Tag Archives: Game

Handheld Console vs Smartphone

GAMEFINITY.ID, Kota Batu – Handheld Console, salah satu teknologi yang memungkinkan seseorang untuk bermain game dengan praktis dan dapat dibawa dimana saja.

Sebuah teknologi revolusioner yang pada saat keemasannya menjadi salah satu hal yang diidam-idamkan oleh para gamers.

Namun, keberadaan Handheld Console saat ini dapat dikatakan memiliki saingan dalam urusan dapat memainkan game dimana saja.

Ya, keberadaan smartphone akhir-akhir ini dapat mempunyai posisi yang berpengaruh di industri game. Bahkan, beberapa developer pun akhirnya memutuskan turun di ranah mobile gaming.

Lalu, apa yang membuat persaingan ini dapat dikatakan adil dan tidak adil di waktu yang bersamaan?

Sejarah Handheld dan Mobile Gaming

Handheld

Handheld vs Smarthpone Steam Deck | PCWorld
Gambar dari Steam Deck | PCWorld

Disini saya tidak akan membahas terlalu dalam tentang sejarah handheld console. Saya sudah pernah membahas sejarah ditemukannya Handheld di artikel khusus.

Tujuan dari diciptakannya handheld console adalah dapat dibawa kemana saja. Ketika konsol biasa hanya dapat digunakan dengan TV atau layar.

Begitulah yang ditemukan oleh Gunpei Yokoi sebagai seorang karyawan Nintendo pada saat itu.

Perkembangan handheld hingga saat ini juga tidak lepas dari konsep yang digagas oleh Gunpei Yokoi tersebut. Bahkan, saat ini ada beberapa Hybrid Console yang dapat berfungsi sebagai konsol biasa dan handheld console.

Hanheld console sendiri mengalami kesuksesan atau masa emas pada tahun 1980-an ketika Game Boy hadir dan di tahun 2000-an saat masa Nintendo DS.

Baca Juga: Nintendo dan Revolusi Handheld Console

Mobile Gaming di Smartphone

Handheld vs Smartphone Nubia Red Magic | DroidLime
Gambar dari Nubia Red Magic 6 | DroidLime

Smartphone yang kita kenal saat ini dengan layar touch screen dan platform Android serta iOS sendiri mulai booming di awal tahun 2010-an. Memang pada saat awal ssmartphone hadir di pasaran, belum banyak yang tertarik dengan pasarnya.

Angry Birds merupakan salah satu game yang mulai masuk ke pasar mobile mulai dari awal. Angry Birds sendiri dinilai juga berpengaruh besar terhadap keberadaan in-app purchase saat ini.

Di tahun 2012, lahirlah sebuah game legendaris yang hingga saat ini, komunitas dan game-nya masih berjalan dengan lancar dan baik, Clash of Clans.

Tahun yang sama, terdapat juga salah satu game legendaris, Subway Surfer yang rilis sebagai game endless run yang pada tahun sebelumnya rilis terlebih dahulu Temple Run.

Sejak saat itu, pasar mobile gaming mulai dikenal oleh dunia hingga menjadi seperti yang saat ini.

Handheld dan Smartphone dan Sebuah Ketidakadilan

Handheld console dan smartphone menawarkan hal yang sama, yaitu dapat memainkan sebuah game dimanapun dan kapanpun asal ada baterainya.

Namun, perbandingan ini sesuai dengan yang saya katakan sebelumnya, dapat dikatakan sebagai adil tak adil.

Alasannya adalah kedua device tersebut memiliki tujuan yang berbeda.

Tujuan awal dari handheld adalah bagaimana seseorang dapat memainkan game dimanapun dan kapanpun.

Sementara, smartphone digunakan sebagai alat yang membantu hal sehari-hari dalam menjaga komunikasi antara satu sama lain dari jarak jauh. Namun, fungsinya saja yang melebar.

Meskipun ada beberapa smartphone yang memang dirilis untuk bermain game seperti Nubia Red Magic, Black Shark, dan RoG Phone. Tetap saja, hal tersebut tidak dapat merubah tujuan awal smartphone.

Baca Juga: PlayStation Kembali Gelar Ramadan Deals! Game PS4 dan PS5 Diskon Hingga 44%

Sebuah Persaingan

Ketika ketidakadilan perbandingan sudah dibahas, lalu apa yang menjadikan smartphone dapat dibandingkan dengan handheld pada saat ini?

Kita mulai dari keadaan pasar. Pada tahun 2021 kemarin, berdasarkan data pada website Venturebeat, game pada mobile gaming menguasai pasar sebanyak 52% (gabungan smartphone dan tablet) sementara konsol hanya memiliki 28% pasar (bukan hanya handheld, namun juga konsol biasa).

Berterimakasihlah dengan game mobile yang ramai diperbincangkan seperti Free Fire dan Mobile Legends serta game seperti King of Glory di Cina. Pasar game mobile berkembang pesat.

Ditambah lagi faktor orang-orang yang lebih banyak mempunyai smartphone daripada handheld console. Karena smartphone sendiri dapat berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti mobile banking dan ojek online.

Apalagi dengan perkembangan teknologi pada smartphone yang menurut pendapat saya “menggila”. Setiap tahun pasti ada perkembangan signifikan dari spesifikasi smartphone.

Yang bahkan pada saat ini juga telah ada smartphone yang dikhususkan untuk bermain game seperti yang saya sebutkan sebelumnya. Hal ini tentu saja membuat pasar smartphone lebih melebarkan sayapnya.

Berbanding terbalik dengan mobile gaming, handheld console sendiri memiliki perkembangan yang relatif lebih lambat.

Namun, yang terbaru seperti Steam Deck, sekalinya rilis rasanya seperti di luar kata masuk akal. Meski terlihat remeh dan masih perlu penegmbangan lanjutan, performa yang ditawarkan oleh Steam Deck bukanlah main-main.

Steam Deck sendiri mampu menjalankan The Witcher III di setting grafis yang tinggi dengan sangat lancar.

Dan juga jangan lupakan Nintendo Switch yang dapat menjalankan game yang tidak dapat dimainkan di smartphone karena keterbatasan spesifikasi.

Ya, perkembangan handheld console bila dibandingkan per generasi juga sebenarnya sangat cepat.

Kesimpulan

Dari yang saya katakan di atas, saya dapat menyimpulkan seperti berikut.

Smartphone dan Handheld Console sama-sama memiliki potensi yang besar, smartphone didukung oleh luasnya pasar sementara handheld console didukung oleh performa yang lebih tinggi dengan pasar yang berbeda.

Meskipun smartphone memiliki tujuan awal yang berbeda, nyatanya saat ini dapat bersaing di ranah game dunia dengan dominasi game online miliknya.

Sementara handheld console yang terkesan mulai hilang, sebenarnya memiliki potensi kuat di masa depan dengan kelebihannya. Performa tinggi yang ditingkatkan setiap generasi, dan juga yang memang didedikasikannya device ini sebagai alat untuk bermain game menjadi senjatanya.

Game Lokal Faerie Afterlight Siap Rilis Tahun Ini

GAMEFINITY.ID, PATI – Beberapa tahun terakhir ini developer – developer game lokal semakin berkembang. Game – game yang dihasilkan pun juga beragam. Tidak hanya horror, mereka juga telah mencoba bermacam genre seperti puzzle, platformer, hingga story-driven. Salah satu developer lokal, Clay Game Studio siap merilis game baru mereka bergaya metroidvania. Genre yang belum begitu populer di Indonesia. Faerie Afterlight namanya, game yang sudah diumumkan sejak 2020 lalu pun akhirnya rilis pada akhir tahun 2022 ini.

Petualangan Menyelamatkan Dunia

Dalam Faerie Afterlight, kita akan berperan sebagai Kimo, makhluk kesepian dari dunia bawah, bersama dengan Wispy, sesosok peri muda. Pasangan ini harus menjelajahi dunia Lumina yang sedang berada diambang kehancuran. Tujuan mereka mengumpulkan berkas cahaya yang hilang demi menyelamatkan dunia dari kegelapan yang tak berujung.

Faerie Afterlight
Faerie Afterlight | Source: Steam

Perjalanan mereka berdua tentu tidaklah muda. Selama menjelajahi Lumina mereka diharuskan menghadapi musuh – musuh yang menakutkan. Menemukan tempat – tempat tak terduga, serta sekutu yang membantu mereka. Seperti halnya game metroidvania pada umumnya, Faerie Afterlight akan berfokus pada eksplorasi wilayah serta kunjungan berulang kali.

Faerie Afterlight
Faerie Afterlight | Source: Steam

Visual, Story, hingga Sountrack yang Memukau

Faerie Afterlight menawarkan visual layaknya negeri dongeng namun bernuansa modern. Selain unsur platformernya yang mengharuskan pemain loncat sana sini dan menghindari segala rintangan, Faerie Afterlight juga akan memberikan cerita yang kaya. Soundtrack yang memukau pun akan membuat seolah pemain masuk dan merasakan betapa sedihnya dunia Lumina.

Faerie Afterlight
Faerie Afterlight | Source: Steam

Pemain akan menghadapi musuh – musuh besar yang nantinya juga dapat dijadikan rekan selama perjalanan. Dalam eksplorasinya, terdapat beragam rahasia pada setiap sisi – sisi dunia Lumina seperti pintu rahasia, sudut rahasia yang tertutup oleh gelapnya hutan, birunya laut dan reruntuhan.

Baca Juga : Game Lokal Divination Akan Segera Hadir di Konsol

Faerie Afterlight
Faerie Afterlight | Source: Steam

“Clay Game Studio telah melakukan hal yang mustahil dan mendedikasikan penuh kehidupan mereka ke dalam game puzzle platformer,” ucap Bill Swartz, CEO Mastiff selaku publisher dari Faerie Afterlight. “Faerie Afterlight tidak hanya menampilkan dunia yang menakjubkan dan indah yang dipehuni dengan momen – momen nyata, namun juga mengharuskan player dalam menekan tombol yang tepat dari melompat hingga mengendalikan musuh.”

Untuk tanggal rilis pastinya masih belum diumumkan. Namun sudah dikonfirmasi bahwa Faerie Afterlight akan tersedia di Steam.

Niantic Umumkan Game AR Baru Berjudul Peridot

GAMEFINITY.ID Kutai Kartanegara – Setelah sukses dengan game Pokémon Go, Developer game AR Niantic membagikan proyek baru mereka yang diberi nama Peridot.

Game baru ini adalah game Virtual Pet ala Tamagotchi untuk platform Mobile, dengan teknologi Augmented Reality layaknya game Pokémon Go. Jadi pemain akan lebih banyak meluangkan waktu untuk merawat Pet, daripada menangkap mereka di luar ruangan.

Dikutip dari laman web Polygon, Ziah Fogel selaku Produser Senior di Niantic mengatakan bahwa dalam game ini, pemain akan menerima seekor magical beast yang disebut sebagai Peridots. Yang mana setiap Peridots ini nanti akan “100% unique and 100% yours,”, Dengan berbagai macam penampilan, kepribadian, hingga kemampuan mereka.

Nantinya, pemain akan merawat para Peridots dari kecil hingga dewasa, lalu mengembang biakkannya untuk melahirkan generasi Peridots dengan petualangan baru mereka.

Baca Juga: YouTuber Ini Berhasil Memasang Kartu GPU Desktop Ke Perangkat Steam Deck

Credits: Niantic

Virtual Pet Yang Unik

Sebagaimana dalam teaser videonya, Peridots hadir dalam berbagai macam bentuk, ukuran, pola, dan warna. Menurut Niantic, desain dari para Peridots merupakan campuran aset buatan tangan dan generasi prosedural. Dimana beberapa Peridots ada yang terinspirasi dari makhluk mitologi seperti unicorn, hingga hewan di dunia nyata seperti burung merak, kelinci atau bahkan ikan badut.

Selain desain yang terinspirasi dari hewan-hewan di dunia nyata, masih ada beberapa tipe Peridot lain yang kurang jelas terungkap. Seperti konsep dari glitter, jester, metallic, hingga kintsugi (seni Jepang dalam memperbaiki tembikar yang rusak). Sementara untuk pengembang biakannya, Peridot nanti akan dijodohkan oleh pengguna dengan Peridot lain. Dan melalui sistem yang dipolakan layaknya DNA di dunia nyata, perjodohan ini nanti akan melahirkan keturunan Peridot jenis baru yang juga akan memiliki karakteristik unik.

Seperti game AR Niantic lainnya, Peridot akan sangat menekankan pada penjelajahan di dunia nyata. Selain itu, perawatan harian Peridot juga akan sangat penting untuk kebahagiaan dan kelangsungan hidupnya. Dimana pemain dapat merawat Peridot dengan memberinya makan, hingga mengajaknya bermain di dunia luar.

Dan yang tak kalah menarik, para Peridot ini juga memiliki “keinginan”, artinya pemain mungkin harus mengajaknya jalan-jalan di area baru, serta memberi mereka makan dengan makanan tertentu, atau mengunjungi tempat menarik terdekat untuk membuatnya bahagia.

Suka dengan artikel ini?

Jangan lupa untuk membaca artikel menarik lainnya hanya di https://gamefinity.id/

Sony Akan Akuisisi Kojima Production

GAMEFINITY.ID, PATI – Akhir – akhir ini Sony sedang gencar – gencarnya mengakuisisi beberapa studio developer untuk bergabung menjadi first-party Sony Playstation Studio. Sebelumnya Sony telah mengakuisisi Bungie, developer dari Destiny senilai 3,6 miliar USD. Tahun lalu, Sony juga membeli Housemarque dan Bluepoint yang mana masing – masing merupakan developer dari game Returnal dan Demon Souls Remake. Lalu melihat kebelakang lagi, Sony juga telah mengeluarkan dana sebesar 229 juta USD untuk membawa Insomniac, studio dibalik kesuksesan Marvel Spider-Man dan Ratchet and Clank ke dalam first-party studio mereka.

Kemunculan Rumor Sony Akuisisi Kojima Production

Melihat apa yang telah dilakukan Sony akhir – akhir ini, muncul rumor bahwa Kojima Production akan diakuisisi Sony. Rumor ini muncul ketika Sony mengubah banner resmi pada situs Playstation Studio.

Sony
Source : Sony Playstation Studio

Terlihat Death Stranding yang merupakan game karya Kojima Production masuk ke dalam barisan game – game first-party dari Playstation Studio. Hal ini menguatkan akan rumor akuisisi Kojima Production oleh Sony.

Berbeda dengan Microsoft yang langsung secara besar – besaran membeli studio – studio besar sekelas Blizzard dan Activision, Sony sepertinya lebih selektif dalam membeli studio developer. Jika dilihat dari studio – studio yang telah diakuisisi oleh Sony, sepertinya mereka memilih studio – studio yang telah berbagi kesuksesan bersama Sony Playstation Studio.

Baca Juga: Epic Games Menerima Investasi 1 Miliar USD dari Sony

Kesuksesan Kojima Production

Death Stranding karya Kojima Production sendiri sempat menjadi game eksklusif Playstation selama beberapa waktu sebelum akhirnya dirilis ke PC. Pada perilisan perdananya, Death stranding sempat mendapatkan beragam respon dari para gamer. Ada yang merasa kalau gamesnya monoton dan membosankan. Di sisi lain ada juga yang beranggapan bahwa gamenya sangat inovatif, fun dan bahkan dikatakan bahwa death stranding telah menciptakan genre game baru. Terlepas dari review campuran yang diberikan oleh para gamer, tidak dapat dipungkiri bahwa Death Stranding merupakan game yang sangat sukses.

Sayangnya beberapa saat setelah rumor ini tersebar, Hideo Kojima selaku pendiri dari Kojima Production memberikan klarifikasi mengenai rumor ini melalui akun twitternya. Kojima menegaskan bahwa Kojima Production akan terus menjadi studio independent.

Sebagai fans, mari kita hormati segala keputusan yang diambil oleh Hideo Kojima, dan berharap mereka segera mengumumkan game terbaru mereka.

 

Epic Games Menerima Investasi 1 Miliar USD dari Sony

GAMEFINITY.ID, PATI – Lagi – lagi berita baik datang dari Epic Games setelah beberapa hari lalu merilis Unreal Engine 5 yang memamerkan 3D rendering engine yang powerful melalui demo games The Matrix Awakens. Berita tersebut mengenai Sony yang melakukan investasi ke Epic Games dengan nilai yang sangat besar.

Pada tanggal 11 April 2022, Epic Games mengumumkan telah menerima suntikan dana sebesar satu miliar USD dari Sony Group Corporation untuk pengembangan metaverse dan kerjasama jangka panjang. Sebelumnya Sony Group Corporation juga sempat menginvestasikan $450 juta di Epic Games tahun lalu.

Pendapat Sony Mengenai Kerja Sama dengan Epic Games

Epic Games
Source : Epic Games Store

Berdasarkan informasi yang termuat pada situs resmi Epic games, “Sebagai creative entertainment company, kami sangat senang berinvestasi di Epic sebagai bentuk memperdalam hubungan kami dalam pengembangan metaverse, tempat di mana pencipta dan pengguna saling berbagi waktu” ucap Kenichiro Yoshida, CEO Sony Group Corporation. President dari CEO Sony Group Corporation ini juga mengatakan bahwa mereka yakin dengan Epic Games, termasuk dengan game engine mereka yang dikombinasikan dengan teknologi Sony nantinya akan mempercepat pengembangan metaverse.

Kerja Sama Lain Bersama KIRKBI, Induk Perusahaan LEGO

Epic Games
LEGO Star Wars: The Skywalker Saga | source : Steam

Tidak hanya Sony Group Corporation, Perusahaan induk dari LEGO Group yaitu KIRKBI juga ikut mengivestasikan satu miliar USD beberapa hari setelah pengumuman kerja sama mereka pada tanggal 7 April kemarin.

Menurut Søren Thorup Sørensen, CEO dari KIRKBI berpendapat bahwa Epic Games dikenal karena membangun pengalaman yang menyenangkan dan kreatif serta memberdayakan kreator besar dan kecil. “Sebagian dari investasi ini nantinya akan difokuskan pada tren yang akan berdampak pada dunia di masa depan. Investasi ini sekaligus akan mempercepat kertelibatan kami di dunia digital games, dan kami senang berinvestasi di Epic Games untuk mendukung perjalanan pertumbuhan mereka yang berkelanjutan, dengan fokus jangka panjang menuju metaverse masa depan.”ujar Søren Thorup Sørensen.

Harapan Epic Games

“Saat kami membayangkan kembali masa depan hiburan dan games, kami membutuhkan mitra yang memiliki visi yang sama dengan kami. Kami telah menemukan ini dalam kerja sama kami dengan Sony dan KIRKBI”, kata Tim Sweeney, CEO sekaligus Pendiri Epic Games. Tim Sweeney juga menambahkan bahwa investasi ini akan mempercepat pekerjaan mereka dalam membangun metaverse dan menciptakan ruang di mana para pemain dapat bersenang – senang dengan teman, membangun pengalaman kreatis dan imersif, serta membangun bermacam komunitas.

Dengan ini, Epic Games telah menerima dana sebesar $ 31,5 miliar. Nilai yang sangat tinggi untuk membangun metaverse yang diidam – idamkan oleh banyak orang.

Industri Game China Kembali Bangkit Setelah Pembekuan

GAMEFINITY.ID Kutai Kartanegara – Setelah pembekuan lisensi selama lebih dari delapan bulan, akhirnya pihak Administrasi Pers dan Publikasi Nasional (NPPA) China telah memulai kembali perizinan bagi para developer lokal untuk merilis game mereka.

Sebagaimana yang telah dilaporkan oleh laman web Bloomberg, NPPA telah merilis 45 judul game baru pada hari Senin waktu setempat. Perilisan batch judul ini merupakan perilisan pertama, sejak perilisan batch terakhir pada bulan Juli tahun lalu.

Meski kabar ini menjadi angin segar untuk industri game di China, penerimaan judul game ini masih tergolong terlambat. Hal ini dikarenakan selama pembekuan kemarin, sudah ada lebih dari 14.000 perusahaan lokal yang batal untuk mendaftarkan game buatan mereka.

Dari 45 judul game yang diterima, lima diantaranya merupakan game PC, satu game Nintendo Switch, dan sisanya adalah game untuk platform Mobile.

Sejauh ini, 45 lisensi yang telah diberikan masih merupakan persentase kecil dari jumlah total game yang diizinkan oleh NPPA, dimana ada sekitar 1.200 lisensi game yang diberikan untuk setiap tahunnya. Peraturan ketat ini tentu telah membuat pengembangan game China menjadi sangat kompetitif, yang kemudian membuat beberapa perusahaan harus memasuki pasar gamer premium demi mendapatkan izin perilisan.

Baca juga: Sejumlah Game Klasik PlayStation Dinyatakan Kedaluwarsa Di Konsol PS3 Dan PS Vita

Pembekuan Lisensi Game Oleh Administrasi Pers dan Publikasi Nasional China

Pada awalnya, tindakan keras Beijing terhadap teknologi ini hanya menjerat sektor dari e-commerce, fintech, hingga sektor pendidikan online. Yang kemudian menyebar ke game online pada bulan Agustus, ketika regulator memperkenalkan langkah-langkah ketat yang memberikan batasan waktu bermain untuk anak di bawah umur. Bahkan pihak Regulator juga memberlakukan persyaratan baru yang bertujuan untuk membatasi kecanduan game online.

Selain itu, Pengawas media juga telah meninjau judul-judul baru untuk menentukan apakah mereka memenuhi kriteria yang lebih ketat seputar konten dan perlindungan anak, yang mana pengetatan ini kemudian memperlambat peluncuran konten-konten baru milik media massa di China.

Efek pengetatan ini tentu berdampak pada beberapa perusahaan raksasa game di China, Tencent dan NetEase misalnya, dimana mereka telah kehilangan nilai saham senilai US$60 miliar. Itu delapan kali nilai perusahaan Bethesda, atau hampir seluruh saham milik Activision Blizzard.

Credits: Bloomberg

Dengan adanya penerimaan judul game baru sejak Juli tahun lalu, sejumlah saham Netease dan Bilibili dilaporkan melonjak pada penutupan perdagangan pasar saham kemarin.

Suka dengan artikel ini?

Jangan lupa untuk membaca artikel menarik lainnya hanya di https://gamefinity.id/