GAMEFINITY.ID Kutai Kartanegara – Sempat jadi trending pada tahun 2021, game play-to-earn besutan SkyMavis, Axie Infinity, kini mulai ditinggalkan para pemainnya. Game tersebut diduga telah menjalankan skema ponzi digital, dengan menargetkan para pemain sebagai korbannya.
Play-to-earn adalah sebutan untuk sistem jual beli konten in game, yang ada dalam blockchain game. Para pemain bisa mendapatkan keuntungan berupa mata uang asli, dari transaksi token kripto milik mereka, yang diperoleh dari aktivitas bermain blockchain game. Yang tentunya, dapat dilakukan tanpa adanya campur tangan dari pihak pengembang permainan.
Salah satu blockchain game dengan sistem play-to-earn yang cukup terkenal dikalangan komunitas kripto, adalah Axie Infinity, dari SkyMavis. Game besutan developer asal Vietnam itu bahkan pernah menjadi fenomena pada tahun 2021, dengan sebagian besar basis pemain yang berasal dari Filipina.
Meski sempat menjadi tren, sekaligus sebagai pilihan alternatif investasi modern. Axie Infinity kini dilaporkan telah kehilangan kejayaannya, terutama setelah kasus peretasan dan pencurian US$600 juta (Rp.8,89 triliun) aset kripto milik pada akhir Maret lalu.
Baca juga: Unboxing Kartu Remi Nintendo Yang Jadi Bencana
Dugaan Skema Ponzi Dalam Axie Infinity
Berdasarkan laporan dari Time Magazine (Via IGN), Axie Infinty kini tampak sedang berada dalam posisi bisnis yang kurang menjanjikan. Hal itu dibuktikan dengan berkurangnya basis pemain mereka di Filipina, karena game tersebut dirasa tak lagi menguntungkan untuk dimainkan.
“Apa yang dulunya merupakan cara alternatif bagi kelas pekerja di Filipina untuk mendapatkan penghasilan tambahan, kini telah menjadi topik yang menyakitkan bagi mereka yang sebelumnya telah menginvestasikan seluruh waktu dan uang mereka ke dalam Axie Infinity.” Tulis IGN.
Bahkan, Axie Infinity dituduh telah menjalankan skema bisnis ponzi, dengan menargetkan para pemain baru sebagai korbannya.
“(Axie Infinity) Diduga bertindak sebagai skema Ponzi digital, pasar Axie Infinity yang tidak stabil (serta) tidak berkelanjutan dalam jangka panjang, dan satu-satunya cara untuk permainan untuk terus menghasilkan uang adalah dengan membuat semakin banyak pemain baru membeli ke dalam permainan.” Imbuh artikel IGN.
Tuduhan ini tentu saja disanggah oleh pihak SkyMavis selaku pengembang. Karena menurut mereka, Axie Infinity hadir sebagai permainan hiburan untuk para pemainnya.
“Fokus menumbuhkan jaringan melalui insentif awal tidak membuat skema Ponzi,” tulis perwakilan Sky Mavis dalam email kepada Time Magazine. “Tujuan utama Axie Infinity adalah untuk memberikan hiburan.” tambahnya.
Kamu dapat membaca laporan dari Time Magazine yang disebutkan di atas, untuk melihat lebih rinci mengenai masalah yang dihadapi pemain Axie Infinity serta eksodus massal yang terjadi di Filipina.
Suka dengan artikel ini? Jangan lupa untuk membaca artikel menarik lainnya hanya di Gamefinity.id