GAMEFINITY.ID, Kota Batu – Call of Duty, sebuah seri game yang sudah menjadi nama yang diketahui secara umum. Mulai dari para pemain barunya hingga para pemain lamanya juga masih ikut andil secara aktif di komunitasnya.
Sebagai salah satu game generasi lama yang sudah ada hampir 20 tahun ini, tentu saja Call of Duty atau CoD terus mengalami perubahan.
Diawali dari sebuah persaingan pasar yang diperebutkan oleh dua perusahaan. Hingga menjadi salah satu pelopor dalam genre fps shooting, semua pernah dialami oleh seri CoD.
Namun, belakangan ini, CoD sering dianggap menjadi sebuah game yang repetitif. Meskipun para pemain barunya tidak ada yang komplain dengan hal tersebut, namun para pemain lamanya terus mengungkapkan kekecewaan mereka.
Sejarah dan Persaingan Awal dari Call of Duty
Berawal dari tahun 2000-an awal, sebuah game mendominasi pasar fps shooter. Dengan mengusung tema perang dunia kedua, Medal of Honor atau MoH pada saat itu menjadi game paling dominan di tema dan genrenya.
Hal ini pun membuat Activision memiliki ide untuk membuat sebuah saingan dari Medal of Honor milik EA yang mengalami kesuksesan. Mereka mencoba merekrut orang-orang yang bertugas untuk mengembangkan Medal of Honor.
Akhirnya pada tanggal 29 September 2003 game tersebut rilis dengan nama Call of Duty. CoD mendapatkan tanggapan bagus dari para pemain saat perilisannya sama seperti Medal of Honor yang pada saat itu dibawa oleh sekuelnya, MoH Allied Assault.
Mulai saat itulah MoH memiliki sebuah saingan sepadan di pasarnya. Namun, hal tersebut mulai berubah total ketika sekuel CoD, Call of Duty 2, rilis.
Pada saat itu MoH melawan dengan merilis berbagai judul game-nya, namun pasar lebih memihak kepada Call of Duty 2 yang punya hype tinggi. Hal ini pun membuat pasar MoH semakin terhimpit.
Dengan rilisnya Call of Duty 3 di tahun 2006 menandakan berakhirnya masa awal CoD dan beralih ke masa puncak kejayaannya. Total ada 4 game utama yang rilis dan berhasil membangun langkah pertama Activision dalam mengembangkan CoD. Gmae tersebut yaitu Call of Duty, Call of Duty: Finest Hour, Call of Duty 2, dan Call of Duty 3.
Kejayaan Call of Duty: Inovasi, Gebrakan, dan Kontroversi
Memasuki tahun 2007, seri Call of Duty merilis satu seri game yang dikenal sebagai sang legenda hingga saat ini. Game tersebut adalah Call of Duty 4 atau Call of Duty: Modern Warfare.
Mengusung tema baru yang keluar dari asalnya perang dunia kedua, Modern Warfare merupakan sebuah gebrakan baru yang diusung. Gebrakan tersebut tidak hanya mempengaruhi serinya, namun juga berbagai game modern shooter lain.
Gebrakan ini juga dibarengi dengan inovasi mode multiplayer yang masih segar pada masa itu dan menjadi dasar dari mode multiplayer pada game berikutnya. Selain itu, adanya tokoh ikonik seperti Captain Price dan Gaz menambah nilai plus dari game legendaris ini.
Lanjutan sekuel Modern Warfare selanjutnya adalah MW2 dan MW3 yang rilis pada tahun 2009 dan 2011. Dengan membawa tema yang sama, kedua game ini menyempurnakan mode multiplayer yang dibawa pada game sebelumnya.
Pada kedua game tersebut hadir killstreak yang masih dibawa pada mode MP di game CoD hingga saat ini. CoD MW3 juga membawa mode survival yang kurang diminati.
Berlanjut ke cerita lain, yaitu CoD Black Ops series. Berawal dari CoD World at War yang merupakan latar belakang cerita dari CoD BO, WaW mempunyai tema paling gelap dalam sejarah Call of Duty.
Feel dari CoD WaW terkesan suram dan membawa hawa perang yang nyata. Namun, bukan hal tersebut yang menjadikan CoD WaW diingat.
CoD WaW menandakan awal dari mode zombie di seri Call of Duty. Mode inilah yang merupakan salah satu nilai jual mahal dari Call of Duty khususnya milik seri Black Ops.
Mode zombie pada CoD WaW sendiri terkenal sebagai mode inovatif dan menghibur, apalagi bila dimainkan berempat bersama teman. Mulai dari membangun barrier, wall buy, hingga dream weapon yang menjadikan zombie mode ini berkesan.
Mode zombie ini juga dilanjutkan bersama dengan CoD Black Ops 1 dan 2 yang membawa latar belakang perang dingin. Terlebih lagi mode MP milik BO2 yang terkenal, membawa nama BO series ke puncak pada masa kejayaan Call of Duty.
Pada masa ini juga, CoD mulai mendapat perhatian dari dunia orang awam. Puncaknya, pada saat CoD MW2 mengalami hal kontroversi pada misi “No Russian” yang terkenal.
Pada misi itu, pemain diharuskan untuk membunuh seluruh orang yang ada di bandara. Tak khayal ada beberapa versi khusus di beberapa negara yang melarang pemain melakukan hal tersebut. Namun, pada akhirnya kontroversi tersebut hanya menjadi ladang promosi besar-besaran untuk CoD MW2.
Baca Juga: Hari Terakhir Indocomtech ASUS Siapkan Promo Luar Biasa
Masa Penurunan dan Hilangnya Jati Diri
Tahun 2013 menandakan menurunnya hype dari Call of Duty ketika Call of Duty Ghost banyak menerima tanggapan buruk dari pemain. Main story dari game tersebut dinilai hambar, dan juga nama “Ghost” yang tidak ada hubungannya dengan karakter Ghost di CoD MW2.
Begitu pula beberapa game CoD selanjutnya seperti Advanced Warfare, Black Ops III, dan Infinite Warfare yang juga menilai banyak kritik karena tema futuristik. Para pemain lama menilai bahwa CoD sudah kehilangan jati dirinya yang membawa tema peperangan yang dinilai realistis, bukan malah perang di luar angkasa.
Baca Juga: Diablo Immortal Dihujat Karena Dianggap Hina Xi Jinping?
Kembali dengan tema perang dunia kedua di seri CoD WWII belum dapat mengembalikan kepuasan pemain yang telah lama bermain CoD. Masalahnya terletak pada lootbox yang dinilai tidak relevan untuk didapatkan.
Seri terbaru yang diterima secara positif adalah CoD Modern Warfare (2019) dan CoD Black Ops Cold War. Namun, setelah itu game seperti CoD Vanguard hanya menggunakan aset yang sama dari CoD Black Ops 4.