Tag Archives: ai art

Publisher Shueisha dikritik karena gunakan AI sebagai Model

GAMEFINITY.ID, Bandar Lampung – Shueisha di tanggal 29 Mei 2023 yang lalu sempat merilis buku foto atau photobook gravure yang dimana mereka mennggunakan gambar dari buatan AI yang disebut juga Umaretate, menggunakan gambar yang dihasilkan dari kecerdasan buatan.

Baca Juga:

Publisher Shueisha gunakan AI untuk Majalah Gravure

Pada kesempatan yang lalu, publisher Shueisha menggunakan model bernama Satsuki Ai, namun sudah jelas jika model ini bukanlah manusia atau wanita tulen, melainkan buatan AI.

Publisher Shueisha dikritik karena gunakan AI sebagai Model

Foto atau gambar ini dihasikan oleh pihak departemen editorial majalah mingguan Weekly Playboy. Nama Satsuki Ai sendiri merupakan singkatan dari AI Girl born in May. Sayangnya masih tidak pernah terungkap layanan pembuatan gambar AI ini dimana website yang digunakan.

Dikritik karena gunakan AI

Keputusan pihak Shueisha yang memilih dan menerbitkan gadis AI daripada gadis sungguhan ternyata tidak diterima dengan baik. Banyak komentar kritikan netizen yang mengkritik upaya penggunaan gadis AI ini pada majalah yang diterbitkan Shueisha.

Ada salah satu netizen yang memaki mengenai penggunaan AI untuk konten gravure. Mengingat sangat marak kasus plagiarisme yang mengudara akhir-akhir ini. Menanggapi sebagai literasi informasi yang sangat rendah.

Lalu ada juga dimana ada yang berkomentar jika Shueisha sekarang bergantung pada Gravure AI. Dirasa tidak masalah, namun apakah aman jika di perjual belikan.

Ada juga yang berkomentar jika Shueisha tidak ingin mengeluarkan uang lebih untuk modal guna menyewa atau mengundang model maupun biaya fotografi.

Kebanyakan dari respon komentar netizen merupakan kereshan yang selama ini dikhawatirkan, yaitu dimana salah satu publisher besar melakukan penggunaan AI dan mendistribusikanny untuk kembali dijual secara komersil.

Kebanyakan dari mereka adalah orang yang sepertinya normal, dan masih tertarik dengan manusia sungguhan daripada buatan AI. Bahkan sangat mudah sekali untuk sepintas mengenali mana model sungguhan dan model yang gunakan bantuan AI, untuk beberapa kasus penggunaan model sungguhan memiliki sebuah pesona yang jauh berbeda daripada AI.

Sangat disayangkan jika Shueisha melakukan tindakan seperti ini untuk kedepannya, mengingat Shueisha merupakan wadah publisher karya terbesar di Jepang.

Update informasi menarik lainnya seputar game dan anime hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan voucher game dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.

Rayark Bantah Pecat Semua Artist demi Penggunaan AI

GAMEFINITY.ID, Bandung – Rayark Games, pengembang franchise Cytus dan Deemo, akhir-akhir ini tersandung kontroversi. Pengembang rhythm game asal Taiwan itu telah mendapat tuduhan bahwa pihaknya sudah memecat semua artist dan menggantikannya dengan AI. Klaim itu telah dibantah Rayark sendiri.

Berawal dari Tuduhan Gambar yang Dibuat Menggunakan AI

Rayark Games using AI accusations in Cytus II

Kontroversi ini berawal dari temuan oleh akun Twitter CeRA_WHiTE_1_10 yang memposting artwork promosi Cytus II, salah satu rhythm game terbesar Rayark. Ia mendapat gambar itu memiliki beberapa kejanggalan tidak biasa secara detail, yakin bahwa semuanya tidak dibuat oleh manusia.

Contohnya, terdapat enam jari pada tangan seorang karakter pada gambar. Gambar ini memicu netizen menuduh Rayark menggunakan Ai dalam pembuatannya.

Rayark Games AI in Cytus x Arcaea collaboration promotion

Contoh lain terdapat pada gambar promosi kolaborasi Cytus II dan Arcaea, rhythm game besutan Lowiro. Menurut netizen, terdapat berbagai kesalahan mendasar yang seharusnya tidak mungkin dibuat oleh manusia. Salah satunya adalah jepit rambut yang salah tempat.

Baca juga:

Rumor Rayark Pecat Semua Artist

Tidak lama setelah kontroversi itu mencuat, akun Twitter SaltPPC mengunggah tuduhan bahwa Rayark sudah memecat semua artist-nya demi AI untuk desain gambar. Selain itu, akun Cbotme yang mengaku sebagai mantan sutradara art untuk Cytus II murka terhadap keputusan pihak pengembang untuk penggunaan AI.

“Aku merasa sedikit jijik, melihat semua usaha dan kontrol kualitas yang kami lakukan berakhir menjadi AI bulls***. Jujur saja, aku lega telah meninggalkan perusahaan,” cuit Cbotme.

Netizen juga menyampaikan kekecewaannya tentang Rayark di Reddit. Salah satunya dari pengguna bernama Tyhe2388 yang menduga tren penggunaan AI di tim pengembang sudah dimulai semenjak Deemo II rilis. Menurutnya, Cytus II sudah mulai mengandalkan AI untuk pembuatan desain gambar.

Ia menuduh Rayark ingin menghemat anggaran untuk art demi meraup keuntungan dengan mengandalkan AI. Netizen kemudian menganggapi agar tidak lagi melakukan transaksi, baik berupa pembelian base game, pack musik, dan gacha, di dalam game besutan Rayark.

Baca juga:

Rayark Beri Bantahan Resmi, Tapi…

Sementara itu, Rayark telah merilis pernyataan resmi dalam media sosial resminya seperti Twitter. Mereka membantah rumor bahwa pihaknya sudah memecat semua artist demi menggunakan AI dalam pembuatan gambar.

“Kreativitas dan ekspresi melalui art selalu menjadi penting secara penuh bagi Rayark. Tim artist kami diminta untuk memperluas kemampuannya dan memamerkan bakatnya dalam segala kesempatan. Kami juga promosikan pembelajaran terus-menerus, pertumbuhan, dan perkembangan produksi game kami,” ungkap Rayark.

Namun, pengembang franchise Cytus dan Deemo itu ternyata juga tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan alat AI dalam proses pengembangan. Bahkan, pihaknya sudah merekrut karyawan dengan keahlian menggunakan AI untuk meningkatkan proses pengembangan sekaligus bersiap untuk era AIGC (AI Generated Content) yang akan datang.

Pernyataan ini rupanya masih memicu kontroversi bagi penggemar. Pasalnya, pihak pengembang sudah menyatakan berminat untuk melakukan riset AI art. Keputusan tersebut akan memicu maraknya penggunaan AI alih-alih artist sungguhan pada masa depan.

Monetisasi Karya AI dan Caranya Untuk Dimonetized

GAMEFINITY.ID, Bandar Lampung – Dalam beberapa hari terakhir dilaporkan bahwa situs monetisasi konten visual terpenting, beberapanya seperti Pixiv FANBOX dan FANTIA ini telah melarang publikasi konten yang dibuat dengan kecerdasan buatan atau AI. Hal ini ditujukan untuk mendukung komunitas artist sungguhan yang telah memulai untuk menghapus semua konten mereka dari platform dan menangguhkan aktivitas karya mereka.

Hasil Karya AI Pada Akhirnya bisa Dimonetisasi

Sementara users pada umumnya memuji keputusan ini guna mencegah “seniman” ini menghasilkan keuntungan melalui ilustrasi yang dibuat oleh teknologi AI yang hanya mereka beri prompt, tampaknya ideologi lain pada akhirnya unjuk taring ke atas meja.

Baca Juga:

Chichi-Pui di mana banyak sekali ilustrasi yang dibuat dengan AI dihosting, dan juga mengumumkan bahwa akan menambah kemungkinan untuk memonetisasi konten yang dipublikasikan di platform satu ini.

Pernyataan Lain dari Chichi-Pui

Sedikit berbeda dengan pernyataan yang dilontarkan platform gambar lain yang turut melarang ilustrasi buatan AI, administrasi pihak Chichi-Pui mengeluarkan pernyataan cukup sederhana melalui akun Twitter resminya. Cuitan sederhana tersebut yang memiliki arti yang jika diterjemahkan dalam bahasa Jepang, [Pengumuman Penting] Kami di Chichi-Pui berencana untuk menambahkan opsi monetisasi dan donasi langsung . Menunggu untuk itu!

Hasil Karya AI Pada Akhirnya bisa Dimonetisasi

Perdebatan kusir tentang benar atau tidaknya sah atau tidaknya untuk memonetisasi ilustrasi yang dibuat dengan AI berasal dari fakta bahwa yang terbukti bahwa kecerdasan buatan AI mendasarkan model mereka pada ilustrasi yang dibuat oleh seniman sungguhan.

Mekanisme Monetisasi Karya AI

Kemudian karya ini dibagikan melalui berbagai situs yang menjadi tuan rumah berbagai jenis proyek ini. Bahkan disebutkan juga bahwa pengembang AI mengikis agar program itu memiliki akses sangat besar-besaran ke semua ilustrasi yang tersedia di galeri Internet, dan membuat pembelajaran AI menjadi lebih mudah.

Jadi apakah boleh jika konten ini dimonetisasi oleh users yang upayanya hanya mengetik rangkaian kata prompt ke dalam program dan menunggu hasilnya dikembalikan? Hal tersebut pasti tergantung pada masing-masing orang, dan berhasil atau tidaknya perihal monetisasi ini akan tergantung pada apakah ada orang yang mau mendukung mekanisme ini.

Update informasi menarik lainnya seputar game dan anime hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan voucher game dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.

Kecanggihan AI yang Mengancam Posisi Cosplayer

GAMEFINITY.ID, Bandar Lampung – Akhir–akhir ini ramai di perbincangkan perihal Kecanggihan AI (Artificial Intelligence) di media sosial. Kemampuan dari AI ini sendiri, dari menulis skrip, menjawab pertanyaan, menciptakan AI Art, hingga membuat sesosok karakter yang sedang ber-cosplay, tepatnya AI sendiri yang melakukan kegiatan cosplay ini dengan sangat sempurna.

Awalnya AI ini banyak diperdebatkan karena kemampuannya yanng cukup merugikan para seniman digital mengenai kemunculan gambar ciptaan langsung dari AI itu sendiri. Sejujurnya AI ini mengambil referensi dari karya-karya tangan atau digital yang sudah ada sebelumnya, namun di compile sesuai keinginan dari pengguna AI itu sendiri.

Baca juga: Cosplay dan Segala Macam Pro Kontra Hingga Problem yang Ada

Kecanggihan AI yang Mengancam Posisi Cosplayer

Kecanggihan AI yang Mengancam Posisi Cosplayer

Kanyon Industries merupakan artis Twitter yang mendedikasikan dirinya untuk mengubah suatu fantasi menjadi hal yang nyata. Sejak ilustrasi yang diciptakan oleh AI menjadi ramai di tahun 2022, pengguna sendiri mengembangkan atau melatih AI untuk menciptakan ilustrasi yang lebih realistis.

Membuat ilustrasi yang objektif dengan mensimulasikan ilustrasi  realistis dengan menjadi cosplayer dengan pakaian atau kostum yang berbeda.

Ilustrasi yang di tampilkan oleh AI ini menjadi semakin sempurna seiring pengembangan leh beberapa pengembang. Cukup sulit untuk membedakan mana orang yang asli dengan ilustrasi orang buatan AI itu sendiri. Hal ini menimbulkan keramaian dan perdebatan di forum-forum Jepang, tampaknya AI disini tidak lagi hanya sebatas mengancam seniman digital, melainkan pekerjaan sebagai cosplayer juga.

Konspirasi Mengenai Sumber Referensi AI dan Cosplayer

Kecanggihan AI yang Mengancam Posisi Cosplayer

Ada satu konspirasi menarik mengenai foto cosplayer yang dibuat dengan AI. Seperti yang diketahui, AI dalam membuat suatu ilustrasi atau karya ini menggunakan referensi karya atau objek yang sebelumnya sudah ada di internet. Apakah para cosplayer ini sebelumnya menggunakan jasa AI ini untuk membuat gambaran cosplay dari diri mereka?

Banyak komentar dan Twitt yang bertebaran menyikapi hal ini dan konspirasi mengenai cosplayer di atas. Salah satunya ada cuitan dari akun Twitter dengan nama @commushows yang mengungkapkan bahwa pentingnya orang-orang untuk sadar mengapa ilustrasi dan NSFW dapat dibuat saat ini dengan mudah.

“Sudah saatnya orang lebih sadar mengapa gambar cosplayer dan NSFW dapat dihasilkan dan apa sumber data untuk pelatihan, daripada fakta bahwa gambar yang bagus dapat dihasilkan. Selain itu, saya ingin developer mewaspadai anomali dalam ranah penggunaan gambar pribadi dari pronografi, Tiktok, dll sebagai data pelatihan AI ini,” pungkasnya.

Cukup mengejutkan mengetahui perkembangan AI yang telah melampaui olah pikir manusia itu sendiri dalam waktu sesingkat ini. Apakah peran manusia selain di dunia seni dan cosplayer akan digantikan segera oleh AI ini? Tidak ada yang tahu.

Update informasi menarik lainnya seputar anime dan game hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan voucher game dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.

AI Google Tidak Langgar Pedoman Pencarian

GAMEFINITY.ID, JAKARTA – AI Google diklaim sebagai AI yang ramah terhadap pedoman pencarian. Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan saat ini membawa banyak perubahan pada sebagian besar teknologi yang ada di dunia dan bahkan hampir seluruhnya diambil alih olehnya. Santer beberapa hari yang lalu, konten–konten AI yang beredar dinilai melanggar pedoman serta hak cipta dari sumber asalnya.

Menanggapi hal tersebut, Google lakukan konfirmasi bahwa konten–konten kecerdasan buatan yang beredar terbukti tidak melanggar pedoman pencarian yang selama ini  dikhawatirkan banyak pihak.

Google Menilai Konten–Konten AI (Artificial Intelligence) Ciptakan Karya Berkualitas Tinggi

AI Google

Melalui blog terbaru Google Search, Google lantas berikan tanggapan mengenai beredarnya karya yang dimanipulasi melalui teknologi kecerdasan buatan. Alih–alih melarang, pihak Google justru mengapresiasinya dengan mengatakan bahwa Google akan menghargai konten berkualitas tinggi, terlepas darimana sumber tersebut diproduksi.

Google mengatakan bahwa konten berkualitas tinggi tersebut dinilai berdasarkan rules EEAT atau Experience, Expertise, Authoritativeness, dan Trustworthiness atau pengalaman, keahlian, otoritas, dan kredibilitas (PKOK). Sementara itu Google tidak memfokuskan pada cara konten tersebut dibuat.

Baca juga: Google Ciptakan AI Music LM, Bikin Lagu Melalui Hasil Pencarian

AI Google Tetap Dinilai Melanggar Hak Cipta Oleh Sejumlah Pihak

Meskipun Google tidak memberikan hukuman kepada para penyedia konten–konten tersebut. Sejumlah pihak tetap menilai bahwa penggunaan AI untuk memanipulasi hasil pencarian dianggap masih melanggar hak cipta dari sumber asal. Senada dengan apa yang dikatakan oleh Google, bebarapa waktu yang lalu Google dikabarkan akan merilis Music LM yang dimana kalian dapat menciptakan musik berdasarkan apa yang kalian ketik di kolom yang disediakan.

Salah satu pengguna, Andy Baio menilai penggunaan AI masih dianggap wajar, menurutnya apa yang dihasilkan oleh AI adalah karya turunan yang dimana sumber asli masih dilindungi oleh hak cipta. Google juga menekankan bahwa konten yang dihasilkan harus dari sistem yang sama yang digunakan untuk menyempurnakan apa yang dibuat oleh manusia.

Terakhir dalam postingannya Google menjelaskan bahwa tidak perlu dijelaskan secara eksplisit jika konten yang dihasilkan berasal dari AI, dan dijelaskan bahwa itu adalah bagian dari proses pembuatan konten kepada pembaca yang hendak menggunakannya. Meski melalui berbagai pertimbangan yang ada.