GAMEFINITY.ID, Bandung – Ubisoft kembali menghadirkan kejutan bagi penggemarnya. Kali ini, Assassin’s Creed Valhalla berkolaborasi dengan Monster Hunter World milik Capcom. Item kosmetik dari kolaborasi tersebut sudah tersedia di dalam game. Pengumuman ini menyusul kolaborasi dengan Destiny 2.
Sempat Bocor oleh Dataminer
Ini bukan lagi mengejutkan bagi penggemar setia franchise Assassin’s Creed, apalagi jika sering berselancar di media sosial. Sebelum kolaborasi ini diumumkan, seorang dataminer menemukan bahwa armor set baru akan hadir di Assassin’s Creed Valhalla. Armor set tersebut berasal dari Monster Hunter World dan Destiny 2.
Bocoran itu terbukti tepat ketika kolaborasinya dengan Destiny 2 telah rilis pada 1 Desember lalu. Sama seperti crossover Destiny 2, item bertema Monster Hunter World sudah tersedia dalam game.
Item Kosmetik dari Kolaborasi Assassin’s Creed Valhalla x Monster Hunter World Sudah Hadir
Ubisoft membagikan video pengumuman kolaborasi Assassin’s Creed Valhalla dan Monster Hunter World di media sosial resminya. Dalam video singkat itu, mereka memamerkan berbagai item kosmetik yang sudah muncul di dalam game.
The creatures of Monster Hunter: World have arrived on England's shores. Equip yourself with iconic items to prepare for your next hunt.
Salah satu item tersebut adalah armor set yang berdasarkan equipment Odogaron di Monster Hunter World untuk Eivor. Sebuah mount skin juga dapat digunakan agar Eivor seakan menunganggi Odogaron. Terdapat juga skin Legiana untuk scout.
Tidak hanya armor set, senjata yang berasal dari Monster Hunter World juga muncul, yaitu Garon Hatchet and Garon Rod. Desain kedua senjata itu sudah disesuaikan agar cocok dengan Assassin’s Creed Valhalla.
Banyak dari penggemar franchise Assassin’s Creed menyambut gembira pengumuman kolaborasi ini. Terlebih, Monster Hunter World sudah pernah berkolaborasi dengan franchise besutan Ubisoft itu dengan menghadirkan item Bayek Layered Armor dan Assassin’s Hood Mantle. Mereka sudah menunggu Ubisoft agar menghadirkan kolaborasi tersebut di sebuah game Assassin’s Creed.
Meski Ubisoft tengah bersiap dengan perilisan Assassin’s Creed Mirage, Ubisoft masih berbaik hati menawarkan item kosmetik hasil kolaborasi di Assassin’s Creed Valhalla. Terlebih, DLC The Last Chapter sudah rilis sebagai update gratis. Setidaknya penggemar masih bisa terhibur sambil menunggu Mirage rilis.
Update informasi menarik lainnya seputar game dan anime hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan vouchergame dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.
GAMEFINITY.ID, Bandar Lampung – Resident Evil 3: Nemesis merupakan Survival Horror dari Capcom yang merupakan sekuel dari Resident Evil 2.
Resident Evil 3: Nemesis dirilis pada September 2022 oleh Capcom. Game ini hadir di platform Windows, PlayStation, Dreamcast, dan Gamecube.
Sinopsis Resident Evil 3: Nemesis, Horror Game Satu Timeline dengan RE2
Bercerita pada tanggal 28September1998, mantan anggota STARS Jill Valentine berusaha melarikan diri dari Raccon City. Pelarian karena sebagian besar populasi telah berubah menjadi zombie oleh salah satu wabah yang disebut T-Virus.
Resident Evil 3: Nemesis merupakan salah satu game survivalhorror tahun 1999 yang dikembangkan oleh Capcom. Game ini hadir sebagai sekuel dari Resident Evil 2 yang punya timeline yang hampir sama dengan Resident Evil 2.
Seperti pada game Resident Evil pada umumnya, pemain diharuskan menggendalikan seorang mantan agen elit, Jill Valentine untuk melarikan diri dari kota yang telah terinfeksi virus. Salah satu game yang punya visual cukup baik dengan detail yang baik juga.
Dalam Resident Evil ini, pemain akan memerankan Jill Valentine yang berusaha melarikan diri dari kota zombie. Dalam pelariannya, pemain akan bergerak secara individu dengan membawa serangkaian perlengkapan seperti AssaultRiffle.
Graphic (8/10)
Resident Evil 3: Nemesis menjadi salah satu series Resident Evil lawas yang dapat ulasan positif pada saat itu, terlebih lagi pada visual-nya. Dalam pembawaanya sendiri, Resident Evil 3: Nemesis sudah lebih baik untuk standar konsol PlayStation saat itu.
Tampil dengan penggambaran, detail, serta latar yang cukup kompleks. Mengusung 3DModels diatas latar pra-render dengan fixedcameraangles. Mungkin untuk yang baru pertama memainkan game ini, terasa sedikit pusing karena perputaran kamera yang over.
Control (6/10)
Resident Evil 3: Nemesis membawakan kontrol yang terbilang cukup umum untuk seri Resident Evil di konsol lawas. Tampil dalam 3 konfigurasi yang tidak terlalu mencolok perbedaannya dalam memberikan kontrol untuk game ini.
Terkadang cukup sulit untuk mengatur arah pergeakan dari Jill sendiri. Hal ini disebabkan dengan kontrol D-Pad yang cukup rumit dan perlu adaptasi yang baik untuk dapat memainkan tanpa ada masalah.
Beberapa kontrol umum yang hadir seperti Kotak untuk berlari, Segitiga untuk batal, Bulat untuk membuka stat karakter, dan X sendiri untuk eksekusi serang dan setuju. Untuk Aiming, pemain dapat menggunakan kedua konrol L1 dan L2.
Addictive (9/10)
Resident Evil 3: Nemesis sendiri memiliki alur cerita yang baik dengan ending yang cukup ironis, tapi tidak untuk Jill sendiri karena Jill adalah maincharacter di series ini.
Memiliki tingkat adiktif dan daya tarik yang cukup untuk memikat pemain agar dapat memainkan Resident Evil series ini dengan cukup baik dan terus menerus.
Music (9/10)
Tidak banyak yang dapat dibahas pada kali ini, Resident Evil 3: Nemesis ini membawakan beberapa aspek musik untuk latar musik dan soundeffect.
Latar musik yang dibawakan dengan cukup baik dan dapat menemukan punchline dari horror-nya game satu ini. Latar musik yang cukup buat kaget layaknya sebuah instrumen ilahi bagi Jill agar cepat pergi atau mati saat itu juga.
Kelebihan
Tampil dengan visual yang detail dan baik, latar yang fulldraw dengan 3D Model yang baik juga. Resident Evil 3: Nemesis menjadi salah satu series Resident Evil yang punya visualisasi yang baik pada masa itu.
Kekurangan
Sedikit kekurangan untuk Resident Evil 3: Nemesis kali ini. Ada beberapa kekurangan yang umum dalam beberapa game di konsol PlayStation generasi pertama ini, tidak terkecuali dengan Resident Evil 3: Nemesis.
Kontrol yang dibawakan cukup rumit dan memusingkan, beberapa eksekusi kontrol dalam kondisi tertentu memungkinkan untuk sang karakter bergerak tidak sesuai harapan ataupun kontrol yang dimainkan. Perlu adaptasi yang baik agar dapat mengendalikan Jill dengan baik.
Untuk Resident Evil 3: Nemesis, Total Score yang dapat penulis berikan adalah 8,2.
Sekian Review Resident Evil 3: Nemesis yang dapat penulis sampaikan.
Update informasi menarik lainnya seputar review game hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan vouchergame dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.
GAMEFINITY.ID, Bandar Lampung – Ultimate Ghost and Goblinsmerupakan salah satu RPG Dark Fantasy yang cukup populer pada tahun 85-an untuk seri pertamanya. Ultimate Ghost and Goblins dirilis awal pada Agustus 2006 dengan judul yang sama oleh Capcom. Game ini kini tersedia hampir disemua platform untuk beberapa seri berbeda seperti PlayStation Portable.
Sinopsis Ultimate Ghost and Goblins, Dark Fantasy yang Berseberangan dengan Cover-nya
Berawal dari hadirnya kejahatan dan kegelapan di dunia fantasy yang mayoritas penghuninya merupakan manusia dan makhluk myth lainnya.
Pada satu insiden, sang putri kerajaan hilang diculik oleh segerombolan goblins dan ghost. Arthur sang knight kerajaan bersumpah untuk menyelamatkan sang putri dari kejahatan yang telah mengusik dunia dan kerajaan.
Ultimate Ghost and Goblins merupakan game RPG platformer dengan tema fantasy. Ultimate Ghost and Goblins merupakan salah satu game RPG fantasy dengan kesan yang dark, maka akan disebut dengan RPG Dark–fantasy.
Dalam Ultimate Ghost and Goblins pemain akan memerankan seorang knight kerajaan sebut saja Arthur yang entah bagaimana dia berjanji akan menyelamatkan sang putri dari kejahatan yang telah disebutkan sebelumnya.
Game ini tampil dengan sudut pandang side–scrolling yang cukup memukau para pemain dan penikmat game RPG platformer. Ultimate Ghost and Goblins tampil dengan banyak misteri dan rintangan yang cukup mengesalkan untuk sebagian para pemain dan sisanya yang cukup menantang.
Jika diperhatikan, Ultimate Ghost and Goblins tampil dengan gaya sebuah game RPG yang berfokus pada persfektif Eye’sBirdView dengan memasukkan fungsi dan konsep massiveenemy yang cukup mengesalkan dalam satu waktu.
Pemain diharuskan berpetualang didunia fantasy yang penuh dengan kejahatan dan ilmu gelap yang didominasi oleh para ghost dan goblin. Terkadang pemain berhadapan dengan monster alami hutan ataupun ghost yang berafiliasi sebagai shaman, sekelompok musuh yang cukup menyebalkan terlebih dengan konsep minimal roguelike yang turut dimasukkan juga.
Pada dasarnya Ultimate Ghost and Goblins merupakan game RPG fantasy Roguelike dengan feelhackandslash yang sangat kental sepanjang permainan. Sebuah game yang memaksa para pemainnya untuk tetap stayon depan kontroler dan menghindari atau mengalahkan musuh yang ada demi selamatkan sang putri.
Graphic (9/10)
Untuk urusan visual ataupun grafis Ultimate Ghost and Goblins sudah tidak diragukan lagi. Walaupun hadir di PlayStation Portable dan terbilang merupakan game lawas, namun game ini sangat kental dengan visual yang high–detail.
High detail yang didukung dengan vibesdarkfantasy yang cukup membuat pemain merinding dengan kesan abad pertengahan yang jika sekarang itu digambarkan dengan soft, tapi tidak dengan Ultimate Ghost and Goblins.
Selain visual, Ultimate Ghost and Goblins memiliki pergerakan yang cukup smooth dan santai, namun juga cukup unik dalam pergerakan yang terkesan kocak untuk seorang Arthur di dunia fantasy abad pertengahan.
Control (7/10)
Ultimate Ghost and Goblins memiliki kontrol yang dirasa sudah lebih dari cukup dan baik. Kontrol yang ringkas dengan pembawaan yang mudah dimengerti, tidak menyulitkan pemain untuk dapat memainkan game ini dan juga tidak perlu adaptasi yang berkepanjangan hanya untuk kontrol.
Memiliki beberapa mekanisme kontrol seperti D-Pad dan Analog untuk bergerak, L untuk menggunakan Shield, R untuk menggunakan perisai, Segitiga untuk mengeluarkan WarpStaff, Kotak untuk melakukan serangan dasar, X untuk melompat, dan Bulat untuk menggunakan sihir. Kontrol-kontrol tersbeut membutuhkan beberapa tahapan seerti upgrade karakter untuk dapat digunakan.
Addictive (10/10)
Memiliki tingkat adiktif dan daya tahan permainan yang cukup baik. Ultimate Ghost and Goblins membuat pemain menjadi dua kubu yang berbeda, penyuka tantangan sulit dan emosi karena kesulitan.
Ultimate Ghost and Goblins hadir dengan 3 jenis difficulty yang dapat pemain pilih di awal permainan, seperti Novice Mode, Normal Mode, Ultimate Mode. Untuk Normal Mode yang merupakan modedefault memiliki tingkat kesulitan yang tidak seharusnya, menjadi salah satu hackandslash yang menyenangkan dan menjengkelkan.
Music (9/10)
Tampil dengan musik yang cukup baik dan menggelitik karena sedikit berbeda kesan dan nuansa dengan latar ataupun respon karakter utama. Hal ini menjadi salah satu daya tarik dari Ultimate Ghost and Goblins.
Memiliki latar musik yang khas dengan fantasy bertema penculikan dan penyelamatan, dan ada soundeffect yang cukup kental dengan hal konyol dan raungan hutan yang menyeramkan.
Kesimpulan
Ultimate Ghost and Goblins menjadi salah satu RPG DarkFantasy yang cukup menyenangkan dan menyebalkan. Berikut kelebihan dan kekurangan Ultimate Ghost and Goblins yang dapat penulis sampaikan.
Kelebihan
Memiliki daya tarik pada visual dan konsep cerita yang singkat namun jelas, tidak panjang, to the point, dan masuk akal. Dengan tema Dark fantasy yang sesuai dengan latar ataupun enviroment yang terkemas dengan baik. Selain itu menampilkan karakter yang terkesan konyol.
Kekurangan
Sedikit kekurangan Ultimate Ghost and Goblins yang dapat penulis sampaikan kali ini. Sedikit memiliki masalah pada delay kontrol yang cukup menyebalkan, terkadang pemain harus mengkonfigurasi sensitifitas dan delay kontrol pada pengaturan emulator, jika pemain menggunakan emulator.
Salah satu yang bermasalah seperti gerakan melompat yang cenderung pasif dan hanya one–click lagi sulit dikendalikan.
Untuk Ultimate Ghost and Goblins, Total Score yang dapat penulis berikan adalah 8,6.
Sekian Review Ultimate Ghost and Goblins yang dapat penulis sampaikan.
Update informasi menarik lainnya seputar review game hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan vouchergame dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.
GAMEFINITY.ID, PATI – Hype Resident Evil 4 remake masih sangat besar selepas live RE Showcase yang baru saja diadakan oleh Capcom. Penasaran dengan project RE kedepannya, banyak fans yang menanyakan apakah Resident Evil Code: Veronica juga akan mendapatkan remake. Yoshiaki Hirabayashi selaku produser seri Resident Evil memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Capcom Masih Berikan Sedikit Harapan Untuk Code: Veronica
Selepas Capcom selesai dalam membuat ulang Resident Evil 3, para fans berspekulasi bahwa next remake project adalah Code: Veronica. Mengingat saat itu Code: Veronica dirilis diantara Resident Evil 3 dan 4. Sayangnya, ini tidak terjadi, karena remake Resident Evil 4 resmi diumumkan pada Juni 2022. Meski begitu, beberapa penggemar setia Resident Evil masih berharap bahwa Code: Veronica akan mendapatkan remake.
Dikutip dari situs Noisy Pixel, Yoshiaki Hirabayashi mengatakan bahwa saat ini belum ada rencana jelas untuk project remake Resident Evil Code: Veronica. Namun, bukan berarti peluang tersebut tidak ada sama sekali. Beliau menyatakan bahwa kemungkinan tersebut masih tetap ada, tetapi tidak dalam waktu dekat ini.
Komentar dari Yoshiaki Hirabayashi tersebut seolah Capcom masih belum selesai dalam me-remake seri klasik Resident Evil. Jika dilihat rasanya tidak mungkin jika Resident Evil 5 dan 6 yang akan mendapatkan remake. Justru game seperti Code: Veronica atau Resident Evil: Outbreak yang lebih layak untuk dibuatkan remake.
Tentang Resident Evil Code: Veronica
Resident Evil: Code Veronica pertama kali dirilis untuk konsol Dreamcast pada tahun 2000 yang kemudian medapatkan porting ke perangkat game lain seperti PS2, Gamecube, hingga Xbox. Secara timeline cerita, Resident Evil Code: Veronica terjadi di antara Resident Evil 2 dan 3. Jadi bisa dibilang Capcom telah mengabaikan seri ini dalam project remake mereka.
Menceritakan Claire Redfield bersama saudara laki-lakinya Chris Redfield dalam berjuang bertahan hidup dari wabah zombie di sebuah pulau terpencil di Antartika. Code: Veronica bisa dibilang merupakan judul terakhir Resident Evil yang mengusung tema survival horror murni, sebelum Resident Evil 4 membawa franchise ini ke arah yang lebih berorientasi pada action.
Awalnya Code Veronica dimaksudkan untuk menjadi sekuel penuh dari Resident Evil 2. Namun setelah kesepakatan dengan Sony Capcom mengganti nama spin-off Resident Evil yang dibintangi Jill Valentine sebagai Resident Evil 3: Nemesis. Menjadikan Code: Veronica sebagai seri spin-off menggantikan Resident Evil 3: Nemesis.
Bagaimana menurut kalian? Tertarik untuk memainkan Resident Evil Code: Veronica? Jangan lupa selalu kunjungi GAMEFINITY untuk update berita seputar game. Buat kalian yang bingung top up game dimana kalian bisa langsung klik Gamefinity.id
GAMEFINITY.ID, PATI – Resident Evil bisa dibilang merupakan salah satu franchise terbesar milik Capcom. Resident Evil 7 bisa dibilang revolusi baru yang dilakukan oleh Capcom kepada franchise ikoniknya. Kembalinya tema survival-horror selayaknya Resident Evil pada awalnya menandakan bahwa seri ini telah mendapatkan kembali jadi dirinya. Bercerita tentang perjalanan Ethan Winters demi mencari istrinya yang hilang dan terpaksa berurusan dengan keluarga Baker yang telah terinfeksi virus aneh.
Resident Evil 7 seolah meninggalkan apa yang pernah dibawa oleh Resident Evil 5 dan 6 yang lebih mengarah ke action. Melihat kesuksesan dari Resident Evil 7, Capcom pun memutuskan untuk melanjutkan saga dari Ethan Winter ke babak yang lebih jauh lagi melalui Resident Evil 8: Village. Namun tak disangka dibalik kesuksesan Resident Evil 7 terdapat fakta yang cukup mengangetkan.
Visi Awal Resident Evil 7
Pada awal pengembangan Resident Evil 7 direncanakan akan menjadi game live-service. Menurut produser eksekutif, Jun Takeuchi, Capcom menginginkan Resident Evil 7 menjadi game online multiplayer dengan microtransaction. Capcom percaya bahwa seri ini harus mampu beradaptasi dengan tren, dimana game-gameonline multiplayer dan microtransaction sangat sukses pada saat itu.
https://www.youtube.com/watch?v=j20sx4-yXOQ
“Saat itu Capcom ingin sekali membuat game yang mampu mengikuti tren,” jelas Jun Takeuchi kepada sutradara Resident Evil 4 Shinji Mikami di channel YouTube resmi Resident Evil. “Jadi kami diberi tahu untuk ‘buat ini – itu’, saat itu sangat sulit bagi sutradara.”
Capcom pun mulai menginstruksikan tim pengembangan untuk membuat Resident Evil 7 sebagai game online multiplayer. Namun Takeuchi berpikir hal ini dapat berdampak negatif pada produksi game. Takeuchi menjelaskan bahwa dia sempat diminta presiden Capcom Kenzo Tsujimoto untuk mengembalikan game ke point awal. Dimana Resident Evil 7 seharusnya menjadi menjadi game survival-horror single-player.
Pada akhirnya Resident Evil 7 berhasil mendulang kesuksesan dengan mendapat banyak pujian dan berhasil memenangkan beberapa penghargaan. Tak berhenti di Resident Evil 7, remake Resident Evil 2 dan Resident Evil 3 juga berhasil diterima dengan baik oleh para fans. Hingga puncaknya di Resident Evil Village yang menjadi salah satu game terlaris milik Capcom saat ini.
Banyak fans senang mendengar Resident Evil 7 berakhir menjadi game survival-horror single-player. Mengingat rekam jejak Capcom dalam menjadikan Resident Evil game multiplayer hanya berakhir menjadi game mati yang tidak terurus.
Bagaimana menurut kalian tentang langkah Capcom dalam membatalkan Resident Evil 7 menjadi game online multiplayer dan kembali ke survival-horror? Nah, terus pantau informasi tentang Resident Evil 7 di Gamefinity. Dan nikmati kemudahan top up dan beli voucher game yang murah di Gamefinity.id
GAMEFINITY.ID, Kota Batu – Berbicara mengenai peran sebuah negara dalam industri game, tentu saja Jepang menjadi salah satu yang paling berpengaruh dan terkenal. Saking terkenalnya, Jepang menjadi kiblat game di benua Asia, setidaknya hingga berbagai game free-to-play asal Tiongkok mulai menyerang pasar.
Meski sudah melewati masa emasnya di tahun 1980 hingga 1990-an, Jepang saat ini masih menjadi rumah dari industri game di Asia. Mulai dari konsol, game, pengembang, hingga beberapa tradisi yang masih ada hingga saat ini.
Sejarah Awal Kontribusi Jepang dalam Industri Video Game
Jepang dan game memulai hubungannya di tahun 1966 dengan Sega yang merilis sebuah game berjudul Periscope. Game tersebut merupakan sebuah game simulasi yang mengsimulasikan kapal selam. Pada tahun 1969, Sega memperkenalkan teknologi rear image projection dan salah satu game yang menggunakannya adalah Duck Hunt milik Nintendo.
Dekade 1970-an dan 1980-an merupakan perkembangan pesat Jepang dalam produksi game arkade milik mereka. Sega merilis game arkade Pong milik mereka di AS untuk pertama kalinya pada 1972.
Namun, langkah terbesar bagi industri game di Jepang adalah saat kesuksesan Space Invader di pasaran pada tahun 1978. Selain menjadi langkah awal Jepang di industri game, Space Invader juga menjadi tonggak awal dari masa keemasan game arkade di tahun 1980-an tidak hanya di Jepang, namun juga di berbagai belahan dunia.
Setelah kesuksesan Space Invader, banyak game Jepang lainnya yang juga mengalami kesuksesan dan menjadi terkenal. Sebut saja Galaxian, Pacman, dan Bosconian yang juga hadir sebagai game arkade. Dengan terkenalnya berbagai game tersebut, nilai industri game di dunia mencapai angka US$8 Milyar (setara US$23,8 Milyar di tahun 2021).
Fun Fact: Terdapat sebuah teori urban legend bahwa kelangkaan uang 100 Yen di tahun 1980-an disebabkan oleh suksesnya berbagai game arkade. Karena kejadian tersebut, produksi uang koin pecahan 100 Yen terpaksa ditingkatkan.
Kontribusi Jepang dalam Industri Game dari Tahun 1980 sampai Milenium Baru
Awal dekade 1980 menjadi tahun rilisnya konsol handheld pertama yang diproduksi oleh Nintendo, yaitu Game & Watch yang didesain oleh Gunpei Yokoi. Berbicara mengenai konsol, Nintendo juga lah yang mencetuskan ide untuk membuat konsol rumahan berbasis kartrid, yaitu Famicom atau Family Computer. Konsol tersebut mampu menjalankan game arkade seperti Donkey Kong.
Pada tahun 1988 Nintendo menyempurnakan Famicom miliknya dengan merilis Nintendo Entertainment System atau NES. NES lah yang membawa Nintendo melewati Toyota sebagai perusahaan terbesar di Jepang pada tahun 1990.
Banyak yang mengira NES akan menjadi sebuah konsol angin-anginan karena terjadinya fenomena video game crash di tahun 1983 yang membuat industri game turun nilainya. Namun, prediksi tersebut terbukti salah karena faktanya, NES terjual sebanyak 60 juta unit di seluruh dunia. Larisnya NES didukung oleh berbagai game legendaris seperti Super Mario Bros, Metroid, dan Legend of Zelda.
Selain Nintendo, Sony adalah perusahaan lainnya yang bergelut dalam pasar konsol rumahan. Pada awalnya Sony bekerja sama dengan Nintendo untuk merilis PlayStation. Namun, mereka berhenti bekerjasama dan membuat konsol PlayStation milik mereka sendiri yang berbasis CD.
Konsol milik merekalah yang justru laris di pasaran. Selain teknologi yang lebih maju, kesuksesan PlayStation juga dibantu beberapa game terkenal dan fitur lainnya. Hingga saat ini, kedua perusahaan tersebut, Nintendo dan Sony, masih merilis konsol milik mereka masing-masing. Walau begitu juga ada perusahaan seperti Sega dan Atari yang mundur dari pasar konsol.
Negeri Sakura di Industri Game Modern
Seperti yang disebutkan sebelumnya, Sony dan Nintendo masih melanjutkan pembuatan konsol mereka. Hingga saat ini, mereka berdualah yang menguasai pasar konsol dengan hanya satu kompetitor setara, yaitu Xbox milik Microsoft. Bahkan, PlayStation2 masih memegang rekor sebagai konsol terlaris di dunia dan mengalahkan Xbox di tanah kelahirannya, AS.
Selain dalam pasar konsol, Jepang juga berkontribusi dalam pengembangan video game itu sendiri. Jika kalian pernah bermain game, tentunya kalian pernah bermain game asal Jepang yang ikonik dan terkenal.
Kalau kalian kira game tersebut adalah game “gacha waifu” seperti saat ini, maka kalian salah besar. Karena sebenarnya, developer asal Jepang di zaman dulu menggunakan media game sebagai media untuk menunjukkan performa terbaik mereka. Pengembang seperti Nintendo, Sega, Capcom, Konami, Square Enix, dan yang lain memiliki game ikoniknya masing-masing
Kita ambil contoh game sejuta umat di konsol seri PlayStation, Resident Evil milik Capcom. Seri tersebut mencapai puncak kejayaannya saat RE4 rilis. Dengan grafis yang terkesan “wow” di zamannya, mekanisme menantang, dan penokohan yang pas, hal-hal tersebut menjadikan RE4 menjadi salah satu game terbaik sepanjang sejarah.
Konami, perusahaan yang saat ini menjadi sebuah lelucon dalam industri game juga memiliki berbagai game ikoniknya di masa lalu. Contohnya adalah Winning Eleven yang masih berlanjut dengan nama Pro Evolution Soccer dan berganti lagi menjadi eFootball. PES hingga saat ini menjadi salah satu dari hanya dua game sepakbola terkenal yang dipublikasi selain FIFA milik EA.
Berbicara dengan inovasi, kesempurnaan, dan detail kecil, kita tidak dapat melupakan sang legenda Hideo Kojima. Seri Metal Gear Solid miliknya selalu mengalami kesuksesan. Nilai jual utamanya adalah teknologi yang digunakan yang selalu selangkah lebih maju. Hal tersebut bisa datang dari detil kecil di sebuah game ataupun grafis yang lebih memukau.
Dan untuk yang lain sebut saja Sega dengan Sonic miliknya yang sudah terkenal bahkan dijadikan animasi dan film. Square Enix tidak lupa, dengan seri Final Fantasy milik mereka yang sukses, awalnya sebagai proyek terakhir sebelum bangkrut malah keterusan.
Penutup
Sebenarnya masih banyak yang dapat dibahas, namun bila dibahas semua maka artikel ini tidak tahu akan berakhir kapan dan pembaca mungkin akan cepat bosan. Intinya, kontribusi Jepang di industri game sudah berlangsung sejak lama. Mulai dari zaman arkade hingga zaman modern.
Hingga saat ini masih banyak game asal Jepang yang legendaris. Selain yang telah disebutkan di atas masih ada berbagai game fighting seperti KoF dan Tekken. Lalu ada juga game hack and slash semacam Devil May Cry yang juga sukses di pasaran.