Tag Archives: Artificial Intelligence

Smartphone Pixel 8 Series Akhirnya Resmi Diumumkan Google!

GAMEFINITY.ID, Bandung – Setelah lama dinanti dan sempat bocor, Google akhirnya resmi mengumumkan lini smartphone Pixel 8 Series! Diumumkan saat event Made by Google pada Rabu, 4 Oktober 2023, perusahaan teknologi raksasa itu resmi mengumumkan lini smartphone-nya itu dengan sederetan fitur inovatif.

Pixel 8

Google Pixel 8

Dari kelihatannya, Pixel 8 memiliki tampilan yang tidak jauh berbeda dari pendahulunya, terutama Pixel 7. Terdapat beberapa perubahan, salah satunya adalah kamera belakang yang kini berada di dalam satu oval. Terdapat kamera wide 50 MP dan kamera ultrawide 12 MP.

Smartphone terbaru itu ditenagai oleh chip Google Tensor G3, memudahkannya dalam menjalankan fitur inovatif. Chip tersebut bekerja dengan security chip Titan M2 untuk membantu melindungi data informasi pribadi dari serangan mutakhir.

Walau memiliki ukuran lebih kecil dari Pixel 7, smartphone terbaru Google itu memiliki tingkat terang 42 persen lebih tinggi. Hal ini berkat display Actua 6,2 inci yang memberikan visual jelas seperti hal sesungguhnya. Ditambah, smartphone tersebut didesain menggunakan satin metal yang kuat.

Pixel 8 dibanderol mulai dari US$699 dan sudah tersedia pada 12 Oktober 2023.

Pixel 8 Pro

Google Pixel 8 Pro

Sementara itu, versi Pro-nya tentu memiliki fitur yang lebih keren. Keduanya sama-sama memiliki kamera wide 50MP dan tenaga dari chip Tensor G3. Pixel 8 Pro miliki kamera ultrawide 48MP baru, memastikan pengambilan foto bisa lebih baik dan jernih.

Ditambah, versi Pro tersebut memiliki fitur Video Boost yang memasangkan Tensor G3 dengan pusat data Google untuk mengaplikasikan processing canggih pada video demi menambah keotentikan dan seakan seperti menonton dunia nyata.

Lebih menariknya, Pixel 8 Pro juga memiliki sensor suhu atau temperature sensor. Berarti, smartphone ini bisa berfungsi sebagai thermometer tanpa kontak. Pengguna bisa memakainya misalnya untuk mengecek suhu susu di botol bayi.

Pixel 8 Pro juga sudah tersedia pada 12 Oktober dengan harga US$999. Saat masa pre-order, pembeli berhak mendapat Google Pixel Watch 2.

Baca juga:

Berbagai Fitur Inovatif Menarik dari Kedua Smartphone

Melalui laman resminya, Google menyebut kedua smartphone itu memiliki berbagai fitur inovatif. Salah satunya adalah Video Boost dari versi Pro-nya yang bisa memperlancar editing video.

Berbagai fitur itu muncul berkat integrasi AI, perubahan terbesar dari pendahulunya. Integrasi itu terpakai pada fitur Magic Editor, versi lebih canggih dari Magic Eraser. Magic Editor memudahkan pengguna untuk mengedit gambar, seperti mengatur ekspresi wajah pada foto.

Ada juga Audio Magic Eraser. Fitur itu bisa mengurangi suara yang menganggu di video dengan mudah seperti keramaian bising atau embusan angin.

Bagi yang masih suka menggunakan fitur telepon, Call Screen di kedua smartphone membantu pengguna menerima 50 persen lebih sedikit spam call. Hal ini berkat AI yang lebih mutakhir dan membantu membisingkan panggilan dari nomor tak dikenal dengan suara natural untuk melibatkan sang pemanggil.

Kabar baiknya lagi, Google mengumumkan Pixel 8 dan Pixel 8 Pro akan mendapat software support selama tujuh tahun. Berarti untuk pertama kalinya, Google memberi software update pada kedua smarphone selama tujuh tahun, termasuk upgrade Android OS, security update, dan Feature Drops reguler.

Google Pixel 8 dan Pixel 8 Pro kini sudah tersedia di Google Store dan deretan retailer terpercaya lainnya (belum tersedia di Indonesia).

Spotify Uji Coba Fitur Terjemahan Suara Podcast Gunakan AI

GAMEFINITY.ID, Bandung – Setelah menghadirkan fitur DJ, Spotify kini mengandalkan AI dalam bidang podcast. Benar, layanan streaming musik terbesar di dunia itu menggunakan AI untuk menerjemahkan dan memproduksi ulang podcast dengan bahasa lain menggunakan suara podcaster. Kini mereka sedang dalam tahap percobaan.

Spotify Uji AI untuk Produksi dan Terjemahkan Podcast

“Kami bersemangat untuk menguji coba Voice Translation untuk podcast, sebuah fitur gebrakan baru berbasis AI yang menerjemahkan podcast ke dalam beberapa bahasa tambahan – menggunakan suara podcaster,” tulis Spotify melalui laman resmi.

Spotify mengandalkan teknologi voice technology oleh OpenAI yang baru-baru dirilis untuk memproduksi suara seorang pembicara. Teknologi ini membantu agar membuat pengalaman mendengar secara otentik, lebih personal dan alami daripada dubbing tradisional.

Layanan streaming itu bekerja sama dengan podcaster terkenal seperti Dax Shepard, Monica Pamdman, Lex Fridman, Bill Simmons, dan Steven Barlett. Mereka mengandalkan para podcaster tersebut untuk membuat terjemahan suara bertenaga AI ke dalam bahasa lain pada beberapa episode dalam katalog dan episode-episode mendatang.”

“Dengan menyamakan suara kreator, Voice Translation memberi pendengar di seluruh dunia sebuah kuasa untuk menemukan dan terinspirasi oleh para podcaster baru dalam cara lebih otentik dari sebelumnya,” ungkap Ziad Sulta, VP of Personalization.

Baca juga:

Deretan Podcast yang Sudah dan Akan Diterjemahkan

Setiap episode dari kreator yang sudah diterjemahkan dan diproduksi menggunakan AI mulai tersedia secara global untuk pengguna tier Free dan Premium. Mereka memulai merilis episode berbahasa Spanyol terlebih dahulu.

Spotify Podcast Voice Translation

Contoh podcast yang sudah muncul dengan terjemahan AI di antaranya Lex Fridman Podcast, Armchair Epert, dan The Diary of a CEO with Steven Barlett. Spotify menyebut mereka juag tidak sabar untuk memproduksi versi terjemahan AI dari podcast lain seperti Eff Won with DRS, The Rewatchables, dan podcast original dari komedian Trevor Noah.

Layanan streaming musik terbesar itu mulai menghadirkan fitur di Now Playing View khusus episode yang sudah memiliki versi terjemahan. Terdapat pula Voice Translation Hub, di mana mereka akan menambah lebih banyak episode yang sudah diterjemahkan dalam waktu dekat.

George R.R. Martin Tuntut OpenAI Karena Langgar Hak Cipta

GAMEFINITY.ID, Bandung – George R.R. Martin, pengarang seri novel A Song of Ice and Fire atau lebih dikenal sebagai Game of Thrones, resmi menuntut OpenAI. Ia menjadi salah satu dari pengarang terkenal yang menuduh perusahaan di balik ChatGPT itu atas pelanggaran hak cipta dari hasil karya mereka.

George R.R. Martin dan Penulis Lain Tuntut OpenAI!

George RR Martin and other writers sued OpenAI

Menurut Variety, tuntutan ini diajukan oleh Authors Guild, organisasi profesional asal New York yang beranggotakan penulis terkenal. 17 penulis fiksi terkenal termasuk George R.R. Martin, John Grisham, Jodi Picoult, George Saunders, dan Jonathan Franzen, bergabung dalam mengajukan tuntutan class action itu.

Menurut tuntutan yang didapat Court Listener, OpenAI menjiplak karya para penuntut tanpa izin dan menjadikan materi hak cipta mereka sebagai model bahasa mereka. Mereka menambah model bahasa OpenAI bisa menghasilkan karya derivative yang berdasarkan, meniru, menyingkat, dan memparafrase buku mereka, yang bisa merusak pasar.

“Generative AI adalah lapangan baru bagi Silicon Valley untuk mengeksploitasi penyedia konten. Penulis wajib memiliki hak untuk memutuskan kapal karya mereka dipergunakan untuk ‘melatih’ AI. Jika mereka memilih untuk memperbolehkannya, harusnya mereka diberi kompensasi,” ungkap Jonathan Franzen melalui pernyataan di laman resmi Authors Guild.

George RR Martin sued openAI 2

Ini merupakan tuntutan hukum terbaru melawan OpenAI dari penulis fiksi populer, termasuk George R.R. Martin dan John Grisham. Martin terkenal dengan seri novel Game of Thrones yang dijadikan serial original HBO, sementara banyak buku karya Grisham dijadikan film.

Langkah ini menyusul tuntutan lain terhadap pengembang ChatGPT itu atas pelanggaran hak cipta. Juli lalu, komedian Sarah Silverman dan dua penulis lain Christopher Golden serta Richard Kadrey menuntut OpenAI dan Meta karena alasan yang sama.

Terlebih lagi, Authors Guild mengklaim salah satu pemicu tuntutan ini adalah upaya untuk menulis buku keenam dan ketujuh dari seri A Song of Ice and Fire karya George R.R. Martin. Beberapa dari mereka mengaku terdapat banyak buku yang dibuat menggunakan AI merupakan hasil plagiat dan dijual di Amazon seakan-akan sudah dibuat manusia demi meraup keuntungan.

Baca juga:

Begini Respon OpenAI!

Dalam pernyataannya pada Deadline, OpenAI mengaku mereka sedang optimis sedang dalam perincangan dengan berbagai kreator di seluruh dunia, termasuk Authors Guild. Mereka telah bekerja sama untuk memahami dan mendiskusikan kekhawatiran terhadap AI.

“Para profesional kreatif di seluruh dunia gunakan ChatGPT sebagai bagian dari proses kreatif. Kami hormati hak penulis, pengarang, dan percaya mereka untung dari teknologi AI. Kami sedang berdiskusi secara produktif dengan banyak kreator di seluruh dunia, termasuk Authors Guild, dan telah bekerja sama untuk memahami dan mendiskusikan kekhawatiran tentang AI,” ungkap Open AI.

Fitur AI DJ Spotify Hadir di 50 Negara! Indonesia Kebagian?

GAMEFINITY.ID, Bandung – Spotify akhirnya akan membawa fitur DJ berbasis AI ke 50 negara. Fitur baru layanan streaming musik terbesar itu pertama kali diluncurkan di Amerika Serikat dan Kanada pada Februari lalu sebelum merambah ke Inggris dan Irlandia tiga bulan kemudian. Ini menjadi kabar gembira bagi pengguna di luar empat negara itu yang tidak sabar ingin mencoba fitur DJ. Pertanyaannya, apakah Indonesia termasuk ke-50 negara itu?

Fitur AI DJ di Spotify Populer di Kalangan Pengguna

Spotify AI DJ

Melalui laman resminya, Spotify mengklaim DJ menjadi fitur yang terbanyak di perbincangkan di kalangan pengguna melalui media sosial. Fitur DJ memberi pengalaman pengguna dalam mendengarkan musik yang dipersonalisasikan diiringi oleh komentar oleh AI, persis seperti mendengar radio.

Baca juga:

Spotify kemudian membawa fitur DJ berbasis AI ini ke Inggris dan Irlandia menyusul kesuksesannya di Amerika Utara. Pihaknya mencatat pengguna menghabiskan sepertiga dari waktu mendengarkan musik di aplikasi menggunakan fitur DJ. Tidak heran banyak pengguna di seluruh dunia menginginkan fitur tersebut hadir di negaranya.

Kini Hadir di 50 Negara! Indonesia Termasuk?

Mulai 8 Agustus lalu, fitur DJ kini tersedia di beberapa negara Eropa, Asia, dan Afrika. Australia dan Selandia Baru juga kebagian. Syaratnya untuk menikmati fitur ini, pengguna harus berlangganan Spotify Premium terlebih dahulu.

Sayangnya, hanya Pakistan, Singapura, dan Filipina yang kebagian fitur ini di benua Asia. Ini berarti Indonesia belum termasuk dari ke-50 negara yang bisa mencicipi fitur DJ berbasis AI itu.

Hanya Tersedia dalam Bahasa Inggris

Suara AI di fitur DJ ini berdasarkan Xavier Jernigan, Head of Cultural Partnerships di Spotify. Ini yang membuat suara AI hanya bisa memberi komentar bahasa Inggris. Mungkin hal itu tidak terlalu mengganggu pengguna di Australia dan Selandia Baru. Sebaliknya, setiap pengguna di negara-negara lain mungkin memandang ini sebagai batasan.

Spotify berbicara pada Engadget bahwa pihaknya belum dapat menyampaikan tentang bahasa lain yang akan ditawarkan fitur itu. Begitu pula dengan waktu fitur DJ akan merambah ke negara-negara lain, termasuk Indonesia.

Seri Novel Game of Thrones Diselesaikan ChatGPT, Hasilnya?

GAMEFINITY.ID, Bandung – Seorang penggemar berhasil menyelesaikan seri novel A Song of Ice and Fire atau lebih dikenal sebagai Game of Thrones karya George R.R. Martin. Ternyata, ia hanya mengandalkan AI chatbot ChatGPT hanya untuk membantu menyelesaikan seri novel yang telah lama tertunda itu. Dan hasilnya cukup mengejutkan.

Penggemar terakhir kali mendengar Game of Thrones saat episode terakhir serial televisinya itu tayang perdana pada 2019 di HBO. Entri novel terbarunya, A Dance with Dragons, rilis 2011, kurang lebih 12 tahun lalu. Entri selanjutnya, The Winds of Winter telah lama tertunda. Terlebih, Martin juga berencana untuk menulis A Dream of Spring setelah itu.

Baca juga:

ChatGPT selesaikan Dua Novel Game of Thrones, Bagaimana Hasilnya?

game of thrones ending chatgpt

Seorang pengembang independent Liam Swayne mengungkap dirinya meminta ChatGPT untuk menulis dua buku terbaru dari dari A Song of Ice and Fire. Ia mengungkap pada IGN bahwa ia hanya memandu ChatGPT untuk menulis bukunya melalui rangkaian perintah. Pertama-tama, ia memerintahkan ChatGPT untuk membuat outline untuk The Winds of Winter. Lalu, ia mengulangnya berkali-kali hingga mencapai total 45 bab.

Hasilnya, ChatGPT ternyata berhasil membuat kontinuitas karakter secara konsisten meski seri novel Game of Thrones sangat terkenal kompleks.Contohnya, ChatGPT memasukkan karakter Illyrio dalam beberapa paragraf pertama sebelum kembali dalam agegan dengan Varys ratusan ribu kata kemudian. AI chatbot itu bisa mengingat Illyrio dan memperkenalkannya kembali saat adegan yang masuk akal.

ChatGPT juga disebut hebat dalam menerapkan plot twist umum. Swayne mengaku salah satu plot twist favoritnya yang dibuat AI itu adalah Lord Jon Connington mengkhianati Daenerys Targaryen.

Namun, ChatGPT tidak mampu melakukan trik terbaik George R.R. Martin, yaitu mematikan karakter menggunakan cara yang mengejutkan. AI chatbot itu rupanya tidak berhasil membuat adegan kematian karakter sangat menarik dalam dua novel itu. Dengan kata lain, hasil ChatGPT untuk membuat dua novel Game of Thrones selanjutnya bisa dibilang cukup bagus, tapi masih tidak setingkat dengan tulisan Martin.

Nasib The Winds of Winter karya George R.R. Martin

The Winds of Winter merupakan novel keenam dari seri A Song of Ice and Fire atau Game of Thrones yang saat ini belum rilis. Penggemar setia seri novel itu benar-benar menantikan perilisannya setelah ketidakpuasan mereka dengan ending serial TV Game of Thrones di HBO.

Esquire menyebut Martin sudah menulis kurang lebih tiga per empat dari keseluruhan novel, kira-kira 1.100 hingga 1.200 halaman. Disebutkan pula bahwa hanya terdapat 400 hingga 500 halaman lagi yang belum ditulis.

Sambil menunggu versi George R.R. Martin, kamu bisa membaca The Winds of Winter dan A Dream of Spring versi ChatGPT.

Apple Kembangkan AI Chatbotnya Sendiri? Demi Saingi ChatGPT?

GAMEFINITY.ID, Bandung – Apple tampaknya sedang membuat chatbot berbasis AI-nya sendiri. Rupanya, perusahaan pembuat iPhone dan Mac itu ingin mengikuti jejak sederetan raksasa teknologi lainnya untuk bersaing dengan ChatGPT buatan OpenAI. Proyek ini saat ini dipercaya belum akan terungkap pada publik.

Apple Buat Chatbot-nya Sendiri?

Apple chatbot

Menurut laporan dari Bloomberg, beberapa teknisi mengungkap Apple sedang membuat chatbot yang mereka sebut sebagai Apple GPT. Sebenarnya, proyek itu bernama Ajax. Proyek ini menggunakan Google Cloud dan dikembangkan dengan Google JAX, sebuah framework yang dibuat untuk mempercepat riset pembelajaran mesin.

Saat ini belum diketahui bagaimana Ajax akan berfungsi. Apple juga dilaporkan belum memiliki rencana untuk peluncuran dan platform-nya. Namun, sebuah sumber anonim menyebut pihak perusahaan kemungkinan akan mengumumkan proyek ini dalam waktu dekat. Ditambah, Apple juga menggelar earning call bulan depan, saat itulah Ajax berpotensi terungkap.

Masih Bungkam dalam Penggunaan AI

Apple sebelumnya sudah terkenal dengan sistem AI bernama Siri, sebuah voice assistant yang memulai trend di kalangan raksasa teknologi. Sejak saat itu, berbagai voice assistant bermunculan seperti Alexa dari Amazon dan Cortana dari Microsoft. Alexa saat ini disebut lebih baik oleh kebanyakan pengguna dan kritikus.

Meski begitu, Apple masih cukup bungkam dalam pembahasan AI. Bahkan, pihak perusahaan melarang karyawannya untuk menggunakan ChatGPT.

Baca juga:

Laporan ini terungkap setelah Tim Cook, CEO Apple, berbicara pada Good Morning America. Dirinya mengaku bahwa bahwa AI generatif menjadi sesuatu yang diawasi ketat oleh pihak perusahaan.

Cook juga mengungkap kekhawatirannya tentang produk AI saat earning call Mei lalu. Ia mengaku terdapat beberapa masalah yang harus diatasi.

Bloomberg juga menambah John Giannandrea dan senior vice president of software engineering Craig Federighi memimpin inisiatif AI dari Apple. Giannandrea sebelumnya direkrut untuk mengawasi Siri dan kemampuan pembelajaran mesin.

Sementara itu, semenjak popularitas ChatGPT, banyak rakasasa teknologi yang merambah dalam mengandalkan AI. Google telah merilis chatbot Bard, sementara Microsoft mengandalkan teknologi OpenAI untuk merilis Bing Chat.

Saat ini, rencana Apple dalam mengandalkan AI masih belum diketahui.