GAMEFINITY.ID, PATI – Jagat sinema Indonesia baru saja dihebohkan dengan salah satu film yang sukses di kancah internasional. Membawakan tema action komedi, film The Big 4 karya sutradara Timo Tjahjanto berhasil menorehkan prestasi di Indonesia dan dunia. The Big 4 menjadi salah satu film yang masuk daftar top 10 film global Netflix.
Sejarah Baru Untuk Perfilman Indonesia
Menurut laporan dari Variety, The Big 4 menduduki peringkat dua dalam daftar film non-inggris dengan jumlah penonton lebih dari 16,4 juta jam selama periode 12 sampai 18 Desember 2022. Sedangkan untuk posisi pertama ditempati oleh film God’s Crooked Lines dalam periode waktu yang sama. Tercatat film The Big 4 masuk ke dalam daftar 10 film teratas di 53 negara, seperti Spanyol, Argentina, Yunani, Korea Selatan, hingga Thailand. Di Indonesia sendiri, The Big 4 menjadi film paling populer di Netflix Indonesia.
Mau ngucapin selamat buat geng The Big 4 karena langsung sat set ada di posisi 1 film yang paling banyak ditonton di Indonesia dan posisi 2 di dunia, MELEDAK!!! đź‘Źđź‘Źđź’Ąđź’Ą pic.twitter.com/7IWhvSa1NJ
Dalam jumpa pers, sutradara Timo Tjahjanto membeberkan alasan menggabungkan genre komedia dan action dalam film The Big 4. Beliau berkeinginan untuk menyuguhkan tontonan komedi tetapi masih memiliki unsur laga penuh darah. Ini juga merupakan ciri khas dari film-film buatan Timo. Terlebih lagi Timo sering mendapatkan kritikan jika film-film yang dia garap selalu bernuansa suram.
The Big 4 merupakan film lokal Indonesia terbaru hasil arahan sutradara kondang Timo Tjahjanto. Film ini mengusung tema action brutal dengan bumbu-bumbu komedi di dalamnya. The Big 4 mengisahkan empat mantan pembunuh bayaran dan seorang polisi yang terlibat dalam suatu misi pembunuhan. Dibintangi oleh aktor-aktor terkenal seperti Abimana Aryasatya, Arie Kriting, Lutesha, Kristo Immanuel, dan Putri Marino.
The Big 4 berhasil menorehkan sejarah baru dengan menjadi film pertama dari negara Asia Tenggara yang berhasil menduduki peringkat pertama di Top Movie Netflix Worldwide. Film ini juga sukses mengambil hati para penonton di 53 negara berbeda termasuk Filipina, Malaysia, Argentina, dan beberapa negara lainnya. The Big 4 terbilang sangat berhasil dalam menyuguhkan keindahan alam Indonesia melalui wilayah bali dan Indonesia Timur.
Bagaimana menurut kalian? Tertarik untuk menonton The Big 4 di Netflix?
Update informasi menarik lainnya seputar game, pop culture dan Anime hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan voucher game dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.
GAMEFINITY.ID, Jakarta – Maddah merupakan salah satu judul lagu dari sebuah band Indie asal Bandung, Sarasvati dengan vokalis Risa Saraswati. Selama ini Risa Saraswati dikenal dengan novel Danur yang menceritakan dirinya bertemu dengan kawan hantunya yang berasal dari Belanda Hans, Hendrik, William, Janshen, dan Peter serta Maddah, Sunyaruri, Asih, dan lain sebagainya.
Selain aktivitasnya sebagai Penulis dan juga Youtuber, Risa Saraswati atau biasa dipanggil Teh Risa ini juga aktif di dunia musik. Dengan membentuk grup band bernama Sarasvati yang beranggotakan delapan orang termasuk dirinya sebagai sang vokalis pada tahun 2010 dengan album pertamanya Peter’s Story yang menjadi soundtrack film Danur hingga yang terbarunya Ratimaya pada 2016.
Maddah, Lagu Risa Saraswati Yang Menjadi Sebuah Judul Novel
Diciptakan oleh sang Vokalis, Maddah sendiri merupakan judul lagu dari album Mirror Risa Saraswati yang dirilis pada tahun 2012 yang menceritakan seseorang yang tengah berjuang dalam kegundahannya menghadapi masalahnya. Terdapat fakta menarik mengenai lagu ini, beberapa penggalan lirik pada lagu Maddah digunakan pada judul bab novel Maddah itu sendiri. diantaranya Meruntih berang, Canting, serta Belukar Kini Gersang.
Maddah
Diam dalam gelisah
Rentang tawa riang gundah
Ceracau hati yang lelah tak henti trus mendesah
Belukar kini gersang
Hampaku kian terbentang
berai mengharapkan terang, diri meruntih berang
Reff:
Uuh…. resahku melayang
uuh….. gusarku tak tenang
Harapan lama pudar
Semesta pun mendengar
Rintik jeritan tergetar
Tak cukup tuk berpendar
Sempat Dibuatkan Filmnya Dengan Judul Yang Sama, Serta Sinopsis Singkat
Setelah kesuksesan Danur pada 2017 yang menceritakan masa kecil Risa yang ditemani dengan kelima kawan Belandanya Hans, Hendrik, Peter, Janshen, serta William. Sekuelnya, Maddah ditayangkan di bioskop pada tahun 2018 yang lalu dibintangi oleh aktris Prilly Latuconsina yang dipercayakan untuk berperan menjadi Risa Saraswati.
Menceritakan Risa Saraswati bersama sang adik menginap di rumah Pamannya yang berhantu. Risa yang diberkahi kemampuan melihat hal tak kasat mata merasakan adanya aura tidak enak di rumah pamannya, terbukti sesosok hantu bernama Ivanna Van Dijk mengganggu sang paman beserta keluarganya tak lama setelah menempati rumah tersebut.
Jangan lupa untuk kunjungi Gamefinity untuk asupan Informasi seputar game, film, anime, lifestyle, dan pop culture. Nikmati juga kemudahan topup dan  voucher games kesayangan kalian dengan harga di Gamefinity.id
GAMEFINITY.ID, Jakarta – Diadaptasinya cerita rakyat seperti Snow Queen, Putri Duyung, dan skisah lainnya pada industri hiburan modern menjadi salah satu langkah dalam pelestarian keberadaan kisah yang telah diceritakan sejak turun temurun ini baik lokal maupun mancanegara terlebih mayoritas generasi muda saat ini cenderung menyukai selebriti maupun karakter fiksi. Sebagian menganggapnya sebagai hal yang telah ketinggalan zaman.
Terlepas dari itu kepopuleran sang artis terkadang hanya bersifat sementara dan dapat terlupakan begitu saja di masa mendatang. Hal ini berbeda dengan cerita rakyat yang keeksisannya begitu abadi dikarenakan isinya yang sarat akan pesan moral dan akan diingat selalu sepanjang masa.
The Snow Queen, Mahakarya Dari Hans Christian Andersen Yang Menjadi Inspirasi Film Frozen Dan Cotton Cookie
The Snow Queen merupakan cerita rakyat dan dongeng pengantar tidur anak yang dikarang oleh penulis sekaligus penyair masyhur berkebangsaan Denmark Hans Christian Andersen pada tahun 1844. Sosok Hans Christian Andersen memang tidak bisa dipisahkan dari cerita anak- anak. Alasan utamanya dikarenakan cerita yang dibawakan olehnya begitu mendalam dan sarat akan pesan moral yang selalu dikenang sepanjang hayatnya serta inspiratif.
Karya – karya beliau selepas kepergiannya telah diterjemahkan menjadi 147 bahasa yang berbeda di seluruh dunia. Karya beliau yang terkenal diantaranya The Snow Queen, Thumbelina, Putri Duyung, dan masih banyak lagi. Sebagian yang disebutkan juga telah diadaptasi menjadi film.
Menariknya diantara cerita yang dibuat oleh HC Andersen, The Snow Queen menjadi cerita terpanjang dan memiliki adaptasi terbanyak.
Alur Cerita Ratu Salju Yang Banyak Diadaptasi ke Media Modern
The Snow Queen menceritakan seorang gadis bernama Gerda yang berusaha mencari sahabatnya Kai yang hilang dibawa oleh Ratu Salju akibat pengaruh sihir dari serpihan cermin bangsa troll yang jahat. Nenek Kai mengatakan kepada dua anak tersebut bahwa Ratu salju akan datang ketika salju berkumpul semakin banyak.
Di suatu malam yang bersalju, Kai melihat sesosok Ratu Salju yang kemudian datang untuk menemuinya. Kai seketika takut dan mundur dari dalam rumahnya. Hingga pada musim panas, serpihan kaca yang berasal dari Troll masuk ke diri Kai. Dirinya berubah 180 derajat menjadi begitu kejam terhadap kawannya, Gerda dan sang Nenek serta patuh terhadap Sang Ratu.
Kemudian pada musim dingin, Kai meninggalkan Gerda dan keluarganya untuk ikut bersama Ratu Salju menggunakan kereta saljunya. Untuk melupakan keberadaan Gerda, Ratu salju kemudian mencium Kai sebanyak dua kali, pertama untuk membuatnya mati rasa kemudian ciuman keduanya untuk melupakan sahabatnya. Banyak yang beranggapan bahwa Kai telah meninggal semenjak dibawanya Kai oleh Ratu Salju.
Gerda yang betul-betul paham dengan keadaan Kai menolaknya, ia pun menanyakan keberadaannya, sayang nihil, tak satupun mengetahui Kai. Gerda selanjutnya datang mengunjungi rumah sesosok penyihir. Dan sang penyihir ingin Gerda tinggal bersamanya dengan tujuan melupakan sesosok sahabatnya dan bunga pada taman sang penyihir seketika tenggelam agar tujuan sang gadis tersebut betul-betul dilupakan.
Gerda saat menemukan beberapa bunga mawarnya pun menangis dan bunga bunga yang tenggelam tersebut terangkat. Iapun juga tidak menemukan sang sahabat dan merasa bunga-bunga tersebut tak dapat membantunya lalu pergi dari taman tersebut.
Hingga pada suatu hari, seekor burung gagak memberitahu posisi Kai saat ini kalau ia ada di sebuah Istana sang Putri. Alih-alih Kai, justru sang pangeran yang wajahnya identik dengan Kai bersama sang Putri. Ia lalu menceritakan yang sebenarnya kepada mereka berdua dan merekapun memberikan pakaian hangat kepada Gerda. Sampai pada suatu hari, Gerda ditangkap oleh sekawanan perampok dan dibawa ke kastil mereka. Setibanya di Istana sang Perampok, ia berteman dengan sang Gadis di Istana tersebut.
Sang Putri memiliki seekor burung merpati, dan rupanya sang burung merpati tersebut secara langsung menyaksikan Kai dibawa oleh sang Ratu tersebut. Apa yang dikatakan oleh sang merpati tersebut membuatnya bernapas lega. Sang burung mengatakan bahwa Kai dibawa ke Istana Sang Ratu salju yang berada di Lapland. Begitupun dengan sang Rusa, ia tahu persis lokasi istana tersebut karena tempat tinggalnya tidak jauh dari Istana Ratu Salju.
Sebelum Gerda tiba di Istana Sang Ratu, Gerdapun bertemu dengan wanita berkebangsaan Lapp dan Finlandia. Wanita itu kemudian memberi tahu sifat Gerda yang berhati baik dan tulus. Menurutnya sifat ialah yang dapat mengusir pengaruh jahat sang Ratu Salju. Setibanya Gerda dan sang Rusa di Istana, ia dihadang oleh penjaga kastil. Ia lalu memohon kepada Yang Kuasa untuk membantu dirinya.
Berkat bantuan dari Tuhan, sang penjaga akhirnya mengizinkan Gerda masuk dan terkejut jika Kai diam mematung di danau beku milik Ratu Salju itu. Gerda kemudian memohon Ratu Salju untuk membebaskan Kai. Ratu Salju menyetujui permintaan Sang gadis dengan memberikan tugas berupa sebuah puzzle yang dimana Kai harus merangkainya dan apabila membentuk suatu kata. Kai harus mengejanya agar kutukan tersebut terlepas.
Si Gadis berlari menemui Kai dan menciumnya. Ia pun mengeluarkan air mata yang mampu menghapus kutukan yang mengakar di tubuh sahabatnya. Akhirnya Kai terlepas dari kutukan tersebut dan dirinya kembali seperti yang dahulu. Merekapun menari dan membentuk sebuah kata yang dieja oleh Kai. Sepuas mereka menari serpihan tersebut membentuk sebuah kata keabadian dan Kai mengejanya. Dibantu oleh Rusa, dan dua wanita yang ditemuinya dahulu mereka lantas meninggalkan Istana sang Ratu.
Mereka juga bertemu dengan wanita perampok yang membantu melepaskan dirinya dahulu dan seketika kembali ke Rumah mereka dalam keadaan dirinya yang lebih dewasa.
GAMEFINITY.ID, PATI – Film dari adaptasi game memang sering kali kurang memuaskan terutama bagi yang pernah memainkan game tersebut. Hal ini disebabkan karena beberapa unsur dalam game sulit untuk dibawa ke film layar kaca. Inilah yang membuat beberapa produser film mengubah aspek-aspek tersebut agar sesuai meski melenceng dari game-nya. Melihat ketakutan ini, co-creator series film The Last of Us menyakinkan para penontonnya jika series ini akan betul-betul sesuai dengan permainannya.
The Last of Us Jadi Live Action Game Terbaik?
Sudah banyak video game yang diadaptasi menjadi film dan series, tetapi sangat sulit untuk meraih kesuksesan. Meski begitu beberapa waktu belakangan telah muncul beberapa film adaptasi game yang sukses seperti Arcane, Sonic, hingga Cyberpunk: Edgerunner. Para produser film tentunya telah berusaha semaksimal mungkin dalam memanfaatkan source material sebaik – baiknya. Namun kenyataannya nuansa naratif yang dihadirkan dalam suatu game berbeda jauh dengan penyampaian naratif dalam film atau serial TV.
Jika ada yang bisa mematahkan teori tersebut dan mampu memberikan kualitas adaptasi yang benar – benar sesuai dengan gamenya maka The Last of Us sepertinya akan berhasil. Live action dari game karya Nauhty Dog tersebut akan segera tayang mulai januari 2023. Selain membawa creator asli Neil Druckmann, juga melibatkan pengarang Chernobyl Craig Mazin. Dalam wawancara dengan Empire, Mazin berkata jika serial ini akan menjadi cerita terhebat yang pernah diceritakan dalam video game.
Sesuai dengan sumber aslinya, live action The Last of Us akan menceritakan kisah salah satu survivor wabah zombie, Joel yang diperankan oleh Pedro Pascal. Selama perjalanannya Joel juga ditemani oleh sosok gadis kecil bernama Ellie yang diperankan oleh Bella Ramsey. Mereka berdua saling bahu – membahu demi bertahan hidup di dunia yang sudah hancur akibat wabah jamur zombie.
Menurut Mazim, kedua karakter inilah yang menjadi alasan kenapa cerita The Last of Us sangatlah luar biasa. Joel dan Ellie hanya manusia biasa dari awal cerita hingga akhir, yang mana sangat jarang ditemukan di game – game bertema apokaliptik. Petualangan dan perjalanan mereka akan membuat para penonton terkagum – kagum.
Dengan pengarah yang tepat, aktor bintang serta popularitas HBO, serial ini berjanji akan tetap setia dengan gamenya, tetapi dengan sedikit perubahan. “Game itu sendiri memang sangat bagus saat dimainkan, tetapi sama sekali tidak cukup bagus untuk didramatisasi” ucap Mazin. Saat tahap produksi Mazin dan Neil sering kali bertanya “Mengapa kita hanya berusaha melakukan sesuai apa yang ada di dalam game?” Jawaban pertanyaan inilah yang akan didapat para penonton saat menyaksikan serial The Last of Us.
Bagaimana menurut kalian? Tertarik untuk menonton serial The Last of Us nanti di HBO. Kunjungi Gamefinity untuk asupan Informasi seputar game, film, anime, lifestyle, dan pop culture. Nikmati juga kemudahan topup dan  voucher games kesayangan kalian dengan harga di Gamefinity.id