Tag Archives: Disney

5 Alasan Marvel Cinematic Universe Meredup saat Phase 4

GAMEFINITY.ID, Bandung – Marvel Cinematic Universe atau lebih dikenal sebagai MCU menjadi pionir dalam membuat sebuah cinematic universe. Berkat hal ini, Marvel telah menetapkan standar baru dalam membuat film superhero. Phase 3 menjadi puncak dari franchise ini dengan Avengers: Endgame yang sekaligus menjadi akhir dari The Infinity Saga (Spider-Man: Far from Home menjadi penutup Phase 3).

Semenjak Phase 3 berakhir, banyak penggemar menilai MCU tidak lagi memiliki kualitas setara dengan ketiga phase sebelumnya, yaitu The Infinity Saga. Dapat dikatakan popularitas franchise Marvel ini tengah meredup semenjak dimulainya atau saat pertengahan Phase 4. Berikut adalah lima alasan Marvel Cinematic Universe meredup saat Phase 4.

Baca juga:

Empat Superhero Lama Tidak Lagi Tampil Semenjak Avengers: Endgame

Marvel Cinematic Universe Iron Man Snap
Karakter Iron Man dimatikan di Avengers: Endgame

Seperti yang diketahui secara umum, Avengers: Endgame menjadi penutup The Infinity Saga. Avengers: Endgame tidak hanya memuaskan penggemar dan kritikus secara keseluruhan sebagai penutup saga pertama yang terdiri dari Phase 1-3, tetapi juga sempat menjadi film dengan penghasilan box office terbanyak sebelum disalip kembali oleh Avatar yang dirilis ulang di China pada 2021.

Setidaknya dua superhero lama diceritakan telah mati setelah Avengers: Endgame, yaitu Iron Man dan Black Widow. Steve Rogers diceritakan kembali tinggal di masa lalu bersama Peggy Carter setelah mengalahkan Thanos bersama The Avengers, menyebabkan dirinya menua. Rogers kemudian pensiun sebagai Captain America. T’Challa atau Black Panther juga tidak lagi tampil setelah Endgame semenjak pemerannya, Chadwick Boseman, meninggal dunia.

Absennya keempat karakter ikonik sangat terasa bagi penggemar. Meski Black Widow sempat tampil di filmnya sendiri yang rilis 2021, film tersebut berlatar pada masa lalu. Hal ini menjadi salah satu faktor penggemar mulai meninggalkan MCU.

Baca juga:

Terlalu Banyak Proyek Marvel Cinematic Universe, Baik Film dan Serial TV

Marvel Cinematic Universe Wandavision
WandaVision menjadi serial televisi pertama di MCU Phase 4

Phase 4 menjadi awal baru bagi Marvel Cinematic Universe. Tidak hanya deretan film, Marvel Studios juga mengumumkan berbagai proyek serial televisi yang akan terhubung. Keputusan ini sebagai bagian dari upaya Disney untuk memanfaatkan layanan streaming Disney+ yang meluncur pada akhir 2019. Phase 4 juga menjadi awal dari The Multiverse Saga yang akan berakhir di Phase 6.

Namun, banyaknya proyek MCU dinilai sebagai bumerang. Pasalnya, tidak sedikit penggemar yang mengeluhkan begitu banyak film dan serial televisi yang harus disaksikan jika ingin terus mengikuti Marvel Cinematic Universe. Tidak heran banyak yang mulai meninggalkan MCU karena lelah dan kebingungan saat menonton setiap film dan serial televisi dari Phase 4.

Baca juga:

Beberapa Film Marvel Cinematic Universe Phase 4 Dapat Sambutan Kurang Memuaskan secara Komentar

Marvel Cinematic Universe Eternals
Eternals menjadi film MCU pertama yang mendapat mayoritas komentar negatif dari kritikus

Mayoritas film dari Phase 1-3 atau The Infinity Saga umumnya konsisten mendapat sambutan memuaskan dari kritikus dan penonton. Meski begitu, Thor: The Dark World menjadi contoh film yang dinilai pas-pasan bagi kritikus. Secara keseluruhan, The Infinity Saga dianggap menjadi momen MCU terbaik sekaligus standar bagi Marvel Studios untuk meneruskannya dengan Phase 4.

Walau dua film pembuka Phase 4, Black Widow dan Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings tetap mendapat sambutan hangat dari kritikus dan penonton, namun Marvel Studios tampaknya tidak dapat mempertahankan momentum itu. Hal tersebut terlihat dari Eternals yang mendapat komentar negatif dari kritikus. Doctor Strange and the Multiverse of Madness dan Thor: Love and Thunder setidaknya masih mendapat komentar positif, namun tidak sekuat dari berbagai film MCU sebelumnya. Setidaknya, Black Panther: Wakanda Forever mendapat sambutan hangat dari kritikus dan dinilai akhir yang memuaskan untuk Phase 4 bagi penggemar.

Sementara itu, semua serial televisi MCU Phase 4, dari WandaVision hingga She-Hulk: Attorney at Law mendapat sambutan relatif memuaskan dari kritikus.

Baca juga:

CGI yang Dinilai Buruk

Marvel Cinematic Universe Thor Love and Thunder bad CGI
Thor: Love and Thunder menjadi contoh film MCU Phase 4 yang terdapat CGI buruk

Salah satu keluhan terbesar adalah berkurangnya kualitas CGI di beberapa proyek Phase 4. Hal ini sangat terlihat di Thor: Love and Thunder dan She-Hulk: Attorney at Law dengan adegan ber-CGI yang dinilai buruk.

CBR melaporkan terdapat laporan Marvel memiliki ekspektasi tidak realistis tentang CGI, terutama dalam memperlakukan VFX artist. Mereka dipercaya memberi tenggat waktu begitu ketat dan tidak masuk akal. Alhasil, ini berdampak pada kualitas CGI dalam proyek MCU Phase 4.

CGI bukan satu-satunya keluhan terbesar, tetapi juga adegan pertarungannya. Padahal hampir setiap adegan pertarungan di MCU menjadi ikonik dan dinilai mendebarkan penonton. Namun, Phase 4 memiliki adegan pertarungan yang tidak begitu menantang dan juga membosankan.

Baca juga

Tidak Lagi Ramah bagi Penggemar Baru

Marvel Cinematic Universe Ant-Man and the Wasp Quantumania
Ant-Man and the Wasp: Quantumania menjadi film pembuka MCU Phase 5

Seperti yang disebutkan sebelumnya, terdapat banyak film dan serial televisi Marvel Cinematic Universe dimulai dari Iron Man pada 2008. Sebelum Phase 4, banyak penggemar yang rela menonton semua filmnya sebelum sebuah film terbaru rilis. Namun, karena begitu banyak konten berupa film dan serial televisi, hal ini justru dapat menjenuhkan.

Saat ini, penggemar film biasa sangat sulit untuk catch up dengan film terbaru MCU. Mereka menilai sangat sulit untuk binge-watch semua film dan serial televisi Marvel Cinematic Universe. Untuk menonton serial televisinya, mereka wajib berlangganan Disney+. Belum lagi terdapat detail penting di setiap proyeknya yang mungkin akan membingungkan penggemar saat menonton film terbaru MCU.

Marvel Cinematic Universe kini memasuki Phase 5 dengan Ant-Man and the Wasp: Quantumaania. Sayangnya, film terbaru Ant-Man itu justru mendapat komentar tidak memuaskan oleh kritikus yang mengkritik ceritanya. Alhasil, Ant-Man and the Wasp: Quantumania mendapat skor 47 persen di Rotten Tomatoes. Ini menjadi awal yang tidak sesuai harapan bagi Marvel dan juga penggemarnya.

Marvel sendiri sudah memastikan mereka akan mengurangi proyek serial televisi untuk Phase 5. Secret Invasion menjadi serial televisi terbaru bagi MCU yang akan rilis 21 Juni 2023 dan akan menghadirkan kembali Nick Fury. Guardians of the Galaxy Vol. 3 menjadi film selanjutnya yang akan rilis 5 Mei 2023. Penggemar tentu berharap Marvel Cinematic Universe dapat kembali seperti saat masa kejayaannya saat Phase 3.

Disney Dreamlight Valley, Life Sim Bersama Karakter Disney

GAMEFINITY.ID, Bandung Disney Dreamlight Valley merupakan game life simulation yang dikembangkan oleh Disney dan Gameloft. Dalam game ini, karakter pemain diceritakan berada di lembah magis yang penuh dengan karakter Disney dan Pixar. Valley tersebut mendapat kutukan yang memicu setiap karakternya kehilangan ingatan.

Game ini pertama kali rilis sebagai early access pada 6 September 2023 di PC, Nintendo Switch, PlayStation 4, PlayStation 5, Xbox One, dan Xbox Series X|S. Saat early access, pemain wajib membayar Founder’s Pack atau berlangganan Game Pass untuk menikmati game ini. Gameloft akan merilis game ini sebagai free-to-play paling cepat tahun ini.

Baca juga: 

Sinopsis Disney Dreamlight Valley

Karakter pemain diceritakan meninggalkan kehidupan kota untuk tinggal kembali di pedesaan. Saat ke dunia mimpi setelah tertidur, mereka tiba di Dreamlight Valley, sebuah lembah magis yang penuh dengan karakter Disney dan Pixar. Namun, lembah itu sudah terkutuk.

Disney Dreamlight Valley peace
Dreamlight Valley sebelumnya merupakan desa yang damai di mana semua penghuninya hidup harmonis

Dreamlight Valley dulunya menjadi desa penuh harmoni di kalangan karakternya, tetapi semuanya berubah saat sang ruler (penguasa) tiba-tiba meninggalkannya. Saat itu, Night Thorn bertumbuh di sekitar desa, memicu kutukan The Forgetting yang menghilangkan ingatan setiap penghuninya.  Banyak karakter yang mengungsi ke alam asalnya masing-masing demi berlindung dari Night Thorn. Karakter pemain diceritakan memutuskan untuk mengembalikan lembah seperti sediakala dan menyingkirkan semua Night Thorn.

Pemain dapat menggunakan sihirnya sendiri bernama Dreamlight untuk menyingkirkan Night Thorn. Mereka juga dapat berkenalan dengan karakter Disney seperti Mickey Mouse, Goofy, dan Donald Duck sambil membantu mengembalikan ingatan mereka. Selain itu, pemain juga dapat berkunjung ke alam asal karakter lain di Dream Castle demi mengajak mereka untuk kembali tinggal di Dreamlight Valley.

Baca juga:

Gameplay Disney Dreamlight Valley (9/10)

Disney Dreamlight Valley gameplay 2
Disney Dreamlight Valley mungkin mengingatkan pada Animal Crossing secara gameplay, namun tetap menyenangkan

Secara gameplay, mungkin Disney Dreamlight Valley paling mengingatkan pada Animal Crossing, di mana pemain mengontrol karakternya yang tinggal di sebuah lembah. Ada juga sistem progression RPG di mana pemain dapat level up untuk meningkatkan energi sihir dan mendapat reward tertentu.

Terdapat pula berbagai aktivitas yang dapat dilakukan seperti berkebun, memancing, menggali, menambang, dan berfoto. Keempat hal pertama itu penting untuk dilakukan saat menjalankan main quest dan side quest. Pasalnya, terdapat kewajiban untuk mengumpulkan barang dan juga memasak makanan serta membuat sebuah barang baru.

Disney Dreamlight Valley wardrobe customization
Contoh tampilan kustomisasi penampilan karakter pemain

Baca juga:

Slot inventory memang terbatas. Bedanya dengan Animal Crossing, peralatan, furnitur dan pakaian tidak memenuhi inventory tersebut. Khusus untuk pakaian, pemain dapat mengustomisasinya. Pakaian juga mendapat kustomisasi penampilan pemain di dalam game.

Pemain dapat berinteraksi dengan berbagai karakter Disney, termasuk villain seperti Ursula dan Mother Gothel. Di sini, mereka dapat membangun friendship level yang menjadi kewajiban untuk mulai menjalankan side quest. Pemain dapat mengajak mereka hang out sambil melakukan aktivitas demi mendapat tambahan friendship level.

Terdapat mata uang Star Coin yang dapat diperoleh dengan menjual isi inventory pemain di stall milik Goofy. Star Coin itu dapat dipergunakan dengan membeli pangan dan biji untuk berkebun di stall Goofy, material tertentu di stall milik Kristoff, beberapa bahan makanan di restoran Remy, dan juga pakaian serta furnitur di toko milik Scrooge McDuck. Pemain juga dapat membayar Scrooge McDuck untuk membangun bangunan dan meng-upgrade toko serta rumah pemain.

Terdapat pula microtransaction yang dapat mempercepat progress pemain dan juga berbagai item berupa furnitur dan pakaian. Sejauh ini, microtransaction tidak terlalu berdampak pada progress.

Baca juga:

Control (8/10)

Kontrol di Disney Dreamlight Valley relatif simpel. Begitu pula dengan UI-nya yang mudah dimengerti. Menu-nya menyediakan informasi tentang daftar resep makanan, map, dan lainnya. Terdapat pula tombol shortcut untuk membuat section di menu yang terkadang tidak mudah untuk diingat.

Graphics (9/10)

Disney Dreamlight Valley world
Grafik yang ditampilkan seakan menjadikan game ini sudah menjadi full release

Melihat dari grafiknya, dapat dikatakan setiap gambar dan animasi dalam game ini memiliki kualitas tinggi. Dunia di dalam game ini terlihat menakjubkan meski masih tergolong early access. Hampir semua grafik di dalam game ini terlihat alami dan mengalir walau ada beberapa yang tergolong tidak konsisten saat menggerakkan kamera.

Baca juga:

Music (9/10)

BGM di Disney Dreamlight Valley kebanyakan terinspirasi dari musik Disney, contohnya sebut saja When You Wish Upon a Star yang menjadi lagu khas untuk Disney. Terdapat pula lagu yang terinspirasi dari film Disney lain. Kebanyakan deretan lagu ini membuat rileks sekaligus menjadi menyenangkan.

Addictive (8/10)

Disney Dreamlight Valley menawarkan pengalaman bermain life simulation yang menyenangkan berkat ceritanya yang semakin membuat penasaran. Game ini menjadi menyenangkan bagi semua kalangan usia, bahkan jika mereka bukan penggemar berat Disney sekalipun.

Game ini memiliki satu kekurangan yaitu soal grinding. Sering sekali, pemain harus mendapatkan barang dengan melakukan aktivitas seperti menambang, memancing, dan menggali demi menyelesaikan quest. Mendapat barang yang sesuai kebutuhan mungkin membutuhkan keberuntungan. Jika energi sihirnya sampai habis, pemain sering sekali harus mengonsumsi makanan atau kembali ke rumah untuk recover. Grinding seperti ini terasa merepotkan.

Baca juga:

Verdict untuk Disney Dreamlight Valley

Secara keseluruhan, Disney Dreamlight Valley terasa seperti game yang sudah jadi meski masih tergolong early access. Walau begitu, belum banyak karakter Disney dan Pixar yang hadir melalui realm yang akan menjadi bagian dari update mendatang. Ceritanya yang simpel dan mudah diikuti serta beberapa elemen game-nya sudah menyenangkan. Meski begitu, grinding dapat jadi merepotkan saat mengumpulkan bahan demi menyelesaikan berbagai quest.

Untuk Disney Dreamlight Valley, penulis dapat memberi total score sebesar 8,6.

Disney Dreamlight Valley tersedia sebagai early access berbayar di PC, Mac, PlayStation 4, PlayStation 5, Xbox One, Xbox Series X|S, dan Nintendo Switch. Game ini akan menjadi free to play paling cepat tahun ini.

Dibintangi Dwayne Johnson, Moana Live Action Resmi Diumumkan

GAMEFINITY.ID, Bandung – Disney mengumumkan mereka akan membuat live action remake dari Moana. Dwayne Johnson juga ikut mengonfimasi dirinya akan kembali berakting sebagai Maui sekaligus menjadi produser eksekutif. Kabar itu pertama kali terungkap saat pertemuan shareholder tahunan Disney yang dipimpin CEO Bob Iger.

Moana Dapat Live Action Remake, Dibintangi Kembali oleh Dwayne Johnson!

Johnson sudah berencana untuk kembali memerankan Maui, tokoh demigod di film animasinya, dalam live action remake. Tidak hanya kembali membintangi, ia juga akan menjadi produser bersama Danny Garcia dan Hiram Garcia melalui Seven Bucks Productions.

Baca juga:

“Cerita ini menjadi budayaku, dan cerita ini menjadi emblematik bagi berkah dan kekuatan masyarakat kami. Aku bangga menggunakan budaya ini di tubuhku, di jiwaku, dan kesempatan satu kali ini kembali dengan Maui, terinspirasi dari mana dan jiwa oleh mendiang kakekku, High Chief Peter Maivia,” ungkap Johnson melalui sebuah video.

Auli’s Cravalho, pengisi suara Moana di film animasinya, ikut menjadi produser eksekutif. Jared Bush, penulis naskah aslinya, ikut ambil bagian dalam proses produksi. Saat ini, belum ada pengumuman tentang sutradaranya.

Baca juga:

“Kekuatan dan kegigihan Moana sangat menginspirasi penonton pada penonton di seluruh dunia, diriku, dan semuanya yang membantu mewujudkannya. Aku tidak sabar membagikan ceritanya dalam cara baru,” jelas Cravalho melalui laman resmi Disney.

Moana Disney
Moana telah sukses di box office saat perilisannya pada 2016

Moana sendiri sudah sukses besar di box office saat perilisannya pada 2016 dengan penghasilan US$665 juta. Film buatan Disney itu mendapat deretan nominasi penghargaan film bergengsi seperti Oscar dan Golden Globe untuk Best Animated Feature yang keduanya dimenangkan Zootopia.

Baca juga:

Jadi Satu Lagi Live Action Remake Disney

Live action remake dari Moana bergabung dalam deretan versi live action dari film Disney lainnya seperti Beauty and the Beast (2017) dan Aladdin (2019). Saat ini, Disney tengah bersiap untuk merilis The Little Mermaid yang dibintangi oleh Halle Bailey pada 26 Mei 2023. Sementara itu, live action Lilo & Stitch sudah mendapat aktris yang akan menjadi Lilo, Maia Kealoha.

“Masih awal, tapi gagasan untuk bekerja dengan mitra-mitra hebat ini untuk menceritakan cerita bermakna melalui kanvas live action, tentunya sementara kami rayakan 100 tahun penceritaan di Disney, sangat mengasyikkan,” tutur Sean Bailey, presiden Walt Disney Studios Motion Picture Production (Disney Live Action).

Disney Speedstorm Meluncur sebagai Early Access April Ini

GAMEFINITY.ID, Bandung – Setelah mengalami penundaan tahun lalu, Gameloft akhirnya mengumumkan tanggal rilis Disney Speedstorm. Game racing dari Disney itu akan meluncur sebagai early access pada 18 April 2023.

Tampaknya ini mengikuti formula yang sudah diterapkan oleh Disney Dreamlight Valley, sebuah game simulation dari Disney dan Gameloft yang sebelumnya lebih dulu sukses. Sama seperti Dreamlight Valley, game racing Disney itu akan menjadi free-to-play begitu masa early access berakhir.

Disney Speedstorm Meluncur sebagai Early Access Berbayar

Gameloft mengumumkan melalui laman resminya bahwa Disney Speedstorm akan meluncur sebagai early access pada 18 April 2023. Mereka memaparkan pemain harus membeli founder’s pack agar dapat berpartisipasi di early access. Metode ini tidak jauh berbeda dengan Dreamlight Valley yang belum keluar dari masa early access.

“Kami bersemangat untuk para fans menyalakan mesinnya dengan bergabung bersama kami di racetrack Disney Speedstorm melalui early access dan saling bertarung sebagai racer ikonik di setiap track menakjubkan terinspirasi dari film Disney dan Pixar,” tulis Asda Suzuki selaku manager game Gameloft.

Game racing besutan Gameloft ini digadang-gadang sebagai game hero-based combat racing penuh dengan karakter Disney dan Pixar beserta racetrack-nya. Terdapat solo mode, local play, dan online multiplayer. Dengan online multiplayer, pemain dapat bersaing dengan racer lainnya dari seluruh dunia demi menjadi online legend.

“Kami tidak sabar untuk mendengar pendapat komunitas dan bekerja sama untuk membuat game yang reaktif terhadap kebutuhan dan kainginan pemain sementara kami berencana menyediakan pengalaman balap yang terus berubah,” tambah Suzuki.

Baca juga: Daftar Game di Disney & Marvel Games Showcase 2022

Pre-order Sudah Tersedia di Platform Tertentu

Disney Speedstorm Founder's Pack
Founder’s Pack Disney Speedstorm terbagi menjadi tiga: Standard, Deluxe, dan Ultimate

Semenjak pengumumannya, pemain sudah bisa melakukan pre-order Disney Speedstorm di platform tertentu. Pembeli dapat membeli salah satu dari tiga jenis Founder’s Pack, yaitu Standard, Deluxe, dan Ultimate. Masing-masing dari pack tersebut menyediakan bonus yang berbeda-beda, mulai dari karakter, token, Golden Pass, hingga kostum.

Disney Speedstorm Pre-order bonus
Pre-order bonus berupa item kosmetik untuk Donald Duck

Bagi yang telah melakukan pre-order, terdapat bonus eksklusif berupa cat mobil Toontech Early Bird dan kostum Early Bird. Keduanya adalah item kosmetik untuk Donald Duck.

Pre-order kini sudah tersedia di PlayStation Store, Nintendo eShop, Microsoft Store, dan Epic Games Store secara global. Khusus pemain Steam yang tidak mendapat opsi pre-order, mereka bisa mendapat bonus eksklusif pre-order jika membeli Disney Speedstorm pada minggu pertama peluncuran.

Disney Speedstorm akan meluncur sebagai early access berbayar pada 18 April 2023. Setelah early access berakhir, game racing besutan Gameloft itu akan menjadi free-to-play.

The Punisher Jon Bernthal Kembali Hadir di Serial Daredevil

GAMEFINITY.ID, PATI – Sebelum Marvel Cinematic Universe sesukses sekarang, sulit bagi mereka untuk menghadirkan tokoh – tokoh superhero marvel ke film mereka. Hal ini dikarenakan Disney sebagai induk perusahaan dari MCU tidak memiliki semua lisensi karakter – karakter komik Marvel. Kini mereka telah secara penuh memegang semua karakter komik Marvel sehingga bisa masuk ke dalam proyek sinema mereka. Tentunya para fans memiliki beberapa karakter yang paling ditunggu di MCU. Salah satu karakter yang paling ditunggu kehadirannya yaitu sang Anti-Hero The Punisher.

Jon Bernthal Kembali Sebagai The Punisher

Berdasarkan laporan dari The Hollywood Reporter Jon Bernthal akan kembali memerankan tokoh Anti-Hero paling terkenal The Punisher di serial Daredevil: Born Again. Bernthal pertama kali memerankan sosok ayah yang berubah menjadi Vigilante di Daredevil versi Netflix. Memulai debut sebagai The Punisher selama dua musim sejak 2016, Bernthal akhirnya mendapatkan serial solonya di Netflix The Punisher hingga dua musim di tahun 2017.

The Punisher
Jon Bernthal Akan Kembali Sebagai The Punisher di MCU

Mendengar kabar tersebut tentunya membuat para fans kegirangan. Pasalnya The Punisher versi Jon Bernthal terbilang cukup mencerminkan sosok The Punisher yang ada di komik. Hal ini juga diperkuat dengan suksesnya serial The Punisher di Netflix yang dapat bertahan hingga 2 musim.

Baca juga: Film Ant-Man 3, Film Kedua MCU Terburuk di Rotten Tomatoes

Dua Sosok Berlawanan di Serial Daredevil

Serial Daredevil: Born Again akan menjadi momen kembalinya Bernthal sebagai The Punisher sejak 2019 di musim kedua The Punisher Netflix. Hubungan antara The Punisher dan Daredevil telah tergambarkan sejak musim kedua Daredevil versi Netflix. Kini dua rival ini akan kembali dalam serial reboot milik Marvel Cinematic Universe yaitu Daredevil: Born Again.

Berbicara soal reboot, serial Daredevil: Born Again sebenarnya tidak sepenuhnya merupakan reboot. Marvel telah mengkonfirmasi jika serial ini masih memiliki hubungan dengan serial Daredevil di Netflix. Jadi para fans dapat mengharapkan beberapa tokoh – tokoh kembali di serial tersebut salah satunya adalah The Punisher yang diperankan oleh Jon Bernthal.

Kehadiran The Punisher versi Jon Bernthal akan membawakan warna baru untuk dunia Marvel Cinematic Universe. Kini MCU akan memiliki sosok pahlawan yang berkebalikan dengan pahlawan – pahlawan yang telah ada di Marvel Cinematic Universe.

Daredevil: Born Again akan mulai tayang di musim semi tahun 2024 melalui layanan streaming Disney+. Bagaimana menurut kalian? Tertarik untuk mengikuti serial Daredevil? Kunjungi Gamefinity untuk asupan Informasi seputar game, film, anime, lifestyle, dan pop culture. Nikmati juga kemudahan top up dan  voucher games kesayangan kalian dengan harga di Gamefinity.id

5 Fakta Unik Grogu (Baby Yoda) dari The Mandalorian

GAMEFINITY.ID, Bandung – Semenjak The Mandalorian mulai tayang di Disney+ pada 2019 dengan episode perdananya, tokoh Grogu atau saat itu disebut Baby Yoda sudah mencuri perhatian. Karakter makhluk hijau mungil dan menggemaskan ini mulai meledak popularitasnya setelah menjadi viral di media sosial.

Karakter makhluk hijau mungil itu berhasil mencuri hati baik penggemar Star Wars atau bukan. Sudah bukan rahasia lagi kalau karakter mungil ini menjadi salah satu karakter terpenting di serial televisi produksi Lucasfilm itu. Berikut adalah lima fakta unik tentang Grogu atau Baby Yoda dari The Mandalorian.

Satu Spesies dengan Yoda

Grogu not baby version of Yoda
Grogu bukan versi bayi dari Yoda

Banyak penggemar mengira bahwa karakter yang disebut Baby Yoda ini merupakan versi bayi dari Yoda karena kemiripannya. Yoda sendiri merupakan karakter Grand Master dari Jedi Order di Star Wars Episode I-VI.

Namun, Jon Favreau selaku showrunner sudah membungkam teori ini, mengatakan karakter mungil itu bukan versi muda atau keturunan Yoda. Pasalnya, The Mandalorian berlatar waktu antara Episode VI: Return of the Jedi dan Episode VII: The Force Awakens. Yoda sendiri telah diceritakan meninggal saat Episode VI.

Meski begitu, hal itu tidak menghentikan penggemar menjuluki karakter hijau mungil ini sebagai Baby Yoda. Walau tidak disebutkan nama spesies dalam seri Star Wars, Grogu tentunya satu spesies dengan Yoda.

Grogu Sebenarnya Berusia 50 Tahun

Grogu 50 years old
Meski bertingkah seperti bayi. Grogu sebenarnya berusia 50 tahun

Mudah untuk menganggap Baby Yoda masih berusia bayi atau setidaknya balita. Hal ini terlihat pada penampilan dari tubuh dan juga perilakunya yang masih seperti seorang bayi. Namun, Grogu ternyata diceritakan sudah berusia 50 tahun. Ini sudah disebutkan pada episode pertama The Mandalorian saat The Client menyebut bounty-nya, yaitu Baby Yoda sendiri, berusia 50 tahun.

Meski secara teknis ia berusia 50 tahun, Grogu sebenarnya masih balita. Jika dibandingkan dengan usia Yoda saat Star Wars Episode VI, tokoh Grand Master Jedi itu berusia 900 tahun sebelum meninggal karena usia tua. Berarti dapat disimpulkan spesies Yoda bertumbuh kembang dengan berbeda dan lebih lambat daripada manusia.

Memiliki Nafsu Makan Tinggi

Grogu eating eggs
Grogu memiliki nafsu makan yang tinggi

Dalam The Mandalorian, Baby Yoda sering sekali diperlihatkan selalu lapar dan ingin mencari makanan untuk dijadikan camilan. Contoh paling terkenalnya adalah saat ia memakan telur makhluk katak walau sudah dilarang oleh Din Djarin (The Mandalorian) sendiri pada episode dua dari season kedua.

ScreenRant menyebut spesies Yoda terkenal sebagai karnivora dari gerigi dan cakar tajamnya. Mengingat Grogu ingin sekali memakan kumpulan telur makhluk katak, teori ini kemungkinan benar. Tetapi, ScreenRant juga menyebut Jedi Master Yoda dapat bertahan dengan mengonsumsi tumbuhan dan jamur.

Baca juga: Disney: Sekuel Frozen, Toy Story, Zootopia Sedang Digarap

Grogu Sangat Kuat dengan The Force

Grogu using the force
Grogu menggunakan Force-nya

Dalam lore dan mitologi Star Wars, midichlorians menjadi bagian terpenting dan menjadi alasan The Force mengelilingi karakternya. The Fact Site menyebut George Lucas pernah menjelaskan midichlorians saat wawancaranya pada 1977. Lucas menyebut makhluk tertentu lahir dengan kesadaran terhadap The Force lebih tinggi daripada manusia karena memiliki midichlorians lebih tinggi di sel tubuhnya.

Diceritakan dalam Episode I: The Phantom Menace, Obi Wan menjawab pertanyaan Qui Gon bahwa jumlah midichlorian di Anakin Skywalker muda lebih dari 20 ribu, bahkan Yoda tidak dapat mencapai jumlah sebanyak itu.

Ada kemungkinan Yoda sendiri memiliki jumlah midichlorian yang tinggi. Ini menguatkan teori penggemar bahwa spesies Yoda memiliki The Force yang kuat. Grogu diperlihatkan dapat menggunakan Force-nya untuk membuat barrier, bersembunyi, dan melakukan telekinesis untuk melindungi dirinya.

Namun, Grogu sendiri ditampilkan kesulitan dalam mengendalikan Force-nya. Di season 2 episode 6, Grogu menyiksa para Stormtrooper di sel penjaranya. Sebenarnya, Jedi hanya menggunakan The Force untuk melindungi dirinya. Ini menunjukkan ia kesulitan dengan bagian kegelapan dari The Force.

Pergerakan Grogu Dibuat Berkat Puppetry dan Animatronik

Grogu Robert Rodriguez
Sutradara Robert Rodriguez dengan boneka Grogu

Pergerakan Grogu yang terlihat alami di The Mandalorian justru tidak terlalu banyak mengandalkan efek CGI. Pihak produser memutuskan untuk membuat boneka yang terbuat dari silikon. Dengan ini, mereka dapat menggerakkan karakter Grogu menggunakan teknik puppetry dan animatronik.

“Dia umumnya sebuah boneka. Saat dia CG, kami coba untuk memubuatnya mematuhi hukum alam yang akan ia lakukan sebagai boneka. Kurasa seringkali CG membuatnya terlalu jelas di mana kamu tidak membuat parameter secara kreatif yang mempermudah karakter itu memiliki karakteristik dan karisma yang sama,” jelas Jon Favreau pada The Hollywood Reporter.

Boneka tersebut dibuat dengan anggaran US$5 juta dan relatif berat karena banyaknya kabel dan teknologi animatronic di dalamnya. Boneka itu dikendalikan oleh dua teknisi, satunya mengendalikan wajah dan mulut, satunya lagi mengendalikan ekspresi wajah.

Itulah lima fakta unik tentang Grogu atau Baby Yoda dari The Mandalorian. The Mandalorian dapat disaksikan eksklusif di Disney+