Tag Archives: cloud gaming

PS5 Cloud Streaming Tersedia Khusus PlayStation Plus Premium

GAMEFINITY.ID, Bandung – Sony akhirnya secara resmi mengumumkan PS5 cloud streaming akan meluncur bulan ini. Fitur itu akan bisa digunakan khusus pelanggan PlayStation Plus Premium, memudahkan pengguna untuk bermain katalog digital dari PlayStation Plus dan juga beberapa judul yang sudah dimiliki pemain tanpa harus download. Fitur cloud streaming itu akan meluncur di Jepang, Eropa, dan Amerika Utara.

PS5 Cloud Streaming Tersedia Khusus Pelanggan PlayStation Plus Premium

Melalui laman resminya, Sony mengumumkan pelanggan PlayStation Plus tier premium bisa bermain beberapa game PS5 secara cloud streaming. Pelanggan bisa menikmati setiap judul game yang tersedia dari katalog PlayStation Plus tanpa harus men-download.

PS5 Cloud Streaming resolutions

Terdapat fitur PS5 cloud streaming yang juga akan memanjakan pelanggan tier Premium. Di antaranya pilihan resolusi 720p, 1080p, 1440, dan 4K dengan 60 FPS beserta output SDR atau HDR. Jika ingin resolusi tertinggi, pengguna wajib memiliki kecepatan internet minimal 38mbps. Ditambah, pengguna bisa menangkap screenshot dan merekam video gameplay hingga 3 menit yang akan di-download ke aplikasi Media Gallery di PS5.

Layanan ini baru akan meluncur di Jepang, Eropa, dan Amerika Utara. Sony mengaku pihaknya berencana untuk meluncurkan fitur tersebut dengan pendekatan fase sebagai berikut:

  • Jepang: 17 Oktober
  • Eropa: 23 Oktober
  • Amerika Utara: 30 Oktober

Baca juga:

Contoh Game yang Baru Tersedia

Sony menjanjikan pelanggan PlayStation Plus tier Premium bisa stream beberapa judul game PS5, terutama yang terdapat di katalog PlayStation Plus. Judul-judul hits yang bisa dinikmati melalui PS5 cloud streaming termasuk Ghost of Tsushima, Horizon Forbidden West, Marvel’s Spider-Man: Miles Morales, Mortal Kombat 11, dan Saints Row IV.

Pemain bisa mencoba game trials untuk PS5 seperti Hogwarts Legacy, The Callisto Protocol, dan The Witcher 3: Wild Hun. Ditambah, beberapa judul game digital PS5 yang sudah dimiliki pelanggan PlayStation Plus Premium tersedia melalui streaming, seperti di antaranya Genshin Impact, Resident Evil 4, Dead Island 2, Fortnite, dan Fall Guys.

Perubahan terbaru ini muncul kurang lebih setahun setelah PlayStation Plus mengalami rebranding dengan membagi menjadi bebeapa tier. Tampaknya layanan cloud gaming ini menjadi langkah selanjutnya.

Sony Remehkan Cloud Gaming Dukungan Tak Langsung Microsoft

GAMEFINITY.ID, PATI – Perkembangan teknologi telah mempengaruhi banyak aspek kehidupan kita, termasuk industri hiburan. Salah satu inovasi terbaru yang sedang menjadi sorotan adalah cloud gaming. Dalam sebuah wawancara terbaru, CEO Sony, yang dikenal dengan pendekatan konservatifnya, mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan mengenai pentingnya cloud gaming. Pernyataan tersebut kemudian membantu Microsoft dalam persaingan antara dua raksasa game tersebut.

CEO Sony Remehkan Cloud Gaming

Pernyataan kontroversial CEO Sony Kenichiro Yoshida, yang disampaikan dalam sebuah wawancara eksklusif bersama Financial Times, telah menghebohkan para penggemar game dan industri game secara keseluruhan. Dalam wawancara tersebut, Kenichiro Yoshida meremehkan pentingnya cloud gaming dan menyatakan bahwa hal tersebut hanya merupakan tren sementara yang tidak akan memiliki dampak signifikan dalam jangka panjang. Pernyataan ini memicu tanggapan beragam dari para pengamat industri. Sebagian menyatakan bahwa CEO Sony mungkin telah memberikan “assist” berharga kepada pesaing terbesarnya, Microsoft.

Baca Juga:

Sony
#image_title

Cloud gaming, yang juga dikenal sebagai game streaming, adalah teknologi yang memungkinkan para pemain untuk memainkan game dengan streaming langsung dari server melalui koneksi internet. Dengan cloud gaming, pemain dapat mengakses game yang berat secara instan, tanpa harus memiliki perangkat yang mahal. Teknologi ini telah menjadi sorotan utama dalam beberapa tahun terakhir, dengan perusahaan-perusahaan besar seperti Google, Microsoft, dan Amazon yang telah meluncurkan layanan cloud gaming mereka sendiri.

Baca Juga:

Dukungan Tidak Langsung Kepada Microsoft

Pernyataan CEO Sony ini mungkin terdengar sebagai bentuk ketidakpercayaan terhadap cloud gaming. Namun sebenarnya hal itu dapat menjadi strategi yang cerdik dari Microsoft. Dalam beberapa tahun terakhir, Microsoft telah berinvestasi besar dalam pengembangan teknologi cloud gaming melalui layanan Xbox Cloud Gaming. Dengan memperoleh dukungan tak langsung dari CEO Sony yang meremehkan pentingnya cloud gaming, Microsoft dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk memperkuat posisinya dan menarik lebih banyak pengguna ke layanan mereka.

Namun demikian, masih ada banyak tantangan yang perlu diatasi sebelum cloud gaming benar-benar menggantikan cara tradisional bermain game. Beberapa kendala yang masih dihadapi termasuk masalah kualitas koneksi internet, latensi, dan keandalan layanan. Meskipun demikian, perkembangan teknologi dan investasi yang terus dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar menunjukkan bahwa cloud gaming memiliki potensi yang besar untuk mengubah industri game.

Baca Juga:

Pernyataan CEO Sony yang meremehkan pentingnya cloud gaming dalam wawancara terbaru telah memberikan “assist” berharga kepada Microsoft. Dalam persaingan antara dua raksasa game tersebut, pernyataan tersebut dapat memperkuat posisi Microsoft dalam mengembangkan layanan cloud gaming mereka. Meskipun tantangan masih ada, cloud gaming memiliki potensi besar untuk mengubah cara pemain mengakses dan bermain game di masa depan.

Bagaimana menurut kalian? Tertarik untuk memainkan game secara  cloud? Kunjungi Gamefinity untuk asupan Informasi seputar game, film, anime, lifestyle, dan pop culture. Nikmati juga kemudahan top up dan  voucher games kesayangan kalian dengan harga di Gamefinity.id

Merger Microsoft-Activision Blizzard Disetujui Uni Eropa

GAMEFINITY.ID, Bandung – Regulator Uni Eropa, European Commission, akhirnya menyetujui merger Microsoft-Activision Blizzard senilai US$68,7 miliar! Ini menjadi kabar baik demi mengesahkan merger antara perusahaan raksasa teknologi dan pengembang game terkenal tiu. Uni Eropa menyimpulkan komitmen Microsoft terhadap pasar cloud gaming menjadi pemicu pihaknya menyetujui kesepakatan itu.

Sebelumnya, regulator Inggris, Competition and Markets Authority (CMA), memutuskan untuk memblokir merger Microsoft-Activision. Mereka beralasan bahwa merger itu akan berdampak negatif terhadap pasar cloud gaming. European Commission sebenarnya mengemukakan pendapat yang sama, namun pihaknya sudah puas dengan solusi yang ditawarkan Microsoft.

Komitmen Terhadap Pasar Cloud Gaming Jadi Pemicu Merger Disetujui

Microsoft Activision Blizzard approved by European Union 2
Merger Microsoft-Activision mendapat persetujuan Uni Eropa

Keputusan itu juga tertulis pada laman resmi European Commission. Pihaknya sudah menyimpulkan bahwa Microsoft tidak memiliki insentif untuk menolak distribusi game Activision di PlayStation. Mereka juga mendapati kalaupun pemilik Xbox itu menarik game Activision dari konsol milik Sony, hal itu tidak akan merugikan persaingan di pasar konsol.

Mereka juga menyatakan keputusan Microsoft untuk menawarkan kesepakatan lisensi 10 tahun pada berbagai layanan cloud gaming menjadi solusi masalah setelah akuisisi. Komtimen tersebut menjamin semua game Activision Blizzard tidak dapat masuk katalog Game Pass Ultimate atau platfrom Xbox Cloud Gaming. Berarti konsumen yang telah membeli game Activision Blizzard apapun dapat menikmatinya melalui stream di layanan cloud gaming pilihannya. Microsoft juga akan menawarkan lisensi bebas royalti pada platform cloud gaming manapun untuk stream game Activision Blizzard.

Baca juga:

Keputusan Uni Eropa ini disambut baik oleh Microsoft. Perusahaan teknologi pemilik Xbox itu sudah menyampaikan bahwa pihaknya ingin membuat game dapat lebih terjangkau dan membawanya pada banyak pemain sebisa mungkin.

“European Commission sudah meminta Microsoft untuk memberi lisensi berbagai game Activision Blizzard pada platform cloud gaming pesaing. Ini akan berlaku secara global dan akan memudahkan jutaan konsumen di seluruh dunia untuk memainkan deretan game itu di platform pilihannya,” tutur Brad Smith, presiden Microsoft.

Respon CMA: Tetap Bersikukuh untuk Blokir Merger

Sementara itu, CMA memberi respon terhadap persetujuan Uni Eropa terhadap merger Microsoft-Activision Blizzard. Mereka sebelumnya memblokir kesepakatan itu dengan alasan dapat merugikan pasar cloud gaming. Pihaknya juga berpendapat akuisisi itu dapat memicu berkurangnya inovasi dan minimnya pilihan bagi gamer Inggris selama beberapa tahun ke depan.

Baca juga:

“Proposal Microsoft, diterima oleh European Commission, akan membuat Microsoft untuk menetapkan syarat dan ketentuan [baru] selama 10 tahun ke depan. Hal itu akan menggantikan pasaar bebas, terbuka dan kompetitif dengan sebuah regulasi yang berdampak pada game milik Microsoft, platform yang menjualnya, dan syarat penjualan. Ini menjadi salah satu alasan grup panel independen CMA menolak proposal Microsoft dan memblokir kesepakatan ini,” tulis CMA melalui akun Twitter resminya.

CMA mengakhiri responnya bahwa mereka tetap bersikukuh dengan keputusannya. Pihaknya juga menghormati persetujuan European Commission. Microsoft saat ini sudah mengajukan banding dan dilaporkan menyewa sekelompok pengacara yang sebelumnya mewakili Kerajaan Inggris

Satu lagi rintangan bagi Microsoft-Activision Blizzard adalah Federal Trade Commission (FTC) Amerika Serikat. FTC sudah menuntut untuk memblokir akuisisi tersebut Desember lalu.

Tampaknya keputusan Uni Eropa ini memicu peluang Microsoft dapat mengesahkan akuisisi Activision Blizzard. Regulator di Afrika Selatan, Arab Saudi, Brazil, Chile, Jepang, dan Serbia sudah menyetujui merger itu. Sementara itu, regulator Australia, China, Korea Selatan, dan Selandia Baru masih mengkaji kesepakatan senilai US$68,7 miliar itu.

Google Stadia Beri Satu Game Eksklusif Sebelum Tutup

GAMEFINITY.ID, PATI – Datang dengan inovasi yang menjanjikan mengenai cloud gaming, Google Stadia terpaksa harus ditutup karena minimnya pengguna di platform tersebut. Google Stadia memang kurang berhasil menarik para gamer dari awal perilisannya. Minimnya game yang bisa dimainkan serta pelayanan yang kurang baik membuat Google Stadia kalah saing dengan para pesaingnya dalam hal cloud gaming. Menjelang penutupan layanan, Google memberikan satu game eksklusif terakhir untuk platform cloud gaming mereka.

Nafas Terakhir Google Stadia

Stadia merupakan layanan cloud gaming dari Google yang mana para gamer dapat memainkan game melalui streaming tanpa perlu mendownload game tersebut. Pertama kali diluncurkan pada akhir 2019 kini layanan tersebut akan segera tutup usia. Berbeda dengan pesaingnya seperti Amazon Luna atau Xbox Cloud Gaming, Stadia sayangnya kurang mencapai kesuksesan sejak pertama kali dirilis. Maka dari itu pada September lalu Google mengumumkan akan segera menutup layanan cloud gaming mereka.

Sebelum resmi ditutup, Google Stadia memberikan satu game ekslusif terakhir. Akun twitter Google Stadia mengumumkan perilisan game ular – ularan berjudul Worm yang dirilis pada 13 Januari yang akan menjadi game terakhir di Google Stadia. Game Worm ini juga hanya akan tersedia hingga 18 Januari 2023.

https://twitter.com/GoogleStadia/status/1613998016033071104?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1613998016033071104%7Ctwgr%5E9f3756cd1539fac4747d773fb599a6db94605519%7Ctwcon%5Es1_&ref_url=https%3A%2F%2Fgamerant.com%2Fstadia-adds-exclusive-game-before-shutting-down%2F

Game sederhana ini dirilis sebagai bentuk apresiasi Google kepada para pengguna yang masih memainkan Google Stadia sebelum layanan ini resmi berakhir. Para gamer dapat memainkan game ini dengan durasi sekitar tiga jam secara gratis. Game Worm ini juga sudah support dengan keyboard, controller Stadia, dan gamepad lainnya. Beberapa penggemar merasa kecewa dengan kejutan ini. Mereka berpendapat bahwa game ini seharusnya sudah ada sejak awal perilisan Google Stadia di tahun 2019.

Peran Stadia Dalam Pengembangan Cloud Gaming

Kenyataannya Google Stadia memang tidak pernah sekalipun memenuhi harapan para gamer mengenai cloud gaming. Meski begitu masih ada beberapa penggemar yang memainkan game mereka melalui platform Google Stadia. Google Stadia memang tidak berhasil dalam membangun suatu platform cloud gaming, tetapi perannya dalam pengembangan cloud gaming akan terus dikenang sepanjang sejarah industri game.

Bagaimana menurut kalian? Kunjungi Gamefinity untuk asupan Informasi seputar game, film, anime, lifestyle, dan pop culture. Nikmati juga kemudahan topup dan  voucher games kesayangan kalian dengan harga di Gamefinity.id

Razer Edge Terungkap, Gabung Persaingan Handheld Console

GAMEFINITY.ID, Bandung – Razer sebelumnya mengumumkan mereka bermitra dengan Verizon dan Qualcomm akhir September lalu. Mereka bertujuan untuk membuat konsol handheld 5G bernama Razer Edge. Meski ditujukan untuk cloud gaming, pengguna juga dapat mengunduh judul game untuk konsol tersebut.

Acara RazerCon 2022 yang diselenggarakan 15 Oktober lalu akhirnya mengumumkan secara detail dari Razer Edge. Razer mengungkap tampilan, spesifikasi, dan harga dari konsol handheld-nya itu.

Spesifikasi Razer Edge

Melalui laman resminya, Razer Edge dideskripsikan sebagai konsol yang sudah di-custom-build untuk memberi pengalaman gaming handheld mutakhir. Konsol buatan Razer itu diperkuat oleh chipset Qualcomm’s Snapdragon G3x Gen 1 dengan 3 GHz octa-core Kryo CPU. Chipset tersebut dapat memberi performa ekstrem bagi konsol tersebut.

Razer Edge juga menampilkan display AMOLED dengan refresh rate 144 hz, resolusi 2400×1080, dan layar sentuh. Konsol buatan Razer itu juga memiliki RAM 8GB LPDDR5, penyimpanan internal sebanyak 128 GB, dan slot microSD hingga 2 TB. Ditambah, Android 12 akan menjadi OS konsol tersebut.

Tidak lengkap jika sampai di situ, Edge juga menghadirkan kontroler Razer Kishi V2 Pro. Kontroler itu disebut memiliki tombol microswitch, analog trigger, dan sistem Razer Hypersense.

Razer Edge cloud gaming
Tidak hanya game Android, Razer juga hadirkan Epic Games Store dan dukungan layanan cloud gaming seperti Nvidia GeForce Now dan Xbox Cloud Gaming

Razer menyebut Edge dapat menjalankan berbagai game Android dan PC, termasuk ribuan game AAA. Konsol itu juga mendapat dukungan untuk Epic Games Store dan layanan cloud gaming seperti Xbox Cloud Gaming dan Nvidia GeForce Now.

Hadir dalam Dua Model, Segini Harganya!

Terdapat dua model Razer Edge yang akan hadir, yaitu Wi-Fi dan 5G. Model Wi-Fi-nya kemungkinan dapat meluncur Januari ini tanpa tanggal pasti. Sementara itu, tanggal peluncuran model 5G belum diumumkan.

Razer membanderol model Wi-Fi-nya dengan harga 399 USD. Model 5G-nya justru akan diumumkan pada kemudian hari. Kedua model tersebut akan meluncur terlebih dahulu di Amerika Serikat.

IGN menyebutkan Razer dipastikan tampil di CES 2023. Razer akan menampilkan Edge di acara tersebut. Pengguna yang menghadiri CES 2023 berkesempatan mencoba konsol handheld tersebut.

Menyusul Tren Konsol Handheld Gaming

Edge menjadi upaya Razer untuk masuk ke dalam tren konsol handheld. Mereka siap bersaing dengan Steam Deck dan Nintendo Switch. Tencent dan Logitech juga akan menyusul dengan konsol handheld cloud gaming Logitech G Cloud besok.

Baca juga: Logitech Rilis G Cloud, Siap Saingi Switch

Konsol handheld gaming sendiri sempat mati suri setelah kegagalan PlayStation Vita. Game mobile pada saat itu berhasil melampauinya secara pendapatan. Nintendo Switch yang rilis 2017 telah berhasil menyaingi pasar game mobile.

Steam Deck dari Valve juga telah membantu membangkitkan kembali tren konsol handheld gaming. Dari pengumuman Razer Edge dan Logitech G, tampaknya konsol handheld tidak akan punah.

Dapatkan Razer Edge melampaui Nintendo Switch dan Steam Deck dalam persaingan konsol handheld? Ataukah Logitech G yang akan menguasai? Razer Edge model Wi-Fi akan rilis 2023 di Amerika Serikat.

Mengenal Lebih Jauh Tentang Layanan Cloud Gaming

GAMEFINITY.ID, Malang – Cloud Gaming, mungkin bagi sebagian orang, kata-kata tersebut masih asing dalam pikiran mereka. Baru-baru ini ada salah satu layanan cloud gaming yang akan ditutup pada tahun depan, yaitu Google Stadia.

Dengan banyaknya tanggapan di post Google Stadia yang bertanya “Cloud gaming apa sih min?”, atau “Belum pernah denger min” maka kali ini kita akan membahas tentang apa itu cloud gaming.

Cloud Gaming In-image | Nvidia
Nvidia Geforce Noiw, Layanan Cloud Gaming Milik Nvidia | Nvidia

Pengertian dari Cloud Gaming

Cloud gaming merupakan sebuah platform di mana pemainnya dapat memainkan sebuah game yang aset di dalamnya diambil dari sebuah cloud server. Hal ini berbeda dengan game biasanya yang menyimpan asetnya di dalam storage laptop.

Dalam cloud gaming sendiri pemain dapat memainkan game-nya dimanapun dan kapanpun tanpa perlu mengunduh game itu sendiri. Namun, karena aset dari game tersebut berada di server, maka pemain wajib memiliki jaringan yang bagus dan stabil untuk dapat memainkannya dengan lancar.

Contohnya, bila kalian pernah melihat orang bermain GTA V di Android, mereka biasanya menggunakan layanan cloud gaming. Para pemain tersebut dapat bermain GTA V di Android karena mereka menggunakan aset yang ada di cloud bukan di storage HP mereka.

Selain Google Stadia, contoh layanan cloud gaming lainnya adalah xCloud milik Xbox, GeForce Now milik Nvidia, PlayStation Now milik Sony, dan Amazon Luna. Ada juga beberapa layanan yang bukan berasal dari pengembang besar seperti Shadow, Vortex, dan Boosteroid.

Baca Juga: Konami Kembangkan Beberapa Game Horror Baru

Sejarah dari Cloud Gaming

Cloud gaming diawali oleh sebuah startup bernama G-cluster yang mulai memperkenalkan diri mereka pada acara E3 tahun 2000. Produk mereka akhirnya jadi dan dapat digunakan pada tahun 2003.

Mereka menawarkan layanan cloud gaming yang saat itu masih berbeda dengan yang saat ini kita gunakan. G-cluster masih membutuhkan berbagai alat perantara agar pemakainya dapat memainkan game di server mereka.

Pada tahun 2010, G-cluster merubah sistem dari layanan mereka menjadi lebih simpel dengan mengirim aset game dari cloud ke para pemain. Namun perubahan ini juga menandai perubahan haluan G-cluster dari layanan online gaming menjadi Internet Protocol Television.

Nantinya pada tahun 2009 dan 2010 terdapat dua penyedia layanan cloud gaming yaitu OnLive dan Gaikai. Kedua layanan tersebut memiliki dua haluan yang berbeda yang sekarang sama-sama digunakan konsepnya dalam layanan cloud gaming.

OnLive sendiri menyediakan layanan bermain game secara penuh via cloud gaming di tahun 2009. Mereka juga mendapat dukungan dari beberapa pengembang besar seperti Ubisoft dan 2K Games. Meski begitu, mereka mengalami masa sulit karena dukungan pengembang yang berkurang akibat layanan mereka yang menggunakan sistem subscription.

Sebaliknya, Gaikai adalah sebuah layanan cloud gaming yang rilis pada tahun 2010. Berbeda dengan OnLive, Gaikai sendiri lebih memasarkan produk mereka sebagai alat promosi game dengan merilis demo di layanan mereka. Nasib mereka pun juga berbeda terbalik, bisnis mereka sukses besar dan nantinya akan dibeli Sony bersamaan dengan OnLive sebagai cikal bakal PlayStation Now yang rilis di tahun 2014.

Setelah era tersebut munculah berbagai layanan cloud gaming seperti yang kita ketahui saat ini. Mulai dari Nvidia Now yang rilis di tahun 2014, Nintendo 3DS yang membawa Dragon Quest X dalam layanan cloud gaming di tahun 2014, masuknya startup ke pasar cloud gaming dengan produk Shadow di tahun 2017, dan akhirnya Google Stadia yang baru dirilis 2019 lalu.

Kelebihan dan Kelemahan

Tentu saja setiap hal memiliki klelebihan dan kelemahan masing-masing.

Cloud gaming sendiri memiliki kelebihan yaitu tidak memakan storage yang terlalu besar. Selain itu dengan cloud gaming minimal spesifikasi perangkat dapat diturunkan karena cloud gaming sendiri lebih bergantung pada kualitas internet daripada spesifikasi.

Baca juga: Data Pemain Final Fantasy 14 Diincar Hacker

Untuk kelemahannya yang jelas adalah kalian harus memiliki koneksi internet yang stabil dan cukup kencang. Tanpa hal tersebut kalian dapat merasakan lag atau input delay saat bermain. Lalu, cloud gaming sendiri juga dipengaruhi oleh latency sehingga kalian harus cermat memilih server mana yang punya latency terendah untuk pengalaman main kalian.

Dan ada yang perlu diingat, bahwa cloud gaming membutuhkan data atau kuota yang besar sehingga tidak cocok bagi pengguna kuota atau wifi yang masih dibatasi FUP.