GAMEFINITY, Jakarta – Mobile Legends Development League Indonesia (MDL ID) melalui Moonton Cares membuat nota kesepahaman dengan Perbanas Institute dan Universitas Tujuh Belas Agustus 1945 (UTA 45). Acara ini diadakan di Lobby Perbanas Institute, pada Jumat (18/8).
Nota kesepahaman ini menjadi bagian dari program filantropi Moonton untuk mendorong perkembangan Esports lebih jauh. Azwin Nugraha, dalam sambutannya mengatakan bahwa Esports berkembang sangat cepat dan signifikan. Perkembangannya membutuhkan bantuan banyak pihak. Sehingga Esports tidak dianggap terus sebelah mata, karena masih ada selentingan kabar seperti itu.
“Bukan saja mengesportskan Indonesia, tetapi memandirikan Esports.” Jelas Azwin, selaku Head of Marketing dan Public Relation Moonton.
Program ini sekaligus menjadi penanda untuk 2 universitas yang bekerja sama, bahwa transformasi digital juga kini berbicara tentang industri esports. Keberadaan Esports sebagai industri membuka banyak lapangan pekerjaan, mulai dari talent, player profesional, design grafis hingga bidang-bidang baru.
Baca juga:
Program Mentorship Beasiswa dan Program untuk Pro Player
Moonton Cares juga memberikan beassiswa sebesar 155 juta untuk 10 mahasiswaa dari Perbanas dan UTA ‘45. Selain itu, para penerima nantinya akan mendapatkan program mentorshsip untuk melihat minat dan potensi mereka.
Pada kesempatan ini baik Perbanas Institute dan UTA ‘45 memberikan sebuah statement terkait kesempatan Pro Player untuk belajar di kedua kampus tersebut. Hal itu llangsung dikatakan oleh Harya damar, Selaku Wakil Rektor 1 Perbanas serta J. Rajes Khana Wakil Rektor UTA ‘45.
“Saya jamin, pemain yang punya prestasi internasional dan nasional bawa saja ke Perbanas. Saya jamin, ajak teman-temannya. Silakan kami tunggu di Perbanas” Ujar Harya.
Baca juga:
Pendidikan dan Menjadi Pro Player Harus Seiring Sejalan
Azwin juga yakin bahwa selalu ada peluang terkait dengan kolaborasi baik ini. Apalagi Esports tidak dapat besar dengan sendirinya, sehingga perlu penyelesaian bersama agar pendidikan dan rutinitas sebagai pro player berjalan seimbang.
“Selalu ada peluang berbicara hal itu, ini akan lebih berbicara pada kolaborasi antara kampus dan tim yang menaungi playernya. Tetapi Moonton pasti akkan mendorong itu terkait silabus atau metodenya,” Tutur Azwin.
Pernyataan Azwin ini diperkuat oleh Harya Damar yang mengatakan Perbanas dari dulu bahkan sudah terbiasa dengan sistem seperti ini. Perbanas sendiri 20% dari mahasiswanya memang merangkul para atlet konvensional.
“Jadi kami punya kelas yang awalnya didesain untuk atlet konvensional. Sering kali mereka ikut training camp. Nanti kelasnya kombinasi antara blog lecturer dan disupport juga dengan e-learning. Jadi kami punya programnya” tutup Harya.
Menjadi pro player esports seperti terlihat mudah. Tetapi data dari esportslegendary.com, Banyak laporan dari Asia, terutama dari Korea yang memiliki budaya esports yang kaya, bahwa mereka berlatih 12 jam sehari dengan libur satu hingga dua hari dalam sebulan. Tentu saja dengan waktu latihan yang panjang, Pro Player yang masih berusia muda dan seharusnya mengenyam pendidikan akan kesulitan mengatur waktunya.