupun glitch. Toh belum tentu juga, apabila kemarin CDPR kembali menunda peluncuran Cyberpunk 2077 (yang sudah tertunda sebanyak tiga kali), game ini akan menjadi permainan yang lebih baik.

Walau demikian, harus diakui game ini memang menggunakan tekstur detail yang menyerupai realita. Menggunakan REDengine 4 yang merupakan pengembangan dari engine milik CD Red Projekt, Kota Night City berhasil digambarkan sebagai kota metropolis futuristik, dengan jalan-jalan yang ramai, siaran televisi, dan distrik yang berbeda menciptakan ilusi tempat yang nyata. Meskipun tidak sekuat game open world lainnya, peta 2077 masih memiliki ukuran yang signifikan. Namun kepadatan gedung dan gang Night City yang paling mengesankan, dengan blok apartemen, pasar, dan kantor perusahaan yang berjejer satu sama lain.

Kontrol (8.5/10)

Secara umum, control mapping dari Cyberpunk 2077 memang tidak berbeda dengan game open world lainnya seperti Grand Theft Auto, semacam lari menggunakan shift kiri, lompat menggunakan spasi, hingga masuk mobil menggunakan F. Untuk menguasai kontrol dari game juga tidak terlalu sulit, mengingat di setiap mode dari game, baik itu combat, stealth hingga analisa melalui Braindance, selalu akan ada tutorial terlebih dahulu dan legenda sebagai pengingat tombol.

Pemain bisa menghabiskan waktu berjam-jam tanpa mengangkat senjata dan bahkan sebenarnya lebih baik tidak melibatkan mereka sama sekali. Menyelinap ke kantor pusat perusahaan hanya menggunakan kecerdasan, atau mengajak salah satu mantan pacar Silverhand berkencan ke bioskop drive-through Night City yang terlantar adalah keasyikan tersendiri ketimbang baku tembak.

Cyberpunk 2077 juga memperkenalkan fitur detektifnya sendiri, yang disebut rangkaian pengeditan Braindance, yang mengajak pemain meninjau peristiwa penting yang ditangkap oleh implan. Pengalaman ini serupa dengan yang didapatkan di Batman Arkham Knight, ya mungkin saja Batman memang menggunakan teknologi dari tahun 2077 (meski Batman tidak menggunakan implan) dalam memberantas kejahatan.

Dan ketika senapan dan pistol memang benar-benar harus dikeluarkan, pertempuran berlangsung lambat dan metodis, seringkali membutuhkan stealth dan peretasan untuk berhasil memenangkannya. Bahkan terkadang harus menggunakan jurus “1.000 langkah” alias melarikan diri dari pertempuran yang terlalu sulit untuk dimenangkan. Di sini pertempuran mungkin tidak terasa sama integralnya dengan pengalaman seperti dalam game Deus Ex atau Fallout.

CD Projekt telah menerapkan sistem kelas yang pada dasarnya memungkinkan pemain menetapkan poin ke salah satu dari lima statistik inti (Body, Reflexes, Intelligence, Technical Ability, dan Cool). Hal ini menghasilkan build yang benar-benar khusus yang disesuaikan dengan gaya bermain gamer, apakah seorang yang mau bertempur jarak dekat, atau seorang yang mengandalkan otak dengan memaksimalkan stealth dan keterampilan meretas.

Adiktif (8/10)

Pengalaman naratif sangat menjadi bintang tahun 2077 dan sangat menyenangkan karena dapat dicerna bahkan oleh pemain yang mungkin biasanya tidak memiliki waktu atau kesabaran untuk game open world. Terkait hal terakhir ini, 2077 memiliki tombol skip yang memungkinkan pemain untuk maju cepat melalui dialog atau perjalanan penumpang. Main campaign dari game lebih pendek dari misi sampingannya, kurang lebih 20 jam. Jadi jika CDPR mengklaim game ini memiliki waktu permainan 50+ jam, maka memang misi sampingannya atau eksplorasi dari game (replay, penelusuran lanjutan) memiliki durasi lebih lama dari main campaign.

Seperti halnya dengan The Witcher 3, misi opsional Cyberpunk juga menawarkan variasi yang menyenangkan dan beberapa pengalaman naratif yang menonjol, yang berpengaruh dalam cerita utama. Pemain dapat memilih untuk menjelajahi masa lalu Johnny Silverhand, melanjutkan cerita yang disusun oleh karakter pendukung lainnya, atau menggali lebih dalam tentang brain dancing dan pengetahuan lain dari game.

Di sinilah Cyberpunk 2077 terasa orisinil ketimbang rival genre-nya, dengan beberapa cerita paling berkesan dan unik yang pernah kami lihat dalam jenis game ini. Gamer dapat merasakan bahwa tim penulis dan desain CD Projekt Red diberi otonomi nyata untuk membuat konten ini, dan ini terlihat dalam kualitas produk akhir.

Kesimpulan

Jika tanpa kendala bug dan glitch, Cyberpunk 2077 tak diragukan lagi menjadi pengalaman yang tidak dapat dilewatkan bagi penggemar game yang berfokus pada cerita. Namun sekali lagi, sulit bagi kami untuk menampik rasa gusar akibat bug di versi rilisnya. Menurut pemberitaan, versi konsol generasi terkini (PS4 dan Xbox One) memang mengecewakan, sehingga ada baiknya jika pemilik Xbox One dan PS4 menunggu patch dari game sebelum membelinya.

Apabila gamer sudah memiliki banyak game untuk dimainkan selama periode liburan Natal ini, mungkin memang ada baiknya pertimbangkan untuk menunda perjalanan ke Night City hingga patch lebih lanjut yang direncanakan Januari dan Februari 2021. Meskipun demikian, jika gamer dapat mengabaikan banyak gangguan grafis, Cyberpunk 2077 merupakan pengalaman yang luar biasa. Dengan patch lebih lanjut, game ini rasanya memang tidak boleh dilewatkan.

Cyberpunk 2077 bisa dikatakan ialah salah satu game paling berkesan yang bisa gamer mainkan tahun ini. Pemain bisa merasakan beberapa alternatif dari petualangan yang membuat game ini memang tidak cukup apabila hanya dimainkan sekali. GAMEFINITY.ID memberikan total skor review 8.4 dari 10 untuk game garapan Insomniac ini.(zal)

Review Spider-Man: Miles Morales, Sukses Memenuhi Ekspektasi

GAMEFINITY.ID, Jakarta – Seiring diluncurkannya PlayStation 5 secara global, Marvel’s Spider-Man: Miles Morales awalnya digadang menjadi launch title dari konsol generasi berikutnya tersebut. Beruntung, para gamers PlayStation 4 akhirnya tetap bisa memainkan game ini, setelah Sony memutuskan untuk merilis game ini juga untuk platform PS4. Walau begitu, kesan “generasi berikutnya” dari game ini tetap terasa, baik dari sisi grafik, tema, hingga gameplay yang menawarkan beragam petualangan untuk dimainkan.

GAMEFINITY.ID mendapat kesempatan menjajal langsung game ini pada platform PlayStation 4, tak lama setelah peluncuran game ini secara global pada 12 November lalu. Mendapat respon positif dari beragam kritikus game, Marvel’s Spider-Man Miles Morales memang layak menjadi game yang paling diantisipasi oleh pencinta game bergenre action-adventure. Berikut pembahasannya.

Gameplay (8.5/10)

Marvel’s Spider-Man: Miles Morales/PS4/Rizal

Spider-Man: Miles Morales mengambil latar waktu setahun setelah kejadian di game sebelumnya. Bagi gamers yang sudah memainkan Marvel’s Spider-Man (2018), khususnya mereka yang memainkan DLC The City That Never Sleeps, pasti sudah tidak asing lagi dengan sosok dan latar belakang Miles Morales. Di game sebelumnya, pemain juga sempat mengontrol Miles dalam beberapa segmen, meski saat itu dirinya belum mendapatkan kekuatan laba-laba super.

Sama seperti Peter Parker, Miles mendapatkan gigitan laba-laba genetika yang akhirnya memberi remaja 17 tahun itu kekuatan super dan mengambil peran sebagai Spider-Man. Setelah berjuang melepaskan trauma atas kematian ayahnya akibat serangan Martin Li, Miles mendapat pelatihan khusus dari Peter Parker yang berperan menjadi sosok saudara (Spider-bro) sekaligus mentor untuk menguasai kemampuan barunya itu.

Marvel’s Spider-Man: Miles Morales/PS4/Rizal

Di awal game, pemain juga akan bertarung bersama Spider-Man untuk menghentikan Rhino yang lepas (akibat kecerobohan Miles) saat pemindahan tahanan. Disitulah Miles mengetahui kekuatan super miliknya, Venom Strike kekuatan yang menjadi ciri khas darinya. Dengan kekuatan barunya itu, Miles dipercaya oleh Peter yang hendak mengambil “liburan” untuk menjadi satu-satunya Spider-Man yang dimiliki New York.

Miles akhirnya menemukan dirinya di dalam pertarungan antara perusahaan energi, Roxxon dan geng The Underground. Sementara itu, ibu Miles, Rio Morales sedang menjalankan kampanye untuk menjadi dewan kota, untuk menghentikan ekspansi Roxxon yang dinilai terlalu cepat dan berbahaya bagi lingkungan.

Marvel’s Spider-Man: Miles Morales/PS4/Rizal

Bagi gamers yang telah memainkan Spider-Man (2018), maka tidak akan asing lagi dengan gameplay yang ditawarkan dari Miles Morales. Meski tentunya game ini menyajikan petualangan baru. Selain bisa menjalankan sejumlah misi Story, terdapat pula beberapa side mission yang hampir sama dengan Spider-Man, mulai dari menemukan kucing yang hilang, membantu warga New York dengan beragam permasalahannya, menghentikan aksi kriminal yang sedang berlangsung, hingga menyelesaikan tantangan combat, stealth dan traversal.

Ditambah dengan misi lainnya dari aplikasi Friendly Neighborhood Spider-Man yang bisa diselesaikan. Hal yang familiar lainnya bagi veteran Spider-Man adalah podcast Just the Facts milik J. Jonah Jameson, yang menceritakan story line peristiwa yang telah berlangsung selama permainan dari perspektif JJJ. Selain podcast milik JJJ itu, ada pula podcast yang dibawakan Danika Hart yang memang menjadi hal baru dari game.

Mekanisme combat dalam Marvel’s Spider-Man: Miles Morales/PS4/Rizal

Untuk mekanisme combat, pemain harus cermat kapan harus menyerang, menghindar, serta memanfaatkan gadget dan venom strike untuk mengalahkan musuh. Rasanya teknik combat yang sebelumnya menjadi andalan di Spider-Man (2018) tidak bisa diterapkan kembali di Miles Morales. Ambil contoh jika sebelumnya finisher bisa digunakan jika combo meter telah terisi, kali ini finisher baru bisa digunakan apabila pemain menyentuh 15 combo strike tanpa putus. Inilah yang membuat gamers harus cermat dalam melakukan serangan.

Sebaliknya, combo meter kali ini justru akan dimanfaatkan untuk menggunakan venom strike, selain tentunya meregenerasi health (sama seperti di game sebelumnya). Perubahan ini menjadikan pemain veteran Spider-Man sebelumnya tetap harus beradaptasi lagi dengan combat movement yang baru. Sementara pemain baru juga rasanya tidak akan terlalu sulit apabila sudah menguasai basic control dengan baik.

Untuk mekanisme stealth, selain tentunya perch, ceiling, dan wall Takedowns kali ini gamers juga bisa memanfaatkan camouflage, dimana Miles bisa menghilang untuk sementara waktu guna menghindari sergapan musuh. Adapun mekanisme traversal tidak jauh berbeda dengan game pertama, dimana Miles memiliki kemampuan web swing, berlari di atas tembok, hingga gerakan akrobatik lainnya.

Upgrade skills, Marvel’s Spider-Man: Miles Morales/PS4/Rizal

Sejujurnya, kemampuan traversal inilah yang menghadirkan keasyikan sendiri dari game-game Spider-Man, didukung dengan angle camera yang mengikuti pergerakan pemain, dimana gamers bisa seolah-olah merasakan berayun dari gedung ke gedung layaknya Spider-Man sesungguhnya.

Pemain juga bisa mengupgrade skills karakternya. Terdapat tiga skills yakni challenge skills, combat skills dan camouflage skills yang dapat di-upgrade melalui skill points. Untuk mendapatkan skill points, pemain harus menyelesaikan sejumlah misi untuk meningkatkan level karakter. Pemain juga bisa mengumpulkan sejumlah token yang nantinya bisa digunakan untuk meng-upgrade gadget dan mengoleksi spider suit.

Grafik (9.5/10)

Marvel’s Spider-Man: Miles Morales/PS4/Rizal

Meski awalnya dipersiapkan untuk PlayStation 5, penulis sendiri masih menilai Spider-Man: Miles Morales versi PlayStation 4 berhasil menghadirkan sejumlah improvement dari sisi grafik. Beberapa efek visual yang ditampilkan khususnya ketika pemain melakukan venom striker (punch, dash, jump) terlihat begitu pas dan menunjukkan bahwa game ini layak dipersiapkan sebagai game “generasi berikutnya”.

Masih menggunakan Insomniac Engine yang sudah digunakan Insomniac sejak Ratchet And Clank, tampilan desain karakter memang dibuat detail dengan polesan CGI yang pas. Hal ini membuat ekspresi karakter terlihat begitu natural dan tidak kaku. Ditambah lagi, latar waktu dari Spider-Man: Miles Morales adalah musim dingin, sehingga kita bisa menikmati kota New York yang bersalju. Efek salju yang dihadirkan juga terlihat natural, dan menambah kesan liburan atau festival dalam game.

Kontrol (9.5/10)

Kontrol, Marvel’s Spider-Man: Miles Morales/PS4/Rizal

Bagi pemain veteran Spider-Man, tentunya sudah sangat familiar dengan mekanisme kontrol untuk menggerakan Miles Morales. Tombol-tombol yang digunakan untuk memukul, melompat, menghindar, menggunakan gadget dan berayun sama dengan yang digunakan di Spider-Man (2018). Perbedaan terletak pada adanya kemampuan khusus Miles Morales, yakni venom strike dan camouflage yang memang tidak dimiliki Peter Parker.

Namun bagi yang belum pernah memainkan game ini, rasanya juga tidak akan sulit untuk menguasai kontrol setelah memainkan game beberapa saat. Apalagi di bagian awal game juga tersedia tutorial yang memudahkan gamers menguasai gerakan-gerakan Spider-Man. Yang pasti, mekanisme kontrol yang dibuat dalam game memang relatif simpel dan memudahkan pemain untuk mengontrol karakter. Tidak ada combo yang terlalu rumit untuk menguasai combat, begitu pula untuk menguasai traversal dengan web swing yang dibuat sederhana tapi terlihat akrobatik.

Adiktif (8.5/10)

Marvel’s Spider-Man: Miles Morales/PS4/Rizal

Sejauh masih ada misi yang bisa dimainkan, rasanya memang gamers ingin memainkan game ini hingga berjam-jam secara nonstop. Dengan sistem open world, maka gamers juga memiliki kebebasan untuk mengontrol karakter untuk mengikuti misi atau sekadar menikmati musim dingin di kota New York sebagai Spider-Man. Sekalipun semua misi telah berakhir, maka gamers bisa memainkan New Game Plus dengan kesulitan yang lebih tinggi dari playthrough normal, dengan segala upgrade yang bisa dibawa dari permainan sebelumnya.

Meski memang harus diakui, story dari game ini terkesan lebih singkat ketimbang Spider-Man (2018). Dalam beberapa forum, main story dari game ini disebut bisa ditamatkan hanya dengan 8-10 jam. Waktu lebih cepat tentunya bisa diraih para gamers yang sebelumnya sudah memainkan game Spider-Man sebelumnya.

Singkatnya playthrough dari game ini kemungkinan akan dikompensasi oleh Insomniac melalui DLC, seperti layaknya The City That Never Sleep di Spider-Man (PS4). Dengan membawa sejumlah karakter dari universe komik Spider-Man seperti Prowler, Roxxon Corporation hingga Ganke Lee, maka masih banyak ruang untuk dieksplorasi dari game ini.

Kesimpulan

Marvel’s Spider-Man: Miles Morales/PS4/Rizal

Marvel’s Spider-Man: Miles Morales menjadi salah satu game di tahun 2020 yang berhasil memenuhi ekspektasi para gamers, baik itu mereka yang telah memainkan Marvel’s Spider-Man (2018) atau yang memang pemain baru dalam serial ini, hingga para fans dari Marvel khususnya karakter Spider-Man. Dengan beragam skill, gadget, combat, stealth dan traversal yang dimiliki Miles Morales, ditambah kemampuan venom strike dan camouflage, maka para gamers bisa merasakan seolah-olah menjadi seorang Spider-Man (Miles Morales) dalam game ini.

Tak salah apabila Sony memanfaatkan game ini secara eksklusif untuk mempopulerkan konsol mereka, PlayStation 5 dan PlayStation 4. Kalaupun ada kekurangan dari game ini adalah playthrough yang relatif lebih singkat ketimbang Spider-Man sebelumnya. Namun bagi para kolektor trophies, terdapat beberapa tantangan yang memang membuat game ini bisa dieksplorasi lebih dari sekadar playthrough.

GAMEFINITY.ID memberikan total skor review 9.0 dari 10 untuk game garapan Insomniac ini.(zal)

Review Game Fall Guys: Game Battle Royale yang Fun dan Mudah Dimainkan

GAMEFINITY.ID, Jakarta – Jagat game dunia saat ini ramai membincangkan game Fall Guys: Ultimate Knockout. Sebuah game bergenre Battle Royale garapan Mediatonic dan Devolver Digital yang belum lama ini dirilis untuk PC melalui Steam dan konsol Playstation 4.

Entah menggunakan racikan apa, sang developer game ini bisa langsung menggaet jutaan gamers untuk memainkan game Fall Guys: Ultimate Knockout hanya dalam waktu 24 jam. Tidak sampai disitu, di platform Steam game ini juga menjadi game terlaris di minggu ini. Dan akhirnya, kami pun penasaran dan ingin mencoba untuk memainkan game Fall Guys: Ultimate Knockout.

Kamipun memutuskan untuk membeli game Fall Guys: Ultimate Knockout di Steam dengan harga Rp. 108.999. Review game menggunakan PC milik Gamefinity yang memiliki spesifikasi hardware mid end. Selain dalam bentuk tulisan, review game ini juga sudah kami tayangkan dalam bentuk video streaming yang bisa kamu cek di Facebook dari Gamefinity melalui tautan berikut.

Gameplay (8/10)

Point ini merupakan point utama kenapa game ini bisa laku keras di pasaran. Gameplay dari game Fall Guys: Ultimate Knockout diracik sedemikian rupa agar tetap fun namun kompetitif layaknya game Battle Royale kebanyakan.

Di game ini, kamu akan berperan sebagai seorang karakter imut, lucu dan menggemaskan yang akan bertarung dalam berbagai arena tantangan obstacle bersama dengan 60 player lainnya. Jika kamu seorang yang lahir di era 90an, kamu akan teringat dengan sebuah acara film berjudul Benteng Takeshi setelah melihat gameplay dari game ini.

Kamu bersama dengan puluhan pemain lainnya yang terhubung secara online akan melewati beberapa ronde/rintangan yang akan dipilih secara acak. Dari setiap ronde tersebut, pastinya akan ada player yang tereleminasi karena gagal untuk melewati rintangan. Hingga pada akhirnya, hanya akan ada satu orang yang tersisa yang akan menjadi pemenang.

Konsep Battle Royale di game Fall Guys: Ultimate Knockout ini sangat seru. Meski gameplaynya hanya melewati halang rintang saja, namun tetap saja rusuh karena kita akan saling sikut menyikut dengan player lain saat melewati rintangan. Gameplay ini membawa suasana di dalam game jadi campur aduk. Kadang bikin kesal, kadang juga bisa membuat kita tertawa.

Tak hanya mode single player, game ini juga menyediakan mode multiplayer yang artinya kamu bisa bermain bersama teman-teman kamu di game Fall Guys: Ultimate Knockout. Kamu bisa invite langsung teman-teman kamu untuk bermain bersama sehingga jadi lebih seru dan menyenangkan.

Agar kamu tidak bosan dengan karakter yang dimainkan, game ini juga menyediakan opsi kostumisasi outfit. Mulai dari colour, pattern, face, upper dan lower. Item-item kostumisasi tersebut ada yang bisa kamu dapatkan secara gratis setelah naik level ataupun bisa langsung membelinya melalui Store yang tersedia di dalam game. Item-item tersebut bisa kamu beli dengan mata uang Fall Guys: Ultimate Knockout bernama Kudos dan juga Crown.

Grafis (9/10)

Kualitas grafis dari game ini sangat bagus. Sang developer game menggunakan berbagai kombinasi warna cerah yang dominan. Warna-warna cerah tersebut tidak hanya tampil di sisi karakter saja, arena bermainnya pun didominasi warna-warna cerah. Hal ini tentu saja untuk membawa suasana game lebih fun.

Kualitas grafis dari game ini bisa diatur sesuai dengan spesifikasi PC yang kamu gunakan. Untuk PC Gamefinity sendiri kami coba dengan settingan rata kanan agar mendapatkan pengalaman yang maksimal. Dan benar saja, kualitas gambar yang dihasilkan oleh game ini sangat bagus.

Kontrol (8/10)

Kontrol dari game ini sangat sederhana sama seperti game-game kasual lainnya. Kami sendiri mencoba game ini dengan perangkat mouse dan keyboard. Untuk menjalankan karakter, menggunakan tombol WASD. Untuk melompat menggunakan spasi. Untuk dive bisa menggunakan tombol CTRL dan tombol SHIFT berfungsi untuk grab. Untuk menggerakan kamera bisa menggunakan mouse.

Adiktif (8/10)

Game ini cukup adiktif namun menurut kami masih repetitif. Menurut penulis, unsur adiktif ini muncul karena adanya rasa penasaran untuk menjadi juara di game ini. Tidak hanya itu, penulis juga bermain game ini berulang-ulang untuk melakukan leveling demi mendapatkan reward item in game. Namun sayangnya map dari game ini terasa terbatas, karena penulis pribadi sering mengulang map yang sama saat bermain game ini.

Kesimpulan

Kesimpulan dari review game kali ini menurut kami Fall Guys: Ultimate Knockout membawa angin segar di jagat pergamingan saat ini. Dimana game ini mampu menunjukkan jika game Battle Royale tidak hanya soal gameplay pertempuran, gameplay sederhana tanpa kekerasan yang ditunjukkan oleh Fall Guys: Ultimate Knockout juga sangat seru untuk dimainkan. Gaya visual dari game ini juga sangat lucu dengan perpaduan warna-warna cerah.

Namun sayangnya karena map yang terbatas game ini terasa repetitif dan bisa membuat gamers cepat bosan. Oleh karena itu, menurut penulis developer dari game ini harus membuat update berkala yang berisi konten-konten baru terutama map ke game ini.

Kesimpulannya, kami memberikan nilai review 8.25 dari 10 untuk game Fall Guys: Ultimate Knockout. Good job!