Tag Archives: AI

Seri Novel Game of Thrones Diselesaikan ChatGPT, Hasilnya?

GAMEFINITY.ID, Bandung – Seorang penggemar berhasil menyelesaikan seri novel A Song of Ice and Fire atau lebih dikenal sebagai Game of Thrones karya George R.R. Martin. Ternyata, ia hanya mengandalkan AI chatbot ChatGPT hanya untuk membantu menyelesaikan seri novel yang telah lama tertunda itu. Dan hasilnya cukup mengejutkan.

Penggemar terakhir kali mendengar Game of Thrones saat episode terakhir serial televisinya itu tayang perdana pada 2019 di HBO. Entri novel terbarunya, A Dance with Dragons, rilis 2011, kurang lebih 12 tahun lalu. Entri selanjutnya, The Winds of Winter telah lama tertunda. Terlebih, Martin juga berencana untuk menulis A Dream of Spring setelah itu.

Baca juga:

ChatGPT selesaikan Dua Novel Game of Thrones, Bagaimana Hasilnya?

game of thrones ending chatgpt

Seorang pengembang independent Liam Swayne mengungkap dirinya meminta ChatGPT untuk menulis dua buku terbaru dari dari A Song of Ice and Fire. Ia mengungkap pada IGN bahwa ia hanya memandu ChatGPT untuk menulis bukunya melalui rangkaian perintah. Pertama-tama, ia memerintahkan ChatGPT untuk membuat outline untuk The Winds of Winter. Lalu, ia mengulangnya berkali-kali hingga mencapai total 45 bab.

Hasilnya, ChatGPT ternyata berhasil membuat kontinuitas karakter secara konsisten meski seri novel Game of Thrones sangat terkenal kompleks.Contohnya, ChatGPT memasukkan karakter Illyrio dalam beberapa paragraf pertama sebelum kembali dalam agegan dengan Varys ratusan ribu kata kemudian. AI chatbot itu bisa mengingat Illyrio dan memperkenalkannya kembali saat adegan yang masuk akal.

ChatGPT juga disebut hebat dalam menerapkan plot twist umum. Swayne mengaku salah satu plot twist favoritnya yang dibuat AI itu adalah Lord Jon Connington mengkhianati Daenerys Targaryen.

Namun, ChatGPT tidak mampu melakukan trik terbaik George R.R. Martin, yaitu mematikan karakter menggunakan cara yang mengejutkan. AI chatbot itu rupanya tidak berhasil membuat adegan kematian karakter sangat menarik dalam dua novel itu. Dengan kata lain, hasil ChatGPT untuk membuat dua novel Game of Thrones selanjutnya bisa dibilang cukup bagus, tapi masih tidak setingkat dengan tulisan Martin.

Nasib The Winds of Winter karya George R.R. Martin

The Winds of Winter merupakan novel keenam dari seri A Song of Ice and Fire atau Game of Thrones yang saat ini belum rilis. Penggemar setia seri novel itu benar-benar menantikan perilisannya setelah ketidakpuasan mereka dengan ending serial TV Game of Thrones di HBO.

Esquire menyebut Martin sudah menulis kurang lebih tiga per empat dari keseluruhan novel, kira-kira 1.100 hingga 1.200 halaman. Disebutkan pula bahwa hanya terdapat 400 hingga 500 halaman lagi yang belum ditulis.

Sambil menunggu versi George R.R. Martin, kamu bisa membaca The Winds of Winter dan A Dream of Spring versi ChatGPT.

Google Uji Coba AI yang Diklaim Bisa Tulis Artikel, Geser Jurnalis?

GAMEFINITY.ID, DKI Jakarta – Google uji coba AI yang diklaim mampu menulis berita. Mengikuti kemajuan teknologi alat/produk yang memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang bisa hasilkan artikel/berita.

Berdasarkan theverge.com, mengatakan bahwa Google telah melakukan uji coba atau demo kepada beberapa perusahaan berita besar terkait alat tersebut.

Beberapa diantaranya adalah The Washington Post, The New York Times & Owner The Wall Street Journal, News Corp.

Projek Google ini disebut dengan nama Genesis, dimana ia bisa mengambil informasi secara detail dari berbagai peristiwa terkini & menghasilkan salinan berita.

Genesis ini dikenalkan oleh Google sebagai asisten pribadi jurnalis, yang bisa membuat mereka punya lebih waktu untuk hal lain.

Google juga menilai alat AI ini bisa menjadi teknologi yang bertanggung jawab serta membatu dalam industri penerbitan dari jebakan AI Generatif.

Alat Baru Google & Kontranya

Google Uji Coba AI
Google AI. Foto Pixabay/@Alexas_Fotos

Meskipun alat ini terlihat sangat membantu dan efisien, nyatanya Genesis ini tuai banyak kontra.

Terutama bagi perusahaan yang bergerak di bidang serupa yang menganggap alat Genesis ini sebagai bentuk lain dari jebakan teknologi AI.

Pengembangan alat baru Google yang bisa tulis artikel berita ini, mengundang tanggapan dari seorang profesor jurnalisme & komentator media, Jeff Jarvis.

Direktur Pusat Jurnalisme Wirausaha Tow Knight di Craig Newmark Graduate School of Journalism di City University of New York, katakan bahwa teknologi ini memiliki kelebihan & kekurangannya.

Jeff mengatakan jika teknologi ini dirilis maka akan mampu memberikan informasi yang faktual yang akan sangat membantu bagi para jurnalis.

Baca juga: 

Tapi apabila disalahgunakan oleh jurnalis dan organisasi berita misalnya pada topik tulisan yang membutuhkan pemahaman budaya, maka dapat merusak kredibilitas tulisan itu.

Dimana hal ini tak hanya berdampak pada alat tersebut melainkan juga kredibilitas dari organisasi berita akan dipertanyakan.

Alat ini juga dikenalkan Google dengan maksud untuk mengeksplorasi potensi penggunaan AI & apa bisa diterapkan ke bidang berita yang punya risiko tinggi itu.

Meskipun alat ini memiliki kecepatan dalam akses berita, akurasinya masih dikembangkan sehingga nantinya bisa hasilkan tulisan yang tak hanya cepat tapi juga tepat.

Seperti yang disinggung sebelumnya bahwa alat baru Google ini tuai banyak kontra terutama di kalangan jurnalis yang telah menulis artikel mereka sendiri bertaun-taun.

AI memang memungkinkan pengguna menghasilkan artikel dalam skala luas, tapi jika tak diedit/diperiksa secara hati-hati justru dikhawatirkan bisa menyebarkan informasi salah.

Demikianlah informasi tentang Google yang lakukan uji coba alat AI yang dinilai bisa hasilkan tulisan berita atau artikel seperti dilansir dari The Japan Times.

Apple Kembangkan AI Chatbotnya Sendiri? Demi Saingi ChatGPT?

GAMEFINITY.ID, Bandung – Apple tampaknya sedang membuat chatbot berbasis AI-nya sendiri. Rupanya, perusahaan pembuat iPhone dan Mac itu ingin mengikuti jejak sederetan raksasa teknologi lainnya untuk bersaing dengan ChatGPT buatan OpenAI. Proyek ini saat ini dipercaya belum akan terungkap pada publik.

Apple Buat Chatbot-nya Sendiri?

Apple chatbot

Menurut laporan dari Bloomberg, beberapa teknisi mengungkap Apple sedang membuat chatbot yang mereka sebut sebagai Apple GPT. Sebenarnya, proyek itu bernama Ajax. Proyek ini menggunakan Google Cloud dan dikembangkan dengan Google JAX, sebuah framework yang dibuat untuk mempercepat riset pembelajaran mesin.

Saat ini belum diketahui bagaimana Ajax akan berfungsi. Apple juga dilaporkan belum memiliki rencana untuk peluncuran dan platform-nya. Namun, sebuah sumber anonim menyebut pihak perusahaan kemungkinan akan mengumumkan proyek ini dalam waktu dekat. Ditambah, Apple juga menggelar earning call bulan depan, saat itulah Ajax berpotensi terungkap.

Masih Bungkam dalam Penggunaan AI

Apple sebelumnya sudah terkenal dengan sistem AI bernama Siri, sebuah voice assistant yang memulai trend di kalangan raksasa teknologi. Sejak saat itu, berbagai voice assistant bermunculan seperti Alexa dari Amazon dan Cortana dari Microsoft. Alexa saat ini disebut lebih baik oleh kebanyakan pengguna dan kritikus.

Meski begitu, Apple masih cukup bungkam dalam pembahasan AI. Bahkan, pihak perusahaan melarang karyawannya untuk menggunakan ChatGPT.

Baca juga:

Laporan ini terungkap setelah Tim Cook, CEO Apple, berbicara pada Good Morning America. Dirinya mengaku bahwa bahwa AI generatif menjadi sesuatu yang diawasi ketat oleh pihak perusahaan.

Cook juga mengungkap kekhawatirannya tentang produk AI saat earning call Mei lalu. Ia mengaku terdapat beberapa masalah yang harus diatasi.

Bloomberg juga menambah John Giannandrea dan senior vice president of software engineering Craig Federighi memimpin inisiatif AI dari Apple. Giannandrea sebelumnya direkrut untuk mengawasi Siri dan kemampuan pembelajaran mesin.

Sementara itu, semenjak popularitas ChatGPT, banyak rakasasa teknologi yang merambah dalam mengandalkan AI. Google telah merilis chatbot Bard, sementara Microsoft mengandalkan teknologi OpenAI untuk merilis Bing Chat.

Saat ini, rencana Apple dalam mengandalkan AI masih belum diketahui.

AI Bawaan Nvidia yang Hasilkan NPC Berotak Senku

GAMEFINITY.ID, Bandar Lampung – NVIDIA belum lama ini dalam ajang tahunan Computex 2023 memperkenalkan salah satu program dan terobosan terbarunya yang berbau AI, terobosan yang disebut dengan Avatar Cloud Engine atau ACE for Games. ACE merupakan model AI Generatif yang di bangun untuk menyokong pengembang game dalam memberikan kesan lebih nyata untuk NPC.

Umumnya ACE sendiri memiliki tujuan untuk jika AI dapat memberikan character development kepada NPC secara lebih efisien. Dengan program ini, NPC dapat menjadi lebih cerdas ataupun interaktif tanpa perlu mengandalkan teks dialog yang monoton.

Cara Kerja ACE milik NVIDIA yang Buat NPC Berotak Senku

Dalam trobosan ini, NVIDIA sedikit memberikan kejelasan bagaimana cara kerja dari ACE ini. Secara dasar AI ini mengenali perintah atau dialog user layaknya kita berbincang dengan ChatGPT atau AI berbasis lainnya

AI Bawaan Nvidia yang Hasilkan NPC Berotak Senku

Secara runtut ACE begerak dengan user atau AI sebagai brainware. User atau AI memberikan command atau perintah dalam bentuk video, gambar, ataupun suara ke ACE yang kemudian diteruskan dalam bentuk output kedalam bentuk 3D blendshape ataupun video streaming ke wujud desain 2D atau 3D dari game yang dimainkan.

Baca Juga:

Singkatnya AI ini bekerja seperti kita sebagai karakter utama yang sedang berbicara atau berdialog dengan NPC yang telah tertanam ChatGPT. Pengaplikasian sederhananya seperti pada Vtuber Neuro-sama yang dapat kita ajak berbicara.

Implementasi ACE Kedalam Game Terkini

Hadirnya ACE for Games, NVIDIA berharap agar para pengembang didunia dapat hadirkan karakter NPC yang lebih cerdas dan ekspresif dalam game yang mereka usung dengan tanpa lalui prosedur yang rumit dan memakan banyak waktu. Beberapa developer telah menggunakan engine ACE ini untuk game-nya, seperti STALKER 2: Heart of Chornobyl.

AI Bawaan Nvidia yang Hasilkan NPC Berotak Senku

Lalu bagaimana jika ACE diimplementasikan kedalam game souls like seperti Elden Rings atau Monster Hunter. Dapat dipastikan jika ACE meng implementasikan kedalam wujud villain dalam game ini, pemain akan sangat sulit dan usaha dalam mengerti movement musuh yang terasa sia-sia, dan pada akhirnya pemain dan musuh sebagai NPC akan saling bertarung dengan taktik masing-masing.

Update informasi menarik lainnya seputar game dan anime hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan voucher game dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.

Grammy Awards Nyatakan Musik Buatan AI Tidak Layak Menang

GAMEFINITY.ID, Bandung – Grammy Awards, ajang penghargaan musik terbesar di dunia, telah mengumuman perubahan peraturan tentang karya musik berbasis AI. Pihak penyelenggara, The Recording Academy, menetapkan karya musik yang murni dibuat menggunakan AI tidak layak mendapat nominasi atau menang penghargaaan.

Industri kreatif disebut sedang terancam karena penggunaan AI yang marak semenjak kepopuleran ChatGPT. Banyak yang mengemukakan ketakutan akan AI dapat menggantikan posisi manusia untuk menciptakan karya kreatif. Contohnya, Writers’ Guild of America (WGA) dan Screen Actors Guild (SAG-AFTRA) sedang berkutat menentang menggunaan artificial intelligence dalam penulisan naskah dan akting.

Grammy Awards Ubah Aturan demi Larang Karya Musik Buatan Kreator AI

Grammy Awards AI music robot

The Recording Academy mencantumkan serangkaian perubahan tentang kelayakan musisi dan karya musiknya yang dapat masuk nominasi Grammy Awards. Salah satunya adalah penggunaan AI. Pihaknya melarang karya musik yang murni buatan AI tanpa campur tangan manusia sama sekali menjadi nominasi dan memenangkan sebuah penghargaan.

“Hanya kreator manusia yang layak [karyanya] diajukan, dipertimbangkan, dinominasikan, atau menang sebuah Grammy Award,” tulis The Recording Academy.

Baca juga:

Akan tetapi, The Recording Academy mencantumkan dalam rulebook-nya bahwa pihaknya tetap menganggap AI sebagai alat untuk kreativitas. Mereka menulis bahwa sebuah karya musik yang memiliki elemen AI dapat diajukan, asalkan kreator manusia telah berkontribusi menulis lagu tersebut.

“Jika ada suara AI yang menyanyikan lagu atau hasil instrumentasi AI, kami akan mempertimbangkannya. Tapi di kategori berbasis kepenulisan lagu, karya itu wajib dibuat oleh manusia. Sama dengan kategori penampilan (performance) – hanya penampil (penyanyi) manusia yang dapat dipertimbangkan untuk menang Grammy,” tutur Harvey Mason Jr. selaku CEO The Recording Academy di laman resmi Grammy.

Penggunaan AI dalam Industri Musik

Grammy awards AI music

Perkembangan artificial intelligence saat ini makin maju dan marak di dunia kreatif, terutama industri musik. Namun penggunaannya untuk membuat musik masih menuai kontroversi. AI memang dinilai sebagai alat untuk membantu menuangkan kreativitas dalam pembuatan karya musik. Pada saat yang sama, banyak yang menakutkan AI dapat menggantikan posisi manusia.

AI bahkan dapat digunakan untuk meniru suara musisi terkenal. Ditambah, semakin banyak musisi yang menggunakan AI dalam proses pembuatan lagu. Sebagai contohnya, Paul McCartney mengumumkan sebuah lagu terakhir dari The Beatles akan rilis tahun ini. Ia menggunakan AI untuk meniru suara mendiang John Lennon.

Terlebih, AI juga bisa disalahgunakan untuk menggunakan suara musisi dalam menciptakan lagu seakan-akan itu karyanya. Contoh yang paling terkenalnya adalah Heart of My Sleeve yang disebut sebagai lagu Drake dan The Weeknd palsu. Sempat viral di layanan streaming, Universal Music Group meminta agar lagu itu ditarik dari peredaran. Tentunya, lagu yang dibuat menggunakan AI sepenuhnya itu tidak layak memenangkan sebuah Grammy.

Sementara AI menjadi alat kontroversial dalam dunia seni, aturan Grammy terbaru itu menekankan pentingnya kreativitas manusia dalam pembuatan karya. Pastinya, The Recording Academy berharap Grammy Awards dapat tetap menjadi ajang penghargaan musik khusus karya buatan manusia.

Bing Tambah Fitur AI Voice Chat di versi Desktop

GAMEFINITY.ID, Bandung – Microsoft kini memperkenalkan fitur AI voice chat untuk Bing versi desktop. Langkah ini mereka terapkan setelah resmi mengumumkan penghentian dukungan Cortana, produk AI voice assistant-nya.

Pengguna kini dapat menggunakan fitur Bing Chat ini untuk bertanya sesuatu menggunakan suara sendiri. Chat bot tersebut kemudian akan menjawab dalam bentuk suara. Fitur Bing Chat ini sebelumnya diperkenalkan di Edge versi mobile pada Februari lalu.

Fitur AI Voice Chat di Bing versi Desktop

Bing Chat AI voice bot

“Kami tahu banyak dari kalian suka menggunakan input suara untuk chat di Mobile. Fitur ini sekarang juga tersedia di desktop,” tulis Microsoft melalui laman blog Bing.

Cara untuk menggunakan fitur ini, pengguna cukup mengklik ikon mikrofon di box Bing Chat. Tanyakan apapun pada AI chatbot. Kemudian, dengarkan jawaban dari pertanyaan tersebut.

Baca juga:

Microsoft mengatakan bahwa chatbot-nya saat ini mendukung lima bahasa, yaitu Inggris, Prancis, Jerman, Jepang, dan Mandarin. Mereka juga memastikan dukungan untuk bahasa lain akan segera tiba.

Selain dapat bertanya langsung pada chatbot menggunakan suara, Bing Chat juga menampilkan fitur jawaban text-to-speech. Chatbot tersebut akan merespon menggunakan suaranya.

Jadi Salah Satu Penerus Cortana

Penerapan fitur ini menyusul keputusan Microsoft untuk menghentikan Cortana sebagai aplikasi tersendiri di Windows akhir tahun ini. Cortana ditujukan sebagai AI voice assistant sekaligus pesaing Siri milik Apple. Namun, popularitasnya kurang melejit jika dibandingkan dengan Siri dan juga Alexa milik Amazon.

Tidak jauh berbeda dari aplikasi pesaing, Cortana berfungsi agar pengguna dapat memakai suaranya untuk memberi perintah. Berbagai perintah tersebut bisa berupa membuka aplikasi, memasang timer, dan membuat pengingat atau reminder.

Baca juga:

Berkat fitur voice chat di chatbot-nya, Bing Chat bisa menjadi penerus Cortana. Tidak hanya itu, Microsoft Copilot yang telah diluncurkan baru-baru ini bisa dibilang ikut dianggap hal yang sama.

Seperti yang sudah diketahui, Microsoft menjadi raksasa teknologi pertama yang menerapkan penggunaan AI chat di sebuah search engine. Setelah kesuksesan Bing Chat, Google tengah mengekor dengan menghadirkan AI chatbot­-nya sendiri, Bard.