GAMEFINITY.ID, Kota Batu – Electronic Arts atau biasa dikenal dengan EA merupakan sebuah pengembang dan penerbit game yang sudah terkenal namanya. Beberapa game terbesarnya diantaranya adalah FIFA dan Apex Legend.
Namun, dibalik kesuksesan yang diraih EA hingga saat ini, terdapat beberapa kisah kelam. Kisah tersebut berasal dari para pengembang yang dibeli sahamnya oleh EA.
Bukan hanya satu atau dua, melainkan ada belasan perusahaan game developer yang ditutup oleh EA setelah dibeli. Penyebabnya, tidak lain dan tidak bukan adalah uang. Bahkan, lebih parahnya lagi, IP atau intellectual property milik pengembang juga dieksploitasi oleh EA demi keuntungan.
EA dan Identitasnya Sebagai Pemilik “EA Graveyard”
EA Graveyard, merupakan sebuah istilah bagi developer yang ditutup ataupun digabung dengan studio lain atas keputusan EA.
Di dalam sejarahnya, EA memulai rantai penutupannya pada tahun 2001. Saat itu mereka menutup Bullfrog Production, pengembang yang mengembangkan game Dungeon Keeper dan Populous. Nasib Bullfrog Production adalah meleburnya perusahaan tersebut dengan EA UK.
Setelah kejadian tersebut, EA kembali melakukan hal yang sama. Mereka membeli sebuah perusahaan pengembang game, menjual IP milik mereka, lalu menutupnya.
Setelah Bullfrog Production, korban selanjutnya adalah Westwood Studios yang menciptakan game Command & Conquer. Meskipun EA membeli mereka pada tahun 1998, lima tahun kemudian EA tidak segan untuk menutupnya, tepatnya pada tahun 2003.
Maxis Studio, pencipta The Sims dan SimCity yang sekarang telah dirubah menjadi perusahaan lain dengan nama yang sama. Black Box Studio yang membesut franchise Need for Speed pada akhirnya juga ditutup. Sementara itu, seri Need for Speed dipindah menjadi proyek milik Criterion Games.
Dreamworks Interactive, yang diubah namanya menjadi EA Los Angeles, lalu diubah lagi menjadi Danger Close Game juga ditutup. Mereka adalah dalan dibalik masa kejayaan seri Medal of Honor. Dan tentunya masih banyak lagi contoh lainnya seperti Headgate Studio, Origin Systems, Mythic Entertainment, dan Phenomic Game Development.
Bahkan, EA berani untuk menutup salah satu studio buatannya sendiri, yaitu Visceral Game yang terkenal dengan Dead Space miliknya. Alasannya juga dapat terbilang klasik.
Baca Juga: Final Fantasy 16 Dianggap Sulit Diadaptasi
EA dengan Konsep dan Strategi yang Sama
Seluruh penutupan studio di atas memiliki satu alasan yang sama, yaitu gagalnya mereka dalam memenuhi ekspektasi EA. Kita ambil contoh dengan 2 studio yang masing-masing memiliki seri game terkenalnya sendiri. Dua studio tersebut adalah Black Box Games dengan Need for Speed dan DreamWorks Interactive dengan Medal of Honor. Penutupan kedua studio tersebut dikarenakan berkurangnya peminat dari game masing-masing studio.
Black Box Games tidak dapat menaikkan hype dari NFS setelah mereka merilis NFS MW di tahun 2005. Sementara itu DreamWorks Interactive juga tidak dapat menaikkan hype dari Medal of Honor untuk bersaing dengan Call of Duty. Pada saat itu, EA sudah memiliki penggantinya, yaitu seri Battlefield. Alhasil, Medal of Honor terakhir yang dibuat adalah MoH Warfighter di tahun 2012.
Dengan skema yang sama, mereka menunjukkan bahwa EA tidak segan untuk menutup studio yang tidak menghasilkan keuntungan bagi mereka.
Dalam hal ini, EA juga tidak segan memindahkan IP suatu studio yang telah ditutup ke studio lainnya. Contohnya Need for Speed milik Black Box Games yang diserahkan pada Criterion Game untuk mengurusnya. Padahal EA baru saja menutup produksi seri Burnout milik mereka yang dinilai kurang dapat bersaing.
Baca Juga: Review Hot Lap League: Trackmania Versi Mobile
Skema EA yang dapat disimpulkan hingga saat ini hanya satu. Yaitu, mereka membeli sebuah studio pengembang game untuk diambil IP milik mereka, dan meminta mereka membuat game tersebut dengan gendongan nama EA. Bila gagal studio tersebut akan ditutup. Dan bila IP milik mereka masih memiliki potensi, EA akan memindahkannya ke studio lainnya.
Hal yang sama namun berbeda juga terjadi pada Visceral Game. Berbeda dengan yang lain, Visceral Games merupakan sebuah studio yang memang dibesut EA sendiri. Penutupannya pun ditandai dengan gagalnya Dead Space 3, franchise game milik mereka yang paling sukses, di pasaran.
Apakah Mereka Masih Tetap Sama?
Jawabannya adalah iya dan tidak. EA sampai saat ini masih mempunyai skema yang sama, yaitu membeli studio beserta IP milik mereka untuk dipasarkan.
Saat ini masih banyak pengembang studio berbakat yang ada di bawah naungan EA. Contohnya adalah DICE, PopCap Games, Respawn Entertainment, dan yang terbaru adalah Codemasters yang khas dengan game official F1 milik mereka.