Tag Archives: EA

EA dengan Kekejamannya Terhadap Studio Kecil dan IP Mereka

GAMEFINITY.ID, Kota Batu – Electronic Arts atau biasa dikenal dengan EA merupakan sebuah pengembang dan penerbit game yang sudah terkenal namanya. Beberapa game terbesarnya diantaranya adalah FIFA dan Apex Legend.

Namun, dibalik kesuksesan yang diraih EA hingga saat ini, terdapat beberapa kisah kelam. Kisah tersebut berasal dari para pengembang yang dibeli sahamnya oleh EA.

Bukan hanya satu atau dua, melainkan ada belasan perusahaan game developer yang ditutup oleh EA setelah dibeli. Penyebabnya, tidak lain dan tidak bukan adalah uang. Bahkan, lebih parahnya lagi, IP atau intellectual property milik pengembang juga dieksploitasi oleh EA demi keuntungan.

EA dan Identitasnya Sebagai Pemilik “EA Graveyard”

EA Pandemic Studio | Steam
Pandemic Studio, Salah Satu Developer yang Ditutup EA, Star Wars Battlefront II 2005 Merupakan Karyanya | Steam

EA Graveyard, merupakan sebuah istilah bagi developer yang ditutup ataupun digabung dengan studio lain atas keputusan EA.

Di dalam sejarahnya, EA memulai rantai penutupannya pada tahun 2001. Saat itu mereka menutup Bullfrog Production, pengembang yang mengembangkan game Dungeon Keeper dan Populous. Nasib Bullfrog Production adalah meleburnya perusahaan tersebut dengan EA UK.

Setelah kejadian tersebut, EA kembali melakukan hal yang sama. Mereka membeli sebuah perusahaan pengembang game, menjual IP milik mereka, lalu menutupnya.

Setelah Bullfrog Production, korban selanjutnya adalah Westwood Studios yang menciptakan game Command & Conquer. Meskipun EA membeli mereka pada tahun 1998, lima tahun kemudian EA tidak segan untuk menutupnya, tepatnya pada tahun 2003.

Maxis Studio, pencipta The Sims dan SimCity yang sekarang telah dirubah menjadi perusahaan lain dengan nama yang sama. Black Box Studio yang membesut franchise Need for Speed pada akhirnya juga ditutup. Sementara itu, seri Need for Speed dipindah menjadi proyek milik Criterion Games.

Dreamworks Interactive, yang diubah namanya menjadi EA Los Angeles, lalu diubah lagi menjadi Danger Close Game juga ditutup. Mereka adalah dalan dibalik masa kejayaan seri Medal of Honor. Dan tentunya masih banyak lagi contoh lainnya seperti Headgate Studio, Origin Systems, Mythic Entertainment, dan Phenomic Game Development.

Bahkan, EA berani untuk menutup salah satu studio buatannya sendiri, yaitu Visceral Game yang terkenal dengan Dead Space miliknya. Alasannya juga dapat terbilang klasik.

Baca Juga: Final Fantasy 16 Dianggap Sulit Diadaptasi

EA dengan Konsep dan Strategi yang Sama

Seluruh penutupan studio di atas memiliki satu alasan yang sama, yaitu gagalnya mereka dalam memenuhi ekspektasi EA. Kita ambil contoh dengan 2 studio yang masing-masing memiliki seri game terkenalnya sendiri. Dua studio tersebut adalah Black Box Games dengan Need for Speed dan DreamWorks Interactive dengan Medal of Honor. Penutupan kedua studio tersebut dikarenakan berkurangnya peminat dari game masing-masing studio.

Black Box Games tidak dapat menaikkan hype dari NFS setelah mereka merilis NFS MW di tahun 2005. Sementara itu DreamWorks Interactive juga tidak dapat menaikkan hype dari Medal of Honor untuk bersaing dengan Call of Duty. Pada saat itu, EA sudah memiliki penggantinya, yaitu seri Battlefield. Alhasil, Medal of Honor terakhir yang dibuat adalah MoH Warfighter di tahun 2012.

Dengan skema yang sama, mereka menunjukkan bahwa EA tidak segan untuk menutup studio yang tidak menghasilkan keuntungan bagi mereka.

Dalam hal ini, EA juga tidak segan memindahkan IP suatu studio yang telah ditutup ke studio lainnya. Contohnya Need for Speed milik Black Box Games yang diserahkan pada Criterion Game untuk mengurusnya. Padahal EA baru saja menutup produksi seri Burnout milik mereka yang dinilai kurang dapat bersaing.

Baca Juga: Review Hot Lap League: Trackmania Versi Mobile

Skema EA yang dapat disimpulkan hingga saat ini hanya satu. Yaitu, mereka membeli sebuah studio pengembang game untuk diambil IP milik mereka, dan meminta mereka membuat game tersebut dengan gendongan nama EA. Bila gagal studio tersebut akan ditutup. Dan bila IP milik mereka masih memiliki potensi, EA akan memindahkannya ke studio lainnya.

Hal yang sama namun berbeda juga terjadi pada Visceral Game. Berbeda dengan yang lain, Visceral Games merupakan sebuah studio yang memang dibesut EA sendiri. Penutupannya pun ditandai dengan gagalnya Dead Space 3, franchise game milik mereka yang paling sukses, di pasaran.

Apakah Mereka Masih Tetap Sama?

Jawabannya adalah iya dan tidak. EA sampai saat ini masih mempunyai skema yang sama, yaitu membeli studio beserta IP milik mereka untuk dipasarkan.

Saat ini masih banyak pengembang studio berbakat yang ada di bawah naungan EA. Contohnya adalah DICE, PopCap Games, Respawn Entertainment, dan yang terbaru adalah Codemasters yang khas dengan game official F1 milik mereka.

FIFA 23 Ultimate Edition Terjual Seharga 6 Sen, Kok Bisa?

GAMEFINITY.ID, BandungFIFA 23 menjadi salah satu game yang paling dinanti oleh penggemarnya. Terlebih, FIFA 23 juga menjadi judul terakhir FIFA buatan EA. Namun, ada sebuah kesalahan konyol yang terjadi di satu store di satu negara.

Ironisnya, kesalahan itu terjadi pada FIFA 23 Ultimate Edition beberapa minggu lalu. Kesalahan konyol itu telah memicu pemain berbondong-bondong membelinya dengan harga sangat murah, bahkan lebih murah daripada base game-nya.

Kesalahan Harga FIFA 23 Ultimate Edition di Epic Games Store di India

FIFA 23 wrong price
Tercantum bahwa FIFA 23 dibanderol dengan harga setara 6 sen!

Di India, Epic Games Store mencatat harga FIFA 23 Ultimate Edition tidak seperti seharusnya. Seharusnya FIFA 23 Ultimate Edition berharga 4799 crore atau setara dengan 60 dolar AS. Namun, EA justru tanpa sengaja menetapkan 4,80 crore atau setara 6 sen di Amerika Serikat.

Harga murah itu memicu pemain di India berbondong-bondong mengunjungi Epic Games Store dan membeli FIFA 23 Ultimate Edition dengan harga sangat murah. Mengingat FIFA 23 Ultimate Edition memiliki berbagai bonus eksklusif seperti early access tiga hari sebelum perilisan resmi dan kumpulan item limited.

Ternyata bukan hanya pemain dari India. Kotaku mencatat ketika kabar tersebut tersebar, pemain dari negara lain berbondong-bondong menge-set akun Epic Games Store-nya agar dapat mengakses situs region India. Pada dasarnya, mereka ingin memanfaatkan kesalahan konyol itu agar dapat mendapat FIFA 23 dengan harga sangat murah!

Kurang lebih 15 menit setelah kabar itu tersebar, EA segera menarik FIFA 23 Ultimate Edition dari Epic Games Store dan mengganti harganya menjadi seperti semula. Beruntungnya, beberapa pemain sempat membelinya dengan diskon 99.98 persen dan dengan bangga membagikannya di Twitter.

Baca juga: Hanya 3,8% Pemain FIFA 22 Menyelesaikan Women’s Match

Kabar Baik, EA Tidak Meminta Biaya Tambahan Bagi Pemain yang Telanjur Membelinya

“Beberapa minggu lalu, kami telah melakukan gol bunuh diri secara spektakuler saat kami tidak sengaja menawarkan harga pemesanan FIFA 23 di Epic Games Store dengan harga yang salah. Ini menjadi kesalahan kami dan kami ingin mengabarkan bahwa kami akan menghadiahkan seluruh pemesan yang telah membayar harga tersebut,” ucap EA melalui email pada IGN.

Setidaknya ini menunjukkan EA masih berbaik hati pada pemain yang telanjur membeli FIFA 23 Ultimate Edition seharga 6 sen. Mereka bahkan rela merugi untuk menghadiahkan pemainnya dengan tidak menambah biaya tambahan atau membatalkan pesanan.

Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, FIFA 23 dipastikan menjadi judul terakhir seri FIFA buatan EA. EA akan me-rebrand seri itu menjadi FIFA Sports FC, dengan judul pertamanya akan rilis tahun depan.

Apex Legends Battle Royale Terkompetitif, Kata Dr Disrespect

GAMEFINITY.ID, Bandung – Dr Disrespect telah terkenal sebagai streamer dan player berbagai game shooter battle royale seperti H1Z1 dan PUBG. Ia juga dikenal karena mengemukakan pendapat secara blak-blakan, apalagi jika berbicara tentang game. Baru-baru ini, ia berkomentar tentang Apex Legends, game battle royale buatan EA yang digandrungi pemain akhir-akhir ini.

Menurut Dr Disrespect, Apex Legends Tidak Akan Segera Mati

Apex Legends
Dr Disrespect menyatakan Apex Legends lebih baik daripada Fornite dan Call of Duty: Warzone

Dalam salah satu live stream terbarunya di YouTube, Dr Disrespect telah berkomentar tentang Apex Legends yang telah memasuki season 14. Komentar itu dipicu oleh salah satu penontonnya yang bertanya apakah game battle royale besutan EA dan Respawn Entertainment itu akan segera mati.

“Jelas-jelas tidak,” jawab Dr Disrespect dilansir dari Comicbook, “Kurasa mereka [EA dan Respawn Entertainment] punya formula yang … mereka terapkan, dan mereka juga punya satu tim pengembang hebat yang mengerjakannya. Game itu [Apex Legends] konsisten berubah. Dan secara harfiah, [Apex Legends] game battle royale terkompetitif. Maksudku, pasti.”

Dr Disrespect telah membandingkan dengan game battle royale lain seperti Call of Duty: Warzone dan Fortnite. Menurutnya, keduanya tidak mampu mendekati tingkat yang berhasil dicapai Apex Legends sebagai game battle royale terkompetitif. Ia juga menambah pemain harus mengandalkan berbagai skill dalam setiap match Apex Legends.

Baca juga: Fortnite Hadirkan Kolaborasi Dragon Ball

Dirinya juga mengakui bahwa Apex Legends memiliki pendekatan “sistematis” pada ranked experience tanpa membawa “wild engagements” bagi publik.

Komentarnya Tidak Selalu Positif

Namun, ia tidak selalu bertanggapan positif terhadap Apex Legends. Sebelumnya, streamer berusia 40 tahun itu telah mengkritik game itu karena pemainnya mampu menggunakan shield secara berlebihan. Ia juga mengakui Apex Legends tidak selalu menyenangkan untuk ditonton.

Dr Disrespect Juga Mengembangkan Game

Dr Disrespect Deadrop
Deadrop, game shooter yang dikembangkan Dr Disrespect, menuai kritik

Sementara itu, Dr Disrespect juga sedang mengembangkan game FPS-nya sendiri. Game-nya itu berjudul Deadrop dan dideskripsikan sebagai vertical extraction shooter.

Sayangnya, begitu cuplikan gameplay awalnya muncul, warganet berbondong-bondong mengkritik tidak sesuai ekspektasi dan sama sekali tidak terasah. Warganet mengingatkan klaim Dr Disrespect bahwa Deadrop akan mengalahkan Call of Duty: Modern Warfare 2 yang akan rilis Oktober ini.

Meski citranya yang menuai kontroversi, begitu pula game buatannya yang memicu kritik, Dr Disrespect masih menguatkan citranya sebagai salah satu streamer game terkenal di dunia.

Game Single Player Alat CEO Electronic Arts Rayu Investor

GAMEFINITY.ID Kutai Kartanegara – Baru-baru ini, sang CEO dari Electronic Arts, Andrew Wilson, dilaporkan tengah meyakinkan para investor dengan mengatakan ‘bahwa game single-player masih menjadi bagian utama dari output perusahaan”. Statement tersebut sontak menjadi perhatian dikalangan komunitas gamer, karena publisher raksasa itu pernah dianggap mengejek genre game single-player di Twitter.

Mengutip dari laman web IGN, saat panggilan pendapatan kuartal pertama perusahaan pada hari Selasa (Waktu Amerika Serikat), CEO Electronic Arts, Andrew Wilson, menyatakan bahwa game single-player “sangat, sangat penting” untuk masa depan perusahaan. Meskipun, dalam prakteknya, genre single-player hanya bisa menghasilkan sekitar 30 persen pendapatan, dari total bisnis perusahaan.

“Para pemain kami, secara seimbang, mereka memiliki motivasi inti ini — inspirasi, pelarian, koneksi sosial, kompetisi, peningkatan diri, kreasi — hal-hal inilah yang menyatukan kami sebagai pemain game,” ucap Wilson, dalam transkrip panggilan melalui SeekingAlpha

“Saat kami memikirkan game single-player, kami pikir ini adalah bagian yang sangat, sangat penting dari keseluruhan portofolio yang kami berikan untuk memenuhi motivasi inti tersebut.” Imbuhnya.

Baca juga: Sultan Diablo Immortal Ingin Refunds Karena Sulit Matchmaking

EA Single Player
EA | Bisnis Live Service Lebih Menguntungkan Dari Game Single Player

Bisnis Live Service Lebih Menguntungkan Dari Game Single Player

Ucapan Wilson memang terdengar meyakinkan, namun statement-nya dengan cepat dilemahkan oleh pernyataan dari sang Direktur Keuangan (CFO) EA, Chris Suh. Yang menyebut bahwa bisnis layanan langsung (Live Service) seperti game multiplayer online, akan lebih menguntungkan, dengan setidaknya meraup lebih dari 70 persen keuntungan dari total bisnis perusahaan.

“Jika kita memikirkan dampak model dan dampak keuangannya, saya pikir hal pertama yang harus selalu diingat adalah bahwa layanan langsung masih mencakup, dalam basis 12 bulan, (atau sekitar) lebih dari 70 persen (pendapatan) bisnis kami.”

“Dan itu telah terbukti, sangat andal, aliran pendapatan yang sangat berulang, dan itu masih akan menjadi pendorong utama dalam P&L (Profit and Loss / laba rugi) jangka panjang kami (EA).”

Suh kemudian menjelaskan lebih lanjut, dengan menyatakan bahwa layanan langsung bisa menjadi bisnis jangka panjang, yang lebih stabil bagi perusahaan.

“Pertumbuhan jangka panjang kami akan terus berinvestasi dalam kinerja yang berkelanjutan dan stabil dari bisnis layanan langsung kami dan akan ada beberapa put and take di sepanjang jalan.”

Sebelumnya, pada awal bulan Juli lalu, akun Twitter resmi Electronic Arts sempat mengunggah cuitan yang dinilai mengejek para pemain game single-player. Dan setelah diselidiki, akun Twitter resmi EA ternyata dipegang oleh pihak ketiga yang tidak bekerja dengan EA. Bahkan, si pengunggah cuitan tidak mengetahui adanya respon negatif yang diakibatkan oleh cuitannya.

Suka dengan artikel ini? Jangan lupa untuk membaca artikel menarik lainnya hanya di Gamefinity.id/

Battlefield 2042 v1.2 Hadirkan Perbaikan Map Kaleidoscope

GAMEFINITY.ID, Bandung – EA DICE tampaknya masih ingin mempertahankan Battlefield 2042! Sejak perilisannya, Battlefield 2042 menuai kritik dari pemain dan penjualannya tidak sesuai ekspektasi. Meski begitu, EA DICE masih berkomitmen untuk memperbaiki Battlefield 2042. Bahkan, Season 1 yang bertajuk Zero Hour itu telah dimulai 9 Juni lalu.

Update untuk v1.2, update midseason-nya, telah menghadirkan beberapa perubahan, salah satunya tentunya bisa mengatasi salah satu keluhan pemain selama ini. Update tersebut sudah tersedia pada 2 Agustus 2022. Kotaku bahkan mengatakan update v1.2 membuat game ini mendekati ekspektasi pemain saat perilisannya.

Perbaikan Map Kaleidoscope

Battlefield 2042 Kaleidoscope map
Map Kaleidoscope di Battlefield 2042

Salah satu perubahan di Battlefield 2042 v1.2 adalah perbaikan map Kaleidoscope. Hal ini menjadi update map pertama yang dikerjakan oleh EA DICE.

Tim EA DICE telah mendengarkan tanggapan pemain tentang map yang dikritik habis-habisan itu. Mereka merevisi map tersebut dengan menambah lebih banyak cover, membuat posisi bendera (flag position) baru, dan menaikkan terrain yang menjamin “lebih banyak kerusakan taktis (tactical destruction)”.

Sebelumnya, pemain menganggap Battlefield 2042 sebagai walking simulator (simulasi berjalan), hal tersebut terlihat dari kebanyakan map-nya. Memang tidak mudah untuk memodifikasi map yang telah dikritik habis-habisan. Setelah map Kaleidoscope, map Renewal diharapkan dapat perbaikan di update season 2.

Baca juga: Battlefield 2042 Hapus Breakthrough 128 Player!

Update Lainnya di Battlefield 2042

Selain perbaikan map Kaleidoscope, Battlefield 2042 juga memperkenalkan perubahan Style and Tone untuk Specialist. Dengan kata lain, terdapat beberapa model karakter yang sudah diperbaharui sesuai dengan estetik latar Battlefield 2042.

Update v1.02 juga menghadirkan laman Player Profile. Di laman tersebut, pemain dapat melihat informasi rank, unlock, rasio kill dan death, accuracy, dan jumlah match yang telah dimainkan. Tenang saja, semua hal tersebut sudah terhitung semenjak peluncuran Battlefield 2042.

Ada juga perubahan dalam senjata seperti RAH-68 Huron dan YG-99 Hannibal 30mm Cannon yang telah dipercepat overheat-nya.

EA DICE berjanji mereka akan memberi informasi untuk update season 2 bulan ini.

Battlefield 2042 tampaknya mulai berjanji untuk mengatasi berbagai keluhan pemain. Apakah keputusan ini menjadi pertanda baik agar pemain mulai menikmatinya?

Nantikan update terbaru dari Battlefield 2042 yang akan hadir season ini di Gamefinity. Dukung juga developer game kesayangan kalian dengan top up  dan membeli voucher game kesayangan kalian dengan harga murah dan prosess yang mudah hanya di Gamefinity.id

Bug di The Sims 4 Picu Sim Ingin Lakukan Incest!

GAMEFINITY.ID, Bandung The Sims 4 telah hadirkan free update pada 26 Juli lalu, dua hari sebelum perilisan expansion pack High School Years. Update tersebut dapat dikatakan sebagai satu lagi major update semenjak The Sims 4 memperkenalkan berbagai fitur baru.

Salah satu fitur barunya adalah wants and fears yang menggantikan sistem whim (wants and fears sebelumnya digunakan di The Sims 2 dengan sistem berbeda). Hadirnya body hair (bulu badan), sexual orientation (yang sayangnya tidak bisa dimatikan), curved wall, dan UI phone baru ikut menemani dalam major update tersebut.

Sayangnya, free update tersebut ikut menghadirkan bug yang menganggu kenyamanan dalam pengalaman gameplay.

Sungguh! Bug di The Sims 4 Picu Sim Ingin Lakukan Incest

Pemain tidak salah membaca judulnya. Benar, salah satu bug yang muncul di free update The Sims 4 ternyata picu sim ingin lakukan hubungan dengan anggota keluarga sendiri, atau lebih tepatnya incest. Hal ini tentunya memicu ketidaknyamanan pemain dalam menikmati The Sims 4 seperti biasa.

The Sims 4 incest want
Contoh screenshot yang menampilkan sim ingin melakukan hubungan incest

Berbagai pemain The Sims 4 mengeluhkan hal ini di berbagai media sosial, terutama Reddit. Contohnya, salah satu dari pemain menunjukkan sim laki-laki buatannya ingin mengencani sim saudari kembarnya. Lebih parahnya lagi, ada sim perempuan elder yang ingin memulai hubungan romantis dengan putranya sendiri!

Menurut beberapa pemain The Sims 4, bug incest ini dipicu oleh munculnya sistem wants and fears. Parahnya, melakukan hubungan incest menjadi salah satu wants yang ingin dilakukan sim.

Baca juga: The Sims 4 Ungkap Expansion Pack Bertema Masa SMA

Sim Alami Rapid Aging!

Bukan hanya bug yang picu keinginan sim untuk lakukan hubungan incest, pemain juga mengeluhkan sim mereka mengalami rapid aging dalam beberapa menit. Berarti sim dapat tumbuh menjadi lebih tua dan cepat mengalami death. Toddlers menjadi teens terlalu cepat, adult menjadi elder tidak seperti seharusnya, dan elder langsung mati sebelum waktunya.

Bug ini hanya terjadi saat pemain telah menge-set long lifespan pada options. Tentu saja ini satu lagi keluhan menganggu bagi pemain The Sims 4 yang telah bersusah payah menikmati sim-nya tumbuh secara perlahan.

Ini Tanggapan Tim Pengembang!

The Sims 4 bug fixes in work
Dikonfirmasi melalui home screen The Sims 4, bug fixes sedang dalam pengerjaan

Tim pengembang telah memperhatikan keluhan tentang bug incest dan rapid aging dan tengah menyelidikinya. Mereka juga memastikan mereka sedang mengerjakan untuk membasmi kedua bug tersebut di bug fix yang sama. Hal ini menjadi konfirmasi bahwa incest bukan menjadi fitur resmi The Sims 4.

Khusus mengatasi rapid aging, untuk sementara, akun Twitter resmi The Sims 4 merekomendasikan agar pemain menge-set lifespan menjadi normal di options.

Ini menjadi satu lagi kabar buruk bagi pemain The Sims 4. Akhir-akhir ini, baik itu update atau DLC di The Sims 4 muncul dengan berbagai bug bertebaran. Contohnya, game pack The Sims 4: My Wedding Stories muncul dengan banyak bug saat perilisannya. Semoga EA dan Maxis dapat mengatasi bug ini secepatnya.

Kabar update terbaru tentang The Sims hadir di Gamefinity. Dukung terus game kesayangan kalian dengan cara top up dan voucher game kesayangan kalian dengan proses mudah dan harga yang murah hanya di Gamefinity.id.