Tag Archives: blizzard

Diablo Immortal Diselidiki karena False Advertising

GAMEFINITY.ID, Bandung – Diablo Immortal berpotensi tersandung masalah hukum! Sebuah firma hukum tengah menginvestigasi game free-to-play besutan Blizzard Entertainment itu karena false advertising pada salah satu item yang membuat pemainnya frustrasi.

Blessing of the Worthy, Item Gem yang Dikritik Pemainnya sebagai False Advertising

Sebuah item Legendary telah memicu kemungkinan masalah hukum yang akan dihadapi Blizzard Entertainment terkait dengan Diablo Immortal. Item yang dimaksud adalah Blessing of the Worthy, sebuah item gem Legendary yang dianggap menipu pemainnya.

Diablo Immortal Blessing of the Worthy gem
Blessing of the Worthy

Blessing of the Worthy telah terjual di berbagai bundle dalam game dengan harga hingga US$100. Item tersebut disebut-sebut sangat bermanfaat dan dapat memaksimalkan kemampuan pemain dalam melakukan damage pada musuh.

Awalnya, Blessing of the Worthy memiliki deskripsi dapat memberi peluang 20 persen untuk memicu damage pada musuh sebesar 12 persen dari HP maksimal penggunanya. Kenyataannya, damage yang dipicu hanya sebesar 12 persen dari HP penggunanya saat itu, menjadikan gem ini tidak sekuat yang dijanjikan.

Pemain setia Diablo Immortal membanjiri sebuah postingan Reddit untuk meluapkan amarahnya. Mereka meminta Blizzard mengganti deskripsi item tersebut sekaligus memberi ganti rugi pada pemainnya berupa koleksi gem gratis.

Blizzard memberi klarifikasi bahwa deskripsi asli dari Blessing of the Worthy hanya berlaku saat sudah di-upgrade ke level tiga. Deskripsi untuk level satu dan dua sudah mereka ganti. Pemainnya justru sama sekali tidak mendapat ganti rugi dalam bentuk apapun.

Baca juga: Sultan Diablo Immortal Ingin Refund Karena Sulit Matchmaking

Sebuah Firma Hukum Mengincar Pemain Diablo Immortal yang Telanjur Membeli Blessing of the Worthy

Kasus ini mencuri perhatian firma hukum Migliaccio & Rathod yang saat ini tengah melakukan investigasi. Pihak firma hukum tersebut mengatakan Blizzard sudah memanfaatkan pemain untuk menghabiskan uangnya setelah melakukan false advertising.

“Praktik ini pada dasarnya setara dengan bait-and-switch, semenjak item yang bisa dibeli itu sudah diiklankan dengan efek yang diinginkan pemainnya dan berakhir sangat berbeda,” ungkap Migliaccio & Rathod.

Migliaccio & Rathod mengincar pemain yang sudah telanjur membeli item tersebut dan merasa tertipu. Dengan demikian, pihaknya dapat menyimpulkan klaim tersebut. Ditambah lagi, firma hukum itu menyebut kasus tersebut sudah menarik perhatian Communications Workers of America.

Kasus ini bukan kali pertama Diablo Immortal mendapat kritik negatif. Saat rilis pertama kali, game besutan Blizzard dan NetEase itu dikritik karena sistem pay to win dalam microtransaction-nya. Meski begitu, Blizzard mengatakan Diablo Immortal tetap menguntungkan.

Activision Blizzard: NetEase Tolak Perpanjang Hak Publikasi

GAMEFINITY.ID, Bandung – Activision Blizzard sudah mengumumkan game-nya seperti Overwatch dan World of Warcraft akan mulai tidak lagi dapat dimainkan di China November lalu. Hal tersebut buntut dari gagalnya mencapai kesepakatan baru dengan NetEase selaku publisher di China.

Namun, pihak Blizzard sendiri mengklaim NetEase telah menolak perpanjang hak publikasi di China. Saat ini mereka mencari mitra baru agar game-nya dapat dimainkan di negeri tirai bambu itu.

Menurut Activision Blizzard, NetEase Tolak Capai Kesepakatan Baru

Activision Blizzard NetEase World of Warcraft
World of Warcraft jadi salah satu game Blizzard yang tidak lagi bisa dimainkan di China

Kabar ini pertama kali disampaikan oleh Reuters. NetEase dilaporkan menolak pengajuan Activision Blizzard untuk perpanjang kemitraannya selama enam bulan. Kemitraan itu telah berjalan selama 14 tahun terakhir, membuat game besutan Blizzard seperti World of Warcraft, Starcraft II, dan Overwatch bisa dimainkan di China.

NetEase mengatakan proposal tersebut “sangat tidak logis secara komersial” dan menuduh pihak Blizzard “mengincar perpisahan tapi masih ingin erat”. Kemitraan itu akan berakhir pada 23 Januari 2023. Tanggal itu menjadi momen saat game milik Blizzard resmi hengkang dari China.

Blizzard China menganggapi kabar ini di akun Weibo-nya. Mereka mengklaim telah mengontak NetEase pada Januari lalu. Mereka berharap dapat perpanjang kontrak kemitraan di China selama enam bulan.

“Sangat disayangkan NetEase tidak ingin perpanjang layanan dari game kami selama enam bulan sambil kami mencari mitra baru,” tanggap Blizzard China.

Baca juga: World of Warcraft versi Mobile Batal Rilis?

Activision Blizzard Netease Diablo Immortal
Diablo Immortal masih dapat dimainkan di China saat kesepakatan Activision Blizzard dan NetEase berakhir

Sementara itu, Diablo Immortal masih akan tersedia di China. Ini karena game kontroversial tersebut dipublikasi dalam kesepakatan terpisah, yaitu sebagai co-production.

Tim Game Blizzard di NetEase Dibubarkan

Pernyataan ini menyusul kabar bahwa NetEase terpaksa membubarkan tim pengembang game besutan Blizzard di China. South China Morning Post melaporkan tim tersebut mulai mengurangi anggotanya pada November lalu. Saat ini, semua karyawan dari tim itu dilaporkan mendapat PHK atau dialihtugaskan.

Sebuah kru beranggotakan 10 orang akan menangani layanan pelanggan dan masalah teknis hingga mereka akhirnya harus hengkang.

Sebelumnya, tokoh senior NetEase mengkritik habis-habisan seorang oknum karena menghancurkan hubungan antara Activision Blizzard dan NetEase November lalu. Belum diketahui identitas oknum yang dimaksud sama sekali.

Semua game Blizzard, kecuali Diablo Immortal, dipastikan tidak akan lagi bisa dimainkan di China mulai 23 Januari 2023.

Uni Eropa Keberatan Microsoft Akuisisi Activision Blizzard

GAMEFINITY.ID, Bandung – Proses akuisisi Activision Blizzard oleh Microsoft tampaknya mendapat satu lagi hambatan. Kali ini, kemungkinan hambatan itu akan datang dari Uni Eropa. Pihak Uni Eropa dilaporkan bersiap untuk mengajukan pernyataan keberatan terhadap akuisisi tersebut.

Sudah Diprotes Banyak Pihak

Sebelumnya, Federal Trade Commission (FTC) telah mengajukan tuntutan ke ranah hukum demi membatalkan akuisisi Activision Blizzard oleh Microsoft. Prasidang pun sudah digelar awal bulan ini, dengan sidang perdana diharapkan dimulai Agustus ini.

Sony, Google, dan Nvidia menyatakan kekhawatiran mereka tentang akuisisi ini. Sony yang paling lantang menyatakan keberatan. Pihaknya beralasan game Call of Duty dapat menjadi eksklusif di konsol Xbox. Terlebih, akhir-akhir ini, Microsoft punya pola mengakuisisi studio game dan menjadikan judul game-nya menjadi eksklusif di Xbox.

Contohnya terlihat pada Zenimax Media, pemilik Bethesda Softworks. Microsoft berhasil mengakuisi Zenimax Media senilai US$7,5 miliar pada Maret 2021. Alhasil, semua game dari studio milik Zenimax yang akan datang, termasuk dari Bethesda seperti Redfall dan Starfield, akan rilis eksklusif di konsol Xbox dan Windows.

Publik pun pro dan kontra dengan kabar ini. Bahkan, sekelompok gamer beranggotakan 10 orang mengajukan tuntutan di California demi menghentikan akuisisi itu. Mereka beralasan Microsoft akan bersikap monopolistik, menghancurkan kompetisi di industri game, dan merugikan pihak konsumen dalam jangka panjang.

Baca juga: Google Khawatir Microsoft Akuisisi Activision Blizzard

Uni Eropa Ikut Protes Microsoft Akuisisi Activision Blizzard?

Microsoft Activision Blizzard European Union
Uni Eropa dilaporkan ikut keberatan dengan akuisisi Activision Blizzard oleh Microsoft

Reuters melaporkan bahwa Uni Eropa tengah mempersiapkan pernyataan keberatan pada Microsoft selama beberapa minggu ke depan. Tampaknya, Uni Eropa menjadi satu lagi pihak yang keberatan dan khawatir terhadap akuisisi ini.

Pihak Uni Eropa, melalui Komisi Eropa, telah menetapkan batas akhir untuk memutuskan apakah akuisisi itu dapat diterima pada 11 April 2023. Sejauh ini, mereka menolak berkomentar terhadap laporan tersebut.

“Kami akan terus bekerja sama dengan Komisi Eropa untuk mengatasi kekhawatiran industri. Tujuan kami agar membawa game kepada semua orang, dan kesepakatan ini akan membantu mencapai tujuan itu,” tanggap Microsoft.

Pembuat Windows dan Xbox itu mengumumkan akuisisi senilai US$69 miliar pada Januari 2022 demi bersaing dengan Tencent dan Sony. Namun, pihaknya mengaku mereka ingin melebarkan sayapnya di pasar mobile gaming dengan akuisisi tersebut.

Microsoft diharapkan akan menawarkan solusi pada regulator Uni Eropa demi mengubah pikiran dan mempersingkat proses persetujuan akuisisi.

Google Khawatir Microsoft Akuisisi Activision Blizzard

GAMEFINITY.ID, Bandung – Keputusan Microsoft untuk mengakuisisi Activision Blizzard masih mengundang protes berbagai pihak. FTC telah menuntut pemilik Xbox itu dan sudah menghadapi prasidang pada awal Januari ini. Namun, Google dan Nvidia dilaporkan khawatir dengan akuisisi seperti itu baru-baru ini.

Google dan Nvidia Ikut Khawatir dengan Akuisisi Activision Blizzard oleh Microsoft

Menurut Bloomberg, kedua perusahaan teknologi itu khawatir bahwa Microsoft akan mendapat keuntungan tidak adil di mobile, layanan berlangganan, dan cloud. Keduanya merasa akuisisi besar seperti itu berpotensi merusak kompetisi di pasar game.

Laporan tersebut mendapati Nvidia tidak secara langsung memprotes akuisisi itu. Namun, mereka mengingatkan bahwa harus ada kebutuhan akses terbuka dan seragam bagi game.

Microsoft Nvidia Geforce Now
Nvidia GeForce cukup menonjol dalam persaingan layanan cloud gaming

Saat ini, Microsoft cukup bersinar dengan Xbox Cloud Gaming di pasar cloud gaming. Nvidia juga masih bertahan dengan GeForce Now. Google justru terpuruk dengan Stadia yang akan ditutup 19 Januari mendatang.

Microsoft google stadia
Google Stadia akan ditutup kurang lebih seminggu kemudian setelah terpuruk

Microsoft mengingatkan akuisisi Activision Blizzard bertujuan untuk menguatkan posisi mereka di mobile gaming. Pasalnya, pemilik Xbox itu tidak begitu menonjol di pasar mobile. Faktanya, Phil Spencer selaku bos Xbox menyebut tujuan utama akuisisi tersebut adalah King selaku pengembang Candy Crush Saga. Mereka dilaporkan ingin mengandalkan King untuk membuat platform mobile Xbox.

Bukan hanya Candy Crush Saga, jika akuisisi ini berhasil, Microsoft juga akan menjadi pemilik Call of Duty Mobile, Diablo Immortal, dan setiap game mobile milik Activision Blizzard.

Baca juga: Microsoft, FTC Salahi Konstitusi Terkait Activision Blizzard

Sony Protes Karena Kekhawatiran Call of Duty Selanjutnya Akan Eksklusif di Xbox

Google dan Nvidia mengikuti langkah Sony untuk memprotes akuisisi Activision Blizzard itu. Meski begitu, keduanya tidak sekejam Sony dalam mengutarakan pendapat mereka.

Microsoft Call of Duty future
Microsoft pastikan Call of Duty tidak akan jadi eksklusif di Xbox

Lebih spesifik lagi, Sony mengungkap kekhawatirannya tentang kemungkinan franchise Call of Duty akan eksklusif di Xbox dalam waktu yang akan datang. Microsoft telah membantah tuduhan itu, mereka bahkan menawar kesepakatan agar Call of Duty tetap tersedia di PlayStation selama 10 tahun. Mereka juga menjanjikan franchise terkenal itu akan tersedia di Nintendo Switch.

Proses akuisisi Activision Blizzard oleh Microsoft sudah disetujui oleh beberapa negara seperti Arab Saudi, Brasil, dan Serbia. Namun, persetujuan di Inggris dan Amerika Serikat tampaknya terhalang. Terlebih, FTC sudah menuntut masalah ini ke jalur hukum, Bloomberg menyebut di laporan yang sama bahwa sidang akan digelar Agustus ini.

Overwatch 2 Dikritik Perihal Matchmaking yang Tidak Adil

GAMEFINITY.ID, Bandung – Semenjak perilisannya, Overwatch 2 tidak lepas dari kritik dan kontroversi di kalangan pemainnya. Salah satunya adalah perihal matchmaking dan juga perubahan di competitive play.

Bermula dari Ketidakpuasan Pemain Terhadap Sistem Rank

Mayoritas dari pemain mengeluhkan perubahan yang terjadi pada sistem rank. Mereka merasa sistem rank tersebut tidak terasa bermanfaat jika menang banyak match. Sebaliknya, hukuman berat menanti jika mendapat satu kali kalah. Banyak pemain yang de-ranked secara tidak adil.

Pemain mengungkap kekecewaannya di Reddit. Mereka mengeluhkan sistem tersebut tidak memiliki transparansi pada cara kerjanya, melainkan hanya akan berubah setiap 20 kali menang atau 7 kali kalah.

Matchmaking di Overwatch 2 Terasa Tidak Adil

Overwatch 2 unfair matchmaking
Pemain mengeluhkan sistem matchmaking di Overwatch 2 tidak adil

Sistem rank bukan satu-satunya masalah yang dihadapi pemain. Masalah matchmaking di sebenarnya bukan hal baru bagi pemain Overwatch 2. Namun, hal itu kembali mencuat ketika seorang pemain mengeluhkan hal tersebut di Reddit.

Pemain menduga sistem rank menjadi penyebab matchmaking di Overwatch 2 terasa tidak adil. Pemain tidak match dengan sesama rank dan skill yang mirip. Misalnya, pemain rank Gold atau Platinum match dengan rank Grandmaster. Ini sangat menganggu bagi yang memiliki skill rendah maupun skill tinggi.

“Aku dapat rekan tim Genji dengan tag top 500. Awalnya, kupikir itu hanyalah glitch untuk dapat title itu. Dia BENAR-BENAR MENGHANCURKAN tim lawan. Tim terbantai habis, mereka tidak dapat kesempatan. Sangat luar biasa tapi tidak adil,” ungkap pengguna Reddit Dru427 yang kemudian mengecek profil pemain itu.

Baca juga: Jumlah Pemain Overwatch 2 Capai 25 juta Orang

Pengguna lainnya juga mengeluhkan hal yang sama. Sering sekali, mereka frustrasi pemain dengan rank dan skill yang jauh berbeda ikut match.

“Semenjak OW2 dimulai, game ini jadi sampah. Aku saat ini dapat rank Master di queue DPS, dan aku masih sering dapat pemain Gold/Silver, atau pemain dengan ikon default yang tampaknya tidak tahu cara mainnya,” tutur pengguna Reddit guillotineswordz.

Beberapa minggu lalu, pihak Blizzard mencoba untuk menjelaskan hal ini di laman resminya. Mereka mengklaim penyebab keluhan matchmaking yang sering dialami pemain adalah miripnya SR yang tersembunyi dan perubahan berdasarkan rasio menang/kalah.

Belum diketahui apakah Blizzard akan menganggapi kembali terhadap masalah matchmaking yang masih berlangsung itu. Update informasi menarik lainnya seputar esports dan game hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan voucher game dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.

Microsoft, FTC Salahi Konstitusi Terkait Activision Blizzard

GAMEFINITY.ID, Bandung – Upaya akuisisi Activision Blizzard oleh Microsoft memecah belah pendapat hingga saat ini. Ada yang menyambut dengan gagap gempita, ada juga yang menentang. Pihak yang menentang mengungkap kekhawatiran pemilik Xbox itu akan melakukan praktik monopoli setelah akuisisi itu selesai.

Salah satu pihak yang menentang adalah Federal Trade Commission (FTC), mereka telah mengajukan tuntutan untuk menghentikan proses akuisisi tersebut. Namun, Microsoft memutuskan untuk melawan, menuduh pihak FTC telah melanggar konstitusi.

Microsoft Tuduh FTC “Tidak Konstitusional”

FTC sebelumnya menuntut Microsoft demi menghentikan akuisisi Activision Blizzard senilai US$69 miliar. Mereka mengklaim perusahaan pemilik Windows itu akan memiliki kontrol yang terlalu banyak dalam industri game, terutama terkait franchise Call of Duty.

Microsoft telah memberi pernyataan sebagai respon melalui dokumen 37 halaman. Dokumen tersebut berisi penjelasan panjang tentang masalah tuntutan tersebut, mengklaim berkali-kali bahwa FTC sudah melanggar hak konstitusi Microsoft.

Microsoft menyatakan proses yang dilakukan FTC itu “melanggar haknya atas proses hukum prosedural berdasarkan Klausul Proses Tuntas dari Amandemen Kelima”.

Baca juga: FTC Hentikan Microsoft untuk Akuisisi Activision Blizzard

Tujuan Akuisisi Hanya untuk Ekspansi di Pasar Mobile Game Bagi Xbox

Microsoft Activision Blizzard 3
Akuisisi Activision Blizzard oleh Microsoft dipercaya sebagai kesepakatan terbesar dalam sejarah industri game

Perusahaan teknologi raksasa itu mengklaim tujuan besar dari akuisisi itu adalah serius berekspansi ke mobile gaming. Pasalnya, tiga per empat dari pemain game Activision dan lebih dari sepertiga penghasilannya berasal dari mobile gaming.

Microsoft juga menyatakan bahwa tidak masuk akal jika pihaknya membayar miliaran dolar hanya untuk mengakuisisi franchise Call of Duty. Mereka juga disebut-sebut ingin menghapus aliran pendapat dari platform PlayStation perihal franchise Activision terbesar itu, klaim yang mereka sudah bantah.

Dokumen tersebut menyebutkan Xbox tetap memberi dukungan The Elder Scrolls Online sebagai game multiplatform. Hal ini dibutuhkan secara finansial karena game multiplayer harus dapat dijangkau seluas mungkin.

Bukan hanya FTC, Microsoft juga kini dihadapkan dengan tuntutan dari 10 gamer perihal akuisisi Activision Blizzard. Pihak penuntut itu mengklaim Microsoft akan mendapat kuasa yang terlalu besar di industri game.

Apakah tuntutan FTC terhadap Microsoft akan ditolak setelah klaim ini? Masih belum diketahui bagaimana dampak yang didapat oleh kedua belah pihak perihal tuntutan ini. Tampaknya ambisi pemilik Xbox ini masih akan terhalang.

Update informasi menarik lainnya seputar anime dan game hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan voucher game dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.