Category Archives: Review PC Game

Temukan Review PC Game Favoritmu di Sini !

Valkyrie Elysium 2022 dan Potensinya yang Terbuang

GAMEFINITYID, Bekasi – Valkyrie Elysium berangkat dari akar berbasis giliran pendahulunya demi arah aksi-berat, hack-and-slash baru. Dalam transisi itu, Elysium telah membangun sistem pertarungan yang menyenangkan dan mencolok tetapi mengorbankan sebagian dari apa yang membuat game PlayStation asli mudah diingat: fokus pada karakter dan pembangunan dunia.

Valkyrie Elysium dan Cerita yang Baru

 

 Valkyrie Elysium

Plot utamanya berjalan dengan lambat. Selain itu hanya Valkyrie dan Odin yang menjadi satu-satunya karakter nyata di awal hingga pertengahan game. Dibutuhkan waktu sekitar 20 jam sebelum alur cerita Valkyrie Elysium merangkak menuju pengembangan karakter Valkyrie dan konflik utama yang akan datang.

Walau demikian, Einherjar di Valkyrie Elysium memberikan warna di dalam game tersebut dengan personality serta sidequestnya.

Baca juga: Valkyrie Connect Berkolaborasi Dengan Hololive

Hal yang Bisa Dinikmati dari Game ini

 VALKYRIE ELYSIUM

Memang benar saja bahwa eksplorasi dan penceritaan kurang memuaskan. Hal yang menjadi keunggulan dan penyelamat dari Valkyrie Elysium adalah metode pertarungannya. Valkyrie adalah pejuang yang tangguh di medan perang. Meski mengendalikannya sederhana, dia memiliki banyak gerakan dan kombo untuk dipelajari.

Hal yang membumbui pertempuran adalah kumpulan mantra yang dapat ditukar yang disebut Divine Arts. Divine Arts menyediakan berbagai mantra khusus seperti serangan jarak jauh, sihir bantuan, serta manuver grapple yang bagus yang disebut Soul Chain. Soul Chain memberikan banyak mobilitas bagi Valkyrie saat bertarung sehingga ia mampu mengalahkan musuh walau belum menyentuh tanah.

Valkyrie dan Para Einherjar

Valkyrie Elysium

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Einherjar memiliki peran penting untuk memberikan warna di dalam Valkyrie Elysium ini. Einherjar memberikan pandangan manusia tentang peristiwa yang sedang berlangsung dan membantu melunakkan pandangan sempit milik Valkyrie tentang dunia dan memperluas wawasannya.

Player dapat memanggil mereka untuk bertarung bersama Valkyrie dengan serangan bermuatan elemen (dan juga memberikan efek elemen pada serangan Valkyrie). Hal tersebut membuat Einherjar sangat penting dalam pertarungan musuh tertentu. Einherjar membuat pertarungan yang ramai jauh lebih mudah dikelola, dan sangat menyenangkan untuk memutuskan mana yang akan dipanggil untuk membuat pekerjaan cepat dari gerombolan musuh yang jika tidak akan menjadi kerja keras untuk dihabisi dengan Valkyrie sendirian.

Update informasi menarik seputar anime, game, lifestyle serta teknologi hanya di Gamefinity. Gamefinity.id juga menyediakan jasa pengisian top up dan voucher game dengan cara yang mudah dan juga terjangkau.

First Class Trouble, Social Deduction ala First Class

GAMEFINITY.ID, Bandung First Class Trouble merupakan game party dan social deduction yang memiliki konsep yang mirip dengan Among Us dan Goose Goose Duck. Bedanya, game ini memiliki latar di sebuah kapal luar angkasa yang mengalami masalah teknis akibat A.I. mematikan. Tujuan utama bagi pemain dalam game ini untuk mematikan A.I. tersebut.

First Class Trouble dikembangkan oleh Invincible Wall dan dipublikasikan oleh Versus Evil. Game ini pertama kali rilis pada November 2021 di PC, PlayStation 4, dan PlayStation 5.

Sinopsis First Class Trouble, Social Deduction ala First Class

First Class Trouble merupakan game social deduction yang mengandalkan kerja sama atau pengkhianatan. Pemain akan berperan sebagai salah satu penumpang terakhir yang bertahan di kapal luar angkasa mewah. Kapal tersebut mengalami masalah teknis yang sangat parah. Masalah tersebut dipicu oleh pengkhianatan AI bernama CAIN dan robot pelayan bernama Personoid yang membunuh setiap penumpang

Tidak jauh berbeda dengan game sejenis seperti Among Us, terdapat robot AI yang siap untuk membunuh di antara para penumpang selamat tersebut. Bedanya, First Class Trouble memiliki sebuah tujuan akhir, yaitu mencapai lantai teratas dan me-reset sistem CAIN.

Jika resident (penumpang) berhasil mencapai lantai ketiga dan me-reset CAIN, mereka akan menang. Sebaliknya, jika Personoid akan menang jika mereka berhasil membunuh semua resident. Ada juga kemungkinan seri jika semuanya mati karena kehabisan oksigen atau hal lainnya.

Setiap match dapat dimainkan oleh maksimal enam pemain, dengan dua di antaranya merupakan Personoid. Maka, sering sekali permainan berakhir dalam waktu singkat.

Gameplay First Class Trouble (6/10)

Secara konsep, First Class Trouble memiliki ide yang cukup unik. Ini menjadikannya berbeda dari game sejenis. Semua pemain harus menyelesaikan sebuah tugas, yaitu mencapai lantai ketiga dan me-reset sistem CAIN. Pada dua lantai pertama, mereka harus menemukan tiga keycard untuk membuka lift agar mencapai lantai selanjutnya.

Begitu tiba di lantai selanjutnya, akan ada diskusi siapa di antara mereka merupakan Personoid. Tidak seperti Among Us dan Goose Goose Duck, diskusi ini tidak akan terjadi jika seorang penumpang menemukan mayat.

First Class Trouble gameplay
Gameplay First Class Trouble

Setiap penumpang harus melakukan tugas lain untuk bertahan hidup, seperti memperbaiki kebocoran, membuka pintu keamanan lain untuk melakukan loot, dan yang terpenting lagi, mendapat oksigen demi bertahan hidup. Penumpang dapat mati jika mereka kehabisan oksigen.

Memasuki gameplay, dapat dikatakan konsep unik tidak cukup untuk menyelamatkannya. Ketidaknyamanan kerap sekali ditemukan saat bermain game ini. Bug kerap ditemukan di dalam game ini, membuat game ini lag.

Proximity chat juga menjadi sangat menganggu (saat bermain, tidak ditemukan opsi untuk mematikannya). Terlebih lagi, saat melakukan tugas bersama, karakter pemain dapat tidak sengaja mencekik pemain lain untuk membunuh. Bahkan, sesama resident bisa saling membunuh.

Baca juga: Review Goose Goose Duck, Among Us Tapi dengan Unggas

Control (5/10)

Kontrol menjadi salah satu permasalahan utama dari game ini. Mulai dari pergerakan kamera yang sering sekali bergerak terlalu cepat hingga membuat tidak nyaman selama bermain. Sama sekali juga tidak ada panduan untuk kontrolnya sebagai tutorial, kecuali saat dalam gameplay.

Graphics (7/10)

Game ini mengambil sudut pandang orang ketiga, setidaknya ini menjadi satu pembeda dengan kebanyakan game sosial deduction saat ini. Namun, pergerakan karakter sering sekali terlihat off, terutama saat berjalan.

Dalam menggambarkan latarnya, First Class Trouble cukup berhasil memperlihatkan elemen kemewahan. Meski sedikit kurang terpoles, grafik pada setiap tempat, mulai dari kamar tidur hingga bahkan dapur, sudah menawarkan keindahan secara realistik seakan pemainnya berada di kendaraan kelas satu.

Music (6/10)

Musik dalam game ini cukup standar dan tidak tergolong istimewa. Setidaknya, pihak pengembang sudah menambah musik jazz untuk menggambarkan keadaan sebuah kemewahan di kendaraan first class khusus orang kaya. Tetap saja, musik di game ini tidak begitu menjadi fokus dan sangat menonjol. Mungkin ini karena agar pemain fokus ke dalam gameplay-nya.

Addictive (5/10)

Mengesampingkan konsep unik dan grafik realistiknya, First Class Trouble justru sukses membuat pemainnya frustrasi. Minimnya tutorial langsung secara terpisah untuk menjelaskan cara kerja, kontrol kamera yang membuat frustrasi, dan proximity chat yang menganggu membuat pengalaman gameplay sangat menjenuhkan.

Verdict untuk First Class Trouble

Secara keseluruhan, First Class Trouble memiliki konsep unik sebagai game social deduction. Namun, pengalaman gameplay-nya yang justru ingin menjadikannya first class berakhir seperti kelas ekonomi.

Untuk First Class Trouble, penulis telah memberikan total score 5,8.

First Class Trouble tersedia di PC, PlayStation 4, dan PlayStation 5.

Costume Quest 2, Bertualang demi Selamatkan Halloween

GAMEFINITY.ID, Bandung – Costume Quest 2 merupakan game RPG buatan Double Fine Productions dan dipublikasi oleh Majesco Entertainment. Game ini pertama kali rilis pdaa 7 Oktober 2014 di PC, Mac OS, dan Linux.

Sinopsis Costume Quest 2, Petualangan untuk Selamatkan Halloween

Game ini merupakan sekuel dari Costume Quest, lebih tepatnya mengambil latar waktu setelah expansion Grubbins on Ice. Si kembar Wren dan Reynold kini mendapati Halloween dalam bahaya. Terlebih, mereka menyaksikan Dr. Orel White, seorang dokter gigi, tengah berbicara dengan Time Wizard dan melakukan penjelajahan waktu.

Keduanya bertemu dengan Everett dan Lucy, teman mereka, versi masa depan. Begitu mereka ikut ke masa depan, dunia kini berubah menjadi sebuah distopia di bawah kuasa Dr. White. Saat itu, perayaan Halloween sudah dilarang, begitu pula dengan trick or treat untuk mendapat permen dan mengenakan kostum.

Wren dan Reynold kini harus menjelajahi waktu demi menyelamatkan Halloween dan mengalahkan Dr. White.

Gameplay Costume Quest 2 (5/10)

Costume Quest 2 sendiri merupakan turn-based RPG yang dapat diselesaikan kurang lebih 7-9 jam. Awalnya, pemain akan memilih di antara Wren dan Reynold sebagai sosok pemimpin. Pemain juga dapat mengakses masa lalu dan masa depan. Masa lalu merupakan waktu sebelum pendirian kampung halaman mereka, sementara masa depan berupa dunia distopia dental.

Gameplay Costume Quest 2 ini kebanyakan berfokus pada eksplorasi, terutama menyelesaikan misi, baik itu trick or treat demi melakukan delivery untuk mendapat misi berikutnya. Pemain juga akan berhadapan dengan monster raksasa sebagai versi gigantic dari si kembar berdasarkan kostum yang mereka gunakan.

Costume Quest 2 combat system
Battle system di Costume Quest dapat dikatakan sangat menyebalkan

Sistem combat di game ini menggunakan turn based. Satu per satu karakter yang dikendalikan pemain akan bergiliran menyerang atau menggunakan kartu creepy treats sebagai power up. Karakter pemain juga harus bertahan dari serangan monster menggunakan menggunakan block atau counter.

Namun, sistem combat di Costume Quest 2 seperti ini sangat menjengkelkan. Saat menyerang, pemain harus menekan tombol sesuai dengan karakter tersebut dengan timing tepat demi damage maksimal, begitu pula dengan block demi meminimalkan damage dari monster.

Saat melakukan counter, pemain harus menekan tombol terus saat monster sedang menyerang. Ini menjadi sangat mengganggu karena pada dasarnya tidak ada isyarat target serangan monster hingga saat itu terjadi.

Terlebih lagi, instruksi beberapa misi cenderung tidak jelas sampai harus berkeliling demi mencari tahu. Ini menjadi momen yang menyebalkan saat bermain game ini.

Control (6/10)

Kontrol di Costume Quest 2 terdapat pergerakan navigasi dan juga untuk membuka semacam jurnal sebagai daftar misi, pemilihan kartu creepy treats, dan peta. Setidaknya ini menjadi standar dalam kontrol. Hal yang kurang hanyalah sering sekali lupa memencet tombol apa untuk mengecek jurnal hingga berakhir memencet tombol esc yang justru merupakan tombol pause.

Graphics (7/10)

Costume Quest 2 visual
Visual di Costume Quest relatif kurang terpoles

Grafik di game ini mengandalkan cel-shaded dan bergaya kartun 3D. Namun, grafik ini hanya standar dan terlihat kurang terpoles, apalagi setiap karakternya. Setidaknya, penggambaran latar tempat sudah cukup bagus, begitu pula dengan objeknya.

Music (6/10)

Saking menyebalkannya selama bermain Costume Quest 2, musiknya menjadi cukup terlupakan. Saat battle saja, musik yang disajikan cukup repetitif hingga mudah bosan.

Addictive (5/10)

Berdasarkan yang sudah disebutkan sebelumnya, game ini menjadi sangat menjengkelkan, terutama dari segi sistem combat-nya. Terlebih lagi setiap side quest sangat tidak bervariasi, membuat Costume Quest 2 lebih cepat membuat bosan. Setidaknya, game ini memiliki misi utama yang cukup menyenangkan hingga ingin cepat menyelesaikannya. Meski begitu, kurangnya instruksi mendetail pada beberapa misi membuat sangat frustrasi.

Baca juga: Epistory Typing Chronicles, Andalkan Ketikan sebagai Combat

Verdict untuk Costume Quest 2

Costume Quest 2 memang memiliki visual kartun yang cocok untuk pemain game kalangan muda. Tema Halloween juga berpotensi mengundang pemain berusia anak-anak. Akan tetapi, gameplay-nya yang menyebalkan justru membuat game RPG ini menjadi titik rendahnya. Belum lagi side quest yang cukup repetitive hingga ingin cepat segera menamatkannya.

Untuk Costume Quest 2, total score yang dapat penulis berikan adalah 5,8.

Costume Quest 2 tersedia di PC, Mac OS, Linux, PlayStation 3, PlayStation 4, Xbox 360, Xbox One, dan Wii U.

Epistory Typing Chronicles, Andalkan Ketikan sebagai Combat

GAMEFINITY.ID, Bandung – Epistory – Typing Chronicles merupakan game action adventure yang mengandalkan ketikan sebagai sistem combat-nya. Jika ingin melatih kecepatan mengetik dengan cara menyenangkan, game ini benar-benar cocok. Game ini dibesut oleh Fishing Cactus dan pertama kali dirilis pada 30 Maret 2016.

Sinopsis Epistory – Typing Chronicles, Andalkan Ketikan untuk Combat

Epistory – Typing Chronicles mengambil perspektif dari pikiran seorang penulis yang sedang mengalami writer’s block. Pemain akan bermain sebagai sebuah muse yang digambarkan sebagai karakter perempuan di sebuah dunia fantasi berbentuk origami 3D. Petualangan dimulai dari sebuah kertas kosong. Namun, dunia fantasi itu lambat laun terungkap dan semakin luas saat sang penulis semakin banyak mengumpulkan inspirasi.

Pemain digambarkan menunggangi seekor rubah untuk mengeksplorasi dan mengungkap misteri di balik dunia fantasi yang indah tersebut. Pada saat yang sama, mereka juga harus menghadapi musuh berupa segerombolan binatang menggunakan kekuatan sihir. Kekuatan sihir tersebut dikendalikan oleh ketikan kata. Otomatis, game ini menguji kecepatan mengetik yang dimiliki pemain.

Gameplay Epistory – Typing Chronicles (8/10)

Konsep typing game seperti ini sebenarnya bukan hal baru. Game ini sebenarnya mengingatkan pada game lawas Typer Shark besutan Popcap Games sebagai versi sederhana. Namun, Epistory – Typing Chronicles bukan sekadar game edukasi mengetik yang memberi instruksi tertentu. Game ini justru menjadikan mengetik kata sebagai senjata utamanya.

Epistory Typing Chronicles gameplay 1
Mengetik menjadi satu-satunya senjata untuk melakukan combat di Epistory – Typing Chronicles

Tingkat kesulitan game ini cukup dinamis dengan menyesuaikan kecepatan mengetik pemainnya. Jika pemain merupakan mengetik lambat, terutama saat terkena musuh hingga dead, tingkat kesulitan akan dikurangi, begitupun sebaliknya.

Tidak melulu soal menyerang dengan mengetik, game ini juga menghadirkan beberapa puzzle yang ringan tapi menantang. Puzzle akan sering ditemui jika pemain memasuki dungeon.

Game ini juga memiliki sebuah mode kedua bertajuk Arena. Mode tersebut sebenarnya lebih ke mode survival, di mana pemain harus mengalahkan berbagai musuh sebelum salah satu dari mereka mencapai dirinya. Sayangnya, mode ini cenderung membuat bosan.

Control (9/10)

Keyboard jadi satu-satunya kontrol di game ini. Pergerakan pada dasarnya menggunakan kontrol standar seperti kebanyakan game. Jika ingin melakukan combat, pemain cukup menekan spasi lalu setiap kata akan muncul di atas setiap musuh yang mendekat. Pemain hanya tinggal mengetikkan kata-kata tersebut untuk mengalahkan mereka.

Graphics (8/10)

Epistory Typing Chronicles gameplay 2
Tulisan narasi narator seakan-akan membuat Epistory – Typing Chronicles membuat pemainnya hanyut dalam cerita

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, visual game ini disajikan dalam bentuk 3D dan menggambarkan dunia fantasi terbuat dari kertas origami. Seakan-akan, pemain sedang membaca sebuah buku cerita, ditambah lagi terdapat narasi dari narator dan suara hati sang penulis.

Satu hal yang menganggu adalah tekstur gurun pasir putih yang terkadang menyilaukan. Saking silaunya sampai hampir tidak dapat melihat kata yang harus diketik saat berhadapan dengan masing-masing musuh.

Music (9/10)

Musik di dalam game ini melengkapi keindahan visualnya. Mulai dari musik atmospherik atau sekadar ambient hingga bahkan yang menegangkan sekalipun. Musik menegangkan muncul ketika pemain menghadapi nest di mana berbagai musuh berdatangan satu per satu, menambah ketegangan dan urgensi untuk mengetik setiap kata.

Addictive (9/10)

Tantangan yang dihadapi bagi Fishing Cactus adalah membuat Epistory bukan sekadar aplikasi pelatihan mengetik cepat. Mereka telah berhasil menyajikannya sebuah game yang menantang sekaligus adiktif. Dungeon dan puzzle yang menantang dan penceritaannya yang bikin penasaran membuat pemain ingin bermain sambil melatih kecepatan mengetiknya.

Baca juga: Alba: A Wildlife Adventure, Game Adventure yang Edukatif

Verdict untuk Epistory – Typing Chronicles

Epistory – Typing Chronicles bukan sembarang typing game yang hanya melatih kecepatan mengetik pemain. Sebagai sebuah game, terdapat elemen yang sangat menghibur tanpa terasa mendidik secara langsung.

Tema penulis mencari inspirasi pun sangat cocok, begitupun dengan visual dan musik yang uplifting dan memanjakan. Mengetik menjadi satu-satunya senjata dalam game ini, itu pun juga sudah menjadi sangat menantang dan adiktif bagi pemainnya. Epistory – Typing Chronicles pun dapat dinikmati bagi pemain atau seseorang yang ingin berlatih.

Untuk Epistory – Typing Chronicles, total score yang dapat penulis berikan adalah 8,6.

Epistory – Typing Chronicles tersedia di PC, Mac, dan Linux.

Review Incredibox: Game Music Bukan Sekedar Beatbox

GAMEFINITY.ID, Jakarta – Incredibox adalah sebuah game musik yang akan membuatmu menjadi seperti seorang DJ (Disc Jockey) dengan kru beatbox yang variatif dan menyenangkan. Memiliki 6 tema berbeda dengan beat dan desain yang luar biasa. Incredibox tersedia di AppStore, PlayStore, Mac App Store, Steam, Microsoft Store, dan tersedia juga versi web.

Asal Usul

Berawal dari 3 sekawan yang baru lulus sekolah di Prancis; Allan, Romain, dan Paul. Allan seorang developer, Romain seorang desainer, dan Paul seorang komposer. Kombinasi yang sempurna untuk melahirkan Incredibox. Dibuat pada akhir 2009 dan memenangkan penghargaan web situs favorit dari FWA of The Day setelah beberapa minggu kemudian.

Mereka mendirikan perusahaan bernama So Far So Good pada tahun 2011 yang bergerak di bidang desain web, grafis, dan suara. Mereka juga membuat kampanye untuk perusahaan internasional seperti LINX dan M&M’s. Tak sampai disana, sejak 2016 banyak guru dan sekolah di seluruh dunia menggunakan Incredibox, baik aplikasi maupun situs webnya.

Gameplay (8/10)

Incredibox meiliki 6 versi dengan ciri khas musik yang berbeda. Dimulai dari versi Alpha, ini adalah Incredibox versi awal yang masih berwarna hitam putih dengan suara beatbox jadul. Versi kedua yaitu Little Miss, dimana semua kru beatbox berpenampilan seperti rapper seperti Rapper dari New York. Berikutnya ada Sunrise yang menjadi versi berwarna pertama dari dua versi sebelumnya. Kemudian ada The Love dengan sentuhan Prancisnya yang bernuansa elektro; Brazil yang bernuansa samba, batucada, dan karnaval; Alive yang bertema budaya geek, hip-hop, dan Nippon; Jeevan yang berirama mistik dari India; dan terakhir Dystopia yang bertemakan cyberpunk.

Graphic (10/10)

incredibox
Incredibox V6 Alive

Dibuat oleh seorang desainer tentunya memiliki selera desain yang bagus. Paduan warna, bentuk, animasi, serta setiap karakter dari kru beatboxnya memiliki ciri khasnya sendiri. Incredibox juga mendapat penghargaan SZ+Day Design Award Unesco, diliput oleh Adobe dan banyak media internasional lainnya.

Baca juga: Review Melatonin: Game Ritme Dalam Mimpi

Control (9/10)

Incredibox memiliki kontrol yang sangat sederhana yaitu drag n drop. Seret ikon ke dalam kru beatbox dan ia akan bernyanyi. Seret karakternya kebawah agar berhenti, tekan untuk membisukan, dan tekan disertai menahannya untuk bernyanyi solo. Kombinasi suara yang tepat akan membuka bonus animasi yang eye catching dan satisfying.

Addictive (7/10)

incredibox
Incredibox V7 Jeevan

Game ini tidak memiliki tingkatan level atau sesuatu yang harus dicapai. Ini adalah game untuk berkreasi sesuka hati. Pemain bisa mengeksplorasi gaya musik sesukanya dan menciptakan karya yang luar biasa. Bahkan game ini digunakan sebagai media pembelajaran di sekolah yang menyenangkan.

Musik (10/10)

incredibox v8
Incredibox V8 Dystopia

Sudah tentu jelas ini adalah game untuk membuat musik. Bahkan jika kamu mengkombinasikan entitas-entitas musiknya secara acak, kamu tetap akan mendengarkan paduan suara yang luar biasa. Incredibox memungkinkan kamu untuk merekam dan membuat playlistmu sendiri. Kamu bisa mempublikasikannya dan menempati posisi Top 50 jika playlistmu banyak dilihat oleh orang. So Far So Good juga merilis album musiknya di Spotify, Apple Music, YouTube, dan masih banyak lagi.

Penutup

Incredibox juga merilis merchandisenya yang unik. Dari mulai pakaian, sepatu, lukisan, masker, dan aksesoris yang begitu banyak. Semua itu bisa didapatkan di Incredibox Shop. Update informasi menarik lainnya seputar anime, game, pop culture serta teknologi hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan voucher game dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.

Alba: A Wildlife Adventure, Game Adventure yang Edukatif

GAMEFINITY.ID, Bandung Alba: A Wildlife Adventure merupakan game open world adventure yang dapat mengedukasi sekaligus menjadi media healing pemainnya. Game ini dikembangkan oleh Ustwo Games dan pertama kali dirilis di PC dan Apple Arcade pada 11 Desember 2020. Alba: A Wildlife Adventure menjadi game yang cocok untuk dimainkan anak-anak.

Sinopsis Alba: A Wildlife Adventure, Game yang Mengedukasi Sekaligus Healing

Berlatar di Secarral, sebuah kota di pulau di Spanyol. Alba Singh, tokoh utamanya, mengunjungi kakek dan neneknya untuk berlibur selama satu minggu. Ia dan temannya, Ines, kemudian membentuk sebuah organisasi restorasi lingkungan setelah menyelamatkan lumba-luma yang terdampar.

Namun, sang walikota mengumumkan sebuah hotel mewah akan dibangun. Lokasi pembangunan tersebut berada di cagar alam lokal yang telah mengalami kebakaran. Ingin menghentikan pembangunan hotel itu, Alba dan Ines memutuskan untuk membuat petisi dan meminta tanda tangan warga lokal.

Sambil mengumpulkan tanda tangan untuk petisi itu, Alba juga harus membantu membersihkan pulau dari sampah dan menyelamatkan satwa. Tidak hanya itu, ia juga harus memotret setiap satwa sebagai tugasnya untuk meningkatkan kesadaran warga akan kelestarian hewan dan lingkungan.

Gameplay Alba: A Wildlife Adventure (9/10)

Alba: A Wildlife Adventure gameplay
Gameplay Alba: A Wildlife Adventure

Alba: A Wildlife Adventure memiliki gameplay yang sangat menyenangkan sekaligus ramah anak. Tujuan utama pemain adalah mengumpulkan tanda tangan warga lokal sambil menyelesaikan berbagai misi. Terdapat berbagai misi yang sebenarnya sederhana namun masih menantang.

Salah satu misi yang paling penting adalah saat Alba menggunakan ponselnya untuk memotret satwa lokal, mulai dari yang tergolong common hingga sangat rare. Beberapa binatang, bahkan yang common sekalipun, membutuhkan ketelitian saat mencarinya, apalagi ini membutuhkan pemain mengitari setiap tempat di kota.

Game ini dapat diselesaikan dengan waktu yang relatif singkat, kurang lebih 2-3 jam. Ini mungkin tidak akan memuaskan bagi beberapa pemain yang ingin bermain dengan waktu yang lama. Kabar baiknya, jika belum sempat menyelesaikan semua misi setelah ceritanya tamat, pemain dapat bermain kembali demi melakukannya.

Yang terpenting lagi, Alba: A Wildlife Adventure didesain sebagai media edukasi agar pemainnya dapat lebih aware terhadap lingkungan hidup. Tidak hanya mengetahui keberagaman satwa yang bisa ditemukan di dunia nyata, tetapi setiap tindakan yang dilakukan Alba juga dapat diterapkan.

Menjalankan setiap misi dalam game ini juga tidak ada batas waktu yang signifikan. Pemain dapat bersantai dalam memainkannya seleluasa mungkin. Sebagai game healing, Alba: A Wildlife Adventure relatif tidak menjenuhkan, justru membuat seakan sedang ikut berlibur.

Control (8/10)

Sebagai game open world adventure, kontrol Alba: A Wildlife Adventure terbilang standar. Pemain dapat mengendalikan Alba menggunakan keyboard dengan perpindahan kamera menggunakan mouse. Terdapat juga tombol angka 1-4 untuk membuka daftar misi, kamera ponsel, peta, dan jurnal satwa. Sayangnya, kontrolnya tidak dapat dikustomisasi, meski sensitivitas dapat diatur.

Graphics (9/10)

Berbicara tentang grafik, visual Alba: A Wildlife Adventure mengandalkan gaya kartun 3D. Mungkin grafiknya tidak akan begitu memukau pemainnya, tetapi Ustwo Games berhasil membuat visual dari game ini menjadi menarik.

Desain setiap karakter relatif sederhana tetapi memiliki daya tarik tersendiri. Animasi pergerakan karakternya pun terasa mengalir. Setiap detail pada tempat dan juga setiap satwa pun diperhatikan. Bahkan, Ustwo Games berhasil menggambarkan setiap satwa seperti yang terlihat di dunia nyata semaksimal mungkin.

Music (9/10)

Musik pada Alba: A Wildlife Adventure cenderung santai, sangat cocok untuk game adventure seperti ini. Mulai dari ambient seperti embusan angin dan kumpulan suara camar di pantai saja sudah cukup membuat game ini membuat pemainnya merasa sedang berada dalam posisi Alba.

Musik latar hanya digunakan saat momen-momen terpenting dalam cerita, itupun sudah menjadi poin plus untuk game ini. Secara keseluruhan, musik dalam game ini terasa seperti healing dari distraksi agar fokus dalam bermain.

Addictive (9/10)

Alba: A Wildlife Adventure animal
Alba: A Wildlife Adventure juga menjadi media edukasi dalam mengenalkan berbagai satwa

Berkat visualnya yang memiliki daya tarik dan juga elemen edukasi pada ceritanya, game ini dapat menjadi media healing yang sayang untuk dilewatkan. Setiap tantangan yang ditawarkan game ini terlihat sederhana, namun tetap menantang bagi anak-anak dan dewasa. Game ini membuat ketagihan saat pemainnya penasaran dengan ceritanya dan ingin berusaha menyelesaikan semua misi.

Baca juga: Review Melatonin: Game Ritme Dalam Mimpi

Verdict untuk Alba: A Wildlife Adventure

Alba: A Wildlife Adventure menjadi game yang dapat dijadikan media edukasi. Jadi, pesan moral dalam game ini tetap tersampaikan tanpa harus membuatnya membosankan. Game ini juga dapat dimainkan saat santai sekaligus menjadi media healing dari rasa penat. Namun, waktu penyelesaian yang cukup singkat mungkin menjadi sesuatu yang sangat disayangkan.

Untuk Alba: A Wildlife Adventure, penulis memberi total score 8.8.

Alba: A Wildlife Adventure tersedia di PC, Apple Arcade, Nintendo Switch, PlayStation 4, PlayStation 5, Xbox One, dan Xbox Series X|S.