GAMEFINITY.ID, Bandung – Metal Gear dan zombie? Saat konsep itu akan terjadi dalam bentuk Metal Gear Survive, penggemar langsung mengecapnya sebagai ide buruk. Pasalnya, Metal Gear sudah identik dengan politik dan espionage, bukan zombie.
Metal Gear Survive sendiri telah dirilis 20 Februari 2018 di PC, PlayStation 4, dan Xbox One. Mulai dari pengumuman hingga perilisan, game ini telah mendapat berbagai backlash, terutama terkait dengan keputusan bisnis Konami sendiri.
Berawal dari Hengkangnya Hideo Kojima
Penggemar game besutan Konami, termasuk seri Metal Gear, tentu tidak asing lagi dengan Hideo Kojima. Kojima sendiri telah bergabung dengan Konami pada 1986. Satu tahun kemudian, ia memimpin pengembangan game Metal Gear pertama yang rilis pada 1987. Sejak saat itu, Metal Gear menjadi salah satu seri game tersukses Konami.
Kojima kemudian memproduseri setiap seri Metal Gear, termasuk entri Metal Gear Solid. Tetapi pada 2013, ia mengumumkan akan hengkang dari Konami setelah selesai mengembangkan Metal Gear Solid V: The Phantom Pain. Ia telah berkali-kali menyebutkan rencana itu, tetapi tidak seperti sebelumnya, ia tampak serius. Konami kemudian menghapus namanya dari promosi game itu. Lebih buruk lagi, Silent Hills, game horor besutannya, juga dibatalkan.
Pada 2015, Konami melakukan restrukturisasi besar-besaran dan mulai berfokus pada game mobile. Perubahan ini telah memicu kontroversi tidak hanya di dalam perusahaan, tetapi juga penggemar game besutannya.
Begitu Kojima Productions diumumkan sebagai Developer of the Year di The Game Awards 2015, Kojima dikabarkan dilarang hadir atas tuntutan Konami. Alhasil, Kiefer Sutherland, pemeran Snake di Metal Gear Solid V: The Phantom Pain, mewakilinya dalam menerima penghargaan itu. Kejadian ini memicu hujatan penggemar terhadap Konami.
Sampai saat ini, hengkangnya Kojima dari Konami masih saja memicu kontroversi. Sayangnya, kejadian itu bukanlah akhir penderitaan penggemar seri Metal Gear.
Trailer Metal Gear Survive Terungkap, Langsung Panen Dislike
Konami kemudian merilis trailer gameMetal Gear Survive, entri Metal Gear selanjutnya. Sayangnya, penggemar beramai-ramai menghujat pengumuman tersebut. Kotaku mencatat trailer itu sudah mengumpulkan seribu like, dan 14 ribu dislike pada 19 September 2016.
Komentar dari penggemar pun beragam. Mulai dari menyatakan Metal Gear dan zombie tidak cocok hingga sampai menghujat keputusan Konami pada saat itu. Banyak dari penggemar merasa bahwa Metal Gear Survive telah mencemar nama baik seri Metal Gear.
Bahkan Kojima sendiri telah berkata Metal Gear dengan zombie akan menjadi hal aneh. Ia memutuskan untuk menjauh dari game besutan Konami itu dan berfokus pada Death Stranding.
Tanggapan Beragam Dari Kritikus, Masih Dibenci Pemain
Setelah rilis pada 20 Februari 2018, Metal Gear Survive mendapat respon beragam dari berbagai kritikus. Beberapa dari mereka berkata Metal Gear Survive secara mengejutkan cukup menyenangkan, beberapa lagi menganggap cerita dan karakternya hambar.
Tidak seperti kritikus, pemain masih menghujat Metal Gear Survive saat perilisannya. Banyak dari mereka menganggap game tersebut hanya mengikuti tren zombie dalam game, ditambah lagi microtransaction yang membuat frustrasi. Alhasil, Metal Gear Survive bukan lagi game stealth, genre yang menjadi ciri khas seri Metal Gear.
Penjualan Metal Gear Survive Mengecewakan, Sampai Tidak Masuk Laporan Keuangan Konami!
Dilansir dari VGChartz, Metal Gear Survive berhasil terjual sebanyak 103 ribu unit pada minggu pertama rilis. Setelah itu, Konami sama sekali tidak pernah menyebutkan total penjualan Metal Gear Survive dalam setiap laporan keuangannya. Hal ini mengejutkan mengingat mereka selalu menyebut entri Metal Gear dan game lain besutannya. Oleh karena itu, dipercaya bahwa Metal Gear Survive telah gagal di pasaran.
Metal Gear Survive menjadi titik rendah keserakahan Konami. Mereka telah memanfaatkan nama Metal Gear untuk membuat game zombie demi meraup keuntungan. Terlebih, kontroversi di balik hengkangnya Kojima juga masih menjadi pemicu kebencian penggemar.
Dengan backlash yang sudah terjadi separah ini, bisakah Konami kembali menarik para penggemarnya?
GAMEFINITY.ID, Bandung – Xbox and Bethesda Games Showcase 2022 menjadi satu lagi acara yang dinanti pemain. Apalagi setelah E3 tahun ini dibatalkan, pihak Xbox tetap ingin mengumumkan berbagai game yang akan datang. Acara berdurasi 90 menit itu telah di-live stream pada Senin, 13 Juni 2022 pukul 00:00 WIB.
Bukan hanya game besutan Xbox dan Bethesda, berbagai game dari studio third party juga menghiasi acara ini. Terdapat lebih dari 30 game yang diumumkan selama Xbox and Bethesda Showcase 2022, jumlah itu sangat banyak. Ditambah lagi, semua game yang telah diumumkan itu akan rilis dalam 12 bulan ke depan. Kalau itu masih belum cukup, hampir semua game tersebut juga akan masuk Game Pass.
Karena terdapat lebih 30 game yang diumumkan selama acara berlangsung, tidak semuanya bisa dirangkum. Berikut adalah 10 game besar di Xbox dan Bethesda Games Showcase 2022.
Redfall (Eksklusif di Xbox dan PC)
Xbox and Bethesda Games Showcase 2022 dibuka dengan cuplikan gameplay Redfall. Dibesut oleh Arkane Studios, Redfall merupakan game first person vampire shooter. Cuplikan gameplay berdurasi lima menit itu mempertunjukkan berbagai cara untuk membasmi vampire.
Keempat karakter utama dan juga ability unik masing-masing juga diperkenalkan, yaitu Layla, Jacob, Remi, dan Devinder. Aksi Layla terlebih dahulu dipertunjukkan dalam cuplikan gameplay single-player, di mana ia bertarung melawan para vampire di sebuah basement gereja. Ketiga karakter lain juga tampil untuk mempertunjukkan cara kerja mode co-op.
Trailer tersebut juga memperkenalkan latar tempat Redfall, Massachusetts. Setelah kemunculan vampire, penduduknya mulai menghilang satu per satu. Penduduk entah menjadi mangsa vampire atau menjadi anggota cult yang ingin diperbudak. Kini, keempat karakter utama bertujuan untuk bertahan hidup melawan vampire dan bahkan sesama manusia.
Redfall siap menghantui pada awal 2023 di Xbox Series X|S dan PC. Pelanggan Game Pass juga dapat menikmati Redfall gratis saat hari rilis.
Sekuel dari Hollow Knights menjadi game selanjutnya yang dipertunjukkan setelah Redfall. Berjudul Hollow Knights: Silksong, game besutan Team Cherry ini pertama kali diumumkan pada 2019.
Pemain akan berperan sebagai Hornet, salah satu karakter terfavorit dari pendahulunya. Dari trailer berdurasi satu menit, pemain sudah melihat aksi Hornet berhadapan melawan musuh dan melintasi berbagai rintangan lengkap dengan gameplay khas genre Metroidvania.
Hollow Knights: Silksong akan tersedia di PC dan Xbox Series X|S. Belum ada pengumuman kapan sekuel Hollow Knights itu akan rilis. Kabar baiknya, Hollow Kinghts: Silksong juga akan tersedia gratis khusus pelanggan Game Pass saat rilis.
A Plague Tale: Requiem
Dari Focus Entertainment dan Asobo Studio, A Plague Tale: Requiem merupakan sekuel dari A Plague Tale: Innnocence yang rilis 2019 lalu. Masih menghadapi wabah tikus, tokoh utama Amecia dan Hugo mencoba untuk memulai kembali kehidupan mereka di lokasi baru. Pada saat yang sama, Hugo juga memiliki sebuah kekuatan mengendalikan sekelompok tikus.
Trailer gameplay juga mempertunjukkan keduanya masih berada dalam masalah setelah akhir cerita pendahulunya. Pemain juga ditunjukkan Amecia menyelinap dan menggunakan senjata menghadapi para musuhnya.
A Plague Tale: Requiem siap meluncur 2022 di PC dan Xbox Series X|S. Pelanggan Game Pass juga dapat memainkannya gratis saat rilis nanti.
Forza Motorsport (Eksklusif di Xbox dan PC)
Bukan Forza Motorsport 8, melainkan hanya Forza Motorsport. Entri terbaru Forza Motorsport ini digadang-gadang sebagai game racing paling canggih. Pasalnya, game racing besutan Turn 10 itu menghadirkan teknologi ray tracing real time.
Tidak heran, ray tracing dipertunjukkan di cuplikan gameplay. Mulai dari penggambaran pemandangan track seperti Maple Valley, sistem cuaca beserta iklim, bahkan kerusakan mobil (mulai dari hanya satu goresan), hingga pantulan mobil di mobil lain. Penggunaan ray tracing di Forza Motorsport menjadikan visualnya seperti balapan sungguhan.
Forza Motorsport akan menghadirkan track baru dan juga favorit penggemar dari beberapa entri sebelumnya. Pemain tentunya tidak sabar ingin balapan di berbagai track yang tergambar lebih realistis nanti.
Forza Motorsport siap meluncur musim semi 2023 di Xbox Series X|S dan PC. Pelanggan Game Pass juga dapat mulai bermain pada hari perilisannya. Masih belum diketahui apakah entri ini merupakan reboot dari seri Forza Motorsport.
Sementara itu, DLC expansion Hot Wheels untuk Forza Horizon 5 akan meluncur 19 Juli 2022.
Overwatch 2
Kabar gembira untuk penggemar Overwatch. Blizzard telah memanfaatkan Xbox and Bethesda Showcase untuk memamerkan trailer untuk sekuelnya. Penggemar tentu menyambut gembira kabar ini dan tidak sabar untuk memainkannya. Trailer pertama telah menunjukkan berbagai karakter favorit Overwatch saling bertarung, lengkap dengan gameplay khasnya yang beroktan tinggi.
Trailer kedua Overwatch 2 juga membagikan detail tentang hero terbarunya, Junker Queen. Dalam trailer, Junker Queen digambarkan akan berhadapan dengan Junk King Howell. Belum digambarkan jelas seperti apa kemampuan khasnya. Dengan hadirnya Junker Queen, sudah ada 34 hero yang akan hadir.
Tidak selesai sampai di situ, Overwatch 2 akan menghadirkan mode PvP 5v5. Ditambah lagi, beberapa map baru yang juga bisa dimainkan. Terdapat juga fitur cross-play dan cross-progression untuk semua platform.
Early access untuk Overwatch 2 akan dimulai 4 Oktober 2022 sebagai game free-to-play. Blizzard juga sudah menjadwalkan Overwatch 2 Reveal Event pada 17 Juni pukul 00:00 WIB di YouTube dan Twitch.
Ara: History Untold (Eksklusif di PC)
Game selanjutnya datang dari Oxide Games. Ara: History Untold merupakan sebuah game real time strategy berbasis alternate history. Dalam cinematic trailer yang dipertunjukan di Xbox and Bethesda Games Showcase, disebutkan pemain dapat membuat dunianya sendiri.
Mulai dari zaman Yunani kuno, Mesir kuno, hingga zaman modern sekalipun, pemain dapat mengubah sejarah dengan mengendalikan penduduknya. Pemain dapat merekayasa sebuah peristiwa dan pembangunan ikon bersejarah. Pokoknya, berbagai kemungkinan dapat terjadi.
Pelanggan Game Pass dapat mulai menikmati Ara: History Untold saat rilis nanti. Namun, belum ada tanggal rilis resmi secara resmi.
Ark 2
Pertama kali diumumkan di The Game Awards 2020, sekuel dari Ark: Survival Evolved, Ark 2, merilis trailer-nya. Trailer tersebut dibintangi oleh aktor ternama Vin Diesel dan Auli’i Cravalho yang turut menyumbangkan suara sebagai Santiago dan Meeka. Vin Diesel juga tetap menjadi produser eksekutif untuk game ini.
Dikembangkan menggunakan Unreal Engine 5, Ark 2 mengandalkan teknologi lighting photorealistic real-time. Game ini akan memiliki latar tempat sebuah planet baru, lengkap dengan dinosaurus seperti di trailer.
Ark 2 akan rilis sebagai early access untuk PC dan Xbox Series X|S pada 2023 mendatang. Pelanggan Game Pass nanti bisa memainkannya secara gratis.
Untuk merayakan pengumuman sekuelnya, Ark: Survival Evolved sedang tersedia gratis di Steam hingga 19 Juni.
Minecraft Legends
Mojang Studios mengungkap satu lagi spin-off dari Minecraft. Spin-off itu berupa game action strategy berjudul Minecraft Legends. Blackbird Interactive, yang telah terkenal membesut game strategyHomeworld: Desert of Kharak, ikut membesutnya.
Dalam Minecraft Legends, sekelompok piglin dari Nether mulai menjajah Overworld. Pemain berperan sebagai hero yang harus menghentikan invasi tersebut. Mulai dari berteman dengan berbagai karakter demi membentuk pasukan hingga berperang melawan piglin menggunakan strategi.
Selain campaign mode yang pastinya menjanjikan cerita seru, mode online co-op campaign dan multiplayer juga akan hadir untuk dimainkan bersama. Penggemar Minecraft lama dan baru pastinya akan menikmati game ini.
Minecraft Legends dijadwalkan rilis di PC, Xbox One, dan Xbox Series X|S pada 2023. Ditambah, spin-off Minecraft itu akan hadir di Game Pass.
Diablo IV
Setelah sebelumnya memicu kontroversi terkait microtransaction di Diablo Immortal, Blizzard memanfaatkan acara ini untuk menunjukkan trailer terbaru Diablo IV.
Dalam trailer tersebut, Blizzard memperkenalkan kelas Necromancer, menyusul kelas Barbarian, Sorceress, Rogue, dan Druid. Necromancer digambarkan dapat memanfaatkan ilmu hitam dan kematian sebagai kekuatannya.
Selain cuplikan gameplay-nya yang penuh darah dan sadis khas seri Diablo, Blizzard ikut memamerkan sistem open world, kustomisasi karakter pemain, dan berbagai konten lainnya. Selain mode campaign, Diablo IV menghadirkan mode local co-op dan PvP. Jika campaign mode telah ditamatkan, pemain masih dapat menikmati Diablo IV sepuas mungkin.
Diablo IV dijadwalkan rilis 2023 di PC, Xbox One, dan Xbox Series X|S. Blizzard memastikan Diablo IV tidak akan menghadirkan microtransaction bermodel seperti Diablo Immortal.
Starfield (Eksklusif di Xbox dan PC)
Game open world sci-fi RPG besutan Bethesda Game Studio ini dikatakan sangat ambisius. Tidak salah jika Starfield ditempatkan sebagai penutup Xbox & Bethesda Showcase. Akhirnya, setelah perilisannya tertunda bersama Redfall, Todd Howard, sang sutradara, memperkenalkan cuplikan gameplay berdurasi kurang lebih 15 menit.
Cuplikan pertama menunjukkan adegan awal dari game ini, saat karakter pemain tiba di planet Kreet. Di sana, menggunakan perspektif first-person, karakter pemain ditampilkan menyerang musuh menggunakan machine gun di sebuah stasiun luar angkasa. Ditambah, tampilan pertarungan dalam perspektif third person ditampilkan.
Kota utama New Atlantis juga ditampilkan sebagai kota besar dan megah, di mana pemain dapat mengambil misi dan mempelajari lebih lengkap dunia Starfield. Ditambah lagi, terdapat sistem kustomisasi karakter yang sangat luas, lengkap bersama pilihan trait.
Starfield akan memiliki lebih dari 1000 planet yang dapat dikunjungi pemain. Angka itu tentu mengejutkan pemain. Pihak Bethesda Game Studios pastinya berambisi untuk membangun dunia Starfield seluas mungkin.
Starfield akan meluncur 2023 di Xbox Series X|S dan PC. Tentu saja, pelanggan Game Pass dapat memainkannya secara gratis pada hari perilisannya.
Hideo Kojima Bekerja Sama Dengan Xbox Game Studios!
Selain sepuluh game yang telah disebutkan, Xbox Game Studios telah mengumumkan mereka sedang bekerja sama dengan Hideo Kojima. Produser game ternama itu sedang mengembangkan sebuah judul game tanpa mengungkapkan judul dan detailnya.
Kojima hanya mengungkap ia ingin membuat sebuah game berkonsep yang belum pernah terbayang oleh siapapun. Game tersebut merupakan game yang selalu ingin dibuat olehnya
Itu tadi rangkuman berbagai judul game besar yang terungkap di Xbox & Bethesda Games Showcase 2022. Jika pemain masih belum puas, masih ada Xbox Games Showcase Extended yang akan di-live stream malam ini. Game manakah yang telah dinanti oleh pemain?
Untuk detail lebih lengkap dari setiap game yang telah diumumkan, pemain dapat mengunjungi laman Xbox Wire.
GAMEFINITY.ID, Kota Batu – Konami, salah satu perusahaan developer dan publisher game asal Jepang. Namanya sudah dikenal oleh berbagai kalangan karena game buatannya yang legendaris. Salah satu perusahaan besar dalam industri I yang terkenal karena game miliknya yang selalu mempunyai kualitas.
Namun, semua berubah di tahun 2010 ke atas. Perubahan manajemen, kekacauan di kantor, serta perubahan mindset bisnis. Ketiga hal tersebut menyebabkan Konami kehilangan namanya dan dibenci oleh para gamers.
Sejarah Konami
Konami sendiri berawal dari sebuah usaha yang dimiliki Kagemasa Kozuki, Yoshinobu Nakama, dan Tatsuo Miyasako sebagai tempat servis dan sewa jukebox. Nama Konami sendiri diambil dari nama belakang para pendirinya. Pada 1971, Konami berpindah haluan untuk menjadi sebuah perusahaan yang terjun dalam bidang pembuatan arcade game.
Game arcade pertama milik Konami rilis pada tahun 1978 dan diekspor ke Amerika Serikat di tahun berikutnya. Usaha Konami mengalami kesuksesan di tahun 1980-an. Berbagai game arcade milik Konami laris di pasaran, contohnya Super Cobra, Frogger, dan Track & Field.
Konami membuka cabang Amerika miliknya pada tahun 1982 dan mulai terjun ke dunia game konsol. Mulai dari tahun tersebut langkah Konami berpindah fokus kepada game konsol. Game seperti Castlevania dan Contra dirilis untuk NES
Setelah mengganti nama resminya menjadi Konami Co., Ltd. Pada 1991, Konami mulai berfokus untuk mengembangkan game pada platform 16-bit. Game seperti Metal Gear Solid dan Silent Hill rilis pada era tersebut. Dan tidak lupa Yu-Gi-Oh juga hadir pada masa itu.
Pada tahun 2000, Konami mengganti nama inggrisnya menjadi Konami Corporation. Dapat dikatakan Konami sendiri mengalami puncak kejayaannya pada era 2000-an. Mulai dari WE dan PES yang dapat menguasai pasar game sepakbola melawan FIFA. Hingga Metal Gear Solid 2, 3, dan 4 yang semuanya mencapai kesuksesan.
Setelah mengalami masa emasnya, Konami justru mengalami kemunduran di dekade berikutnya. Pergantian manajemen merupakan sebuah penyebab utama dalam kemunduran Konami.
Pada tahun 2007, ketika smartphone mulai berkembang, sebuah perusahaan di Jepang bernama Gree dapat memanfaatkan keadaan. Mereka membuat sebuah game mobile yang dikembangkan dan dipromosikan dengan pernyataan “free games” untuk mobile game.
Gree dapat memaksimalkan keuntungan lewat skema game mobile yang punya prinsip “budget terbatas, target profit setinggi-tingginya. Konami sebagai pengembang game juga tidak hanya diam.
Konami merilis dua game berjudul Dragon Collection dan Sengoku Collection. Dengan dua game yang sukses tersebut Konami dapat memaksimalkan keuntungannya hingga 80% pada 2011-2012.
Hal inilah yang membuat Konami mengubah haluannya. Beberapa karyawan dan orang dalam Konami sendiri menyatakan bahwa memang membuat game mobile adalah hal yang paling mudah untuk mendapatkan keuntungan.
“Mengapa harus bertaruh dengan budget besar untuk membuat game AAA ketika keuntungan maksimal dapat dicapai dengan budget yang lebih kecil?”, ucap seorang mantan karyawan Konami.
Sebagai perbandingan, Metal Gear Solid 4 menghabiskan budget sebesar $60-70 juta. Sementara pengembangan game mobile sendiri bisa jauh di bawah angka tersebut. Game mobile hanya menghabiskan budget di angka rata-rata $250.000. Tentu perbandingannya jauh dengan profit yang lebih tinggi.
Hingga saat ini Konami masih belum mengumumkan adanya proyek tentang game AAA terbaru milik mereka. Faktor keluaranya Hideo Kojima menjadi salah satu alasan.
Karena terakhir kali game AAA Konami rilis tanpa Kojima, Konami dapat dikatakan gagal total. Ya, tidak lain dan tidak bukan game tersebut adalah Metal Gear Survive. Saat ini, Konami lebih fokus untuk mengembangkan mesin judi Pachinko miliknya.
Kojima yang Dilupakan
Hideo Kojima merupakan seseorang yang sudah dibahas minggu lalu. Ia merupakan seorang karyawan Konami yang pada April 2011 ditunjuk untuk menjadi Executive Vice Director. Kala itu ia bertugas untuk mengawasi pengembangan game AAA milik Konami.
Kojima sendiri terkenal sebagai orang yang suka untuk mengembangkan hal baru dalam dunia game. Namun, tentu saja hal baru tersebut punya harga yang mahal. Ketika Konami fokusnya berubah, Kojima juga mulai kehilangan tempat.
Namanya dihapus dari semua game buatannya. Padahal adanya nama Hideo Kojima dalam cover sebuah game dapat menambah ekspektasi dari game tersebut.
Konami juga menutup cabang Amerikanya yang sebelumnya diubah namanya menjadi Kojima Production. Puncaknya, adalah ketika Hideo Kojima memenangkan sebuah penghargaan untuk game buatannya. Namun, Konami melarang Kojima untuk hadir menerima penghargaan tersebut.
Lantas dari situlah kemunculan dari amarah para gamers secara global. Mereka memulai dengan menggunakan tagar yang meyinggung Konami.
Habis Terang Terbitlah Gelap
Setelah memiliki berbagai kisah panjang yang dihiasi oleh prestasi, kini Konami telah hilang dari peredaran. Tidak mempunyai acuan tertentu dalam turun di industri game menjadi sebuah alasan.
Dulu Konami sering mencetak game yang berkualitas bagus dan melegenda. Sekarang yang Konami cetak hanyalah uang semata. Hingga parahnya mereka berfokus pada bisnis mesin judi Pachinko milik mereka.
Konami sendiri juga merasa paling superior. Mendepak aset emasnya yang berjasa untuk mengangkat namanya. Saat ini Kojima sukses dengan Death Stranding dan mempunyai proyek baru, sementara Konami masih menggali lubang untuk menemukan keuntungan milik mereka.
“Hampir 53 tahun, saya belajar dari diri saya sendiri. Film yang saya tonton, buku yang saya baca, musik yang saya dengarkan, game yang saya mainkan, serta orang-orang yang saya temui 30 tahun terakhir di industri game, itu semua yang membentuk saya. Bukan Konami, bukan orang-orang di Konami.”, ucap Hideo Kojima.
GAMEFINITY.ID, Kota Batu – Hideo Kojima, bagi kalian para gamers tentunya tahu atau setidaknya pernah mendengar nama tersebut. Seorang lelaki yang berasal dari Jepang, bertanggung jawab akan hadirnya berbagai game legendaris.
Metal Gear Solid, game revolusioner yang mengadaptasi konsep stealth sejak awal rilis pada abad ke-20. Teaser PT yang menghebohkan dunia game sebagai lanjutan dari Silent Hill. Dan juga, Metal Gear Rising yang hingga kini terkenal dengan meme Raiden. Namun, perjalanan karirnya dalam dunia industri game juga diselingi oleh tragedi dan konflik.
Hideo Kojima Muda
Kojima lahir pada 23 Agustus 1963 di Setagawa, Tokyo. Lahir dengan seorang ayah seorang apoteker yang sering pergi untuk urusan bisnis, Kojima sendiri merupakan nama dokter yang sering ditemui ayahnya. Pada umur 4 tahun ia pindah ke Osaka, Jepang.
Keluarganya sendiri suka menonton film bersama di malam minggu. Hal ini membuat Kojima tertarik dengan dunia perfilman. Saat temannya membawa sebuah kamera Super 8 ke sekolah, ia memulai untuk membuat film. Film yang diproduksi bersama temannya tersebut akhirnya ditayangkan untuk teman-temannya yang lain. Ia memberi ongkos sebesar 50 yen per orang.
Saat usia remaja, Kojima pindah ke kawasan Kansai, tepatnya di Kawanishi, Hyogo. Ayahnya meninggal saat usianya 13 tahun dan hal tersebut mengubah kehidupannya. Ia pergi berkuliah mengambil jurusan ekonomi, dan minatnya dalam pengembangan game pun dimulai dari sana.
Awal Karir Hideo Kojima
Saat ia masih berkuliah, ia sempat menyembunyikan pekerjaannya sebagai game designer. Hal tersebut dikarenakan pada masa itu, pekerjaan tersebut masih jarang atau bahkan belum pernah terdengar di telinga masyarakat. Kojima berbohong bahwa ia bekerja pada sebuah perusahaan finansial.
Ia diterima oleh Konami pada 1986 untuk pengembangan game pada konsol MSX home computer. Game pertamanya adalah Penguin Adventure. Ia berperan sebagai assistant game designer pada game tersebut. Setelahnya ia juga mendesain sebuah game berjudul Lost Warld yang batal karena terlalu kompleks untuk konsolnya.
Ia mulai mengembangkan Metal Gear saat ia diminta untuk melanjutkan proyek tersebut oleh seniornya. Game tersebut akhirnya rilis pada 13 Juli 1987 untuk konsol MSX2. Metal Gear awalnya adalah game yang bertemakan prison escape karena fighting mechanism masih terlalu kompleks.
Proyek selanjutnya dari Kojima adalah salah satu game yang berpengaruh besar pada perkembangan genre-nya, Snatcher. Snatcher merupakan game visual novel (VN) yang menjadi dasar dan panutan dari berbagai game VN saat ini. Kojima sengaja mendesain game ini bukan seperti game, melainkan seperti sebuah film. Dan akhirnya, game ini sukses di Jepang. Namun, game ini kurang laris di luar.
Sebuah game sekuel Metal Gear yang dikembangkan tanpa Kojima bernama Snake’s Revenge dirilis oleh Konami. Lalu, setelah sesaat perilisannya, Kojima dihubungi oleh koleganya untuk membuat sekuel Metal Gear versi dirinya sendiri, dan lahirlah Metal Gear: Solid Snake.
Game tersebut merupakan game revolusioner dengan berbagai fitur yang dioptimalkan seperti melempar batu untuk mengecoh musuh dan view cone. Hingga saat ini, fitur-fitur tersebut masih sering digunakan dalam sebuah game modern.
Kojima tidak hanya berhenti dalam titik itu, ia ingin mengembangkan game Metal Gear: Solid Snake dari 2D menjadi 3D. Lahirlah sebuah game legendaris Metal Gear Solid. Game MGS ini berpindah dari platform 3DO ke PlayStation. Game tersebut menjadi sebuah awal kesuksesan dari seri Metal Gear Solid.
Selanjutnya, Metal Gear Solid 2: Sons of Liberty menjadi sebuah gam PS2 yang saat itu mempunyai kualitas grafis di atas rata-rata. Pada saat perilisannya di tahun 2001, MGS2 juga mengalami kesuksesan pada saat perilisannya di PS2.
Seri MGS selanjutnya hingga seri MGS terakhir yaitu MGS V: Phantom Pain semuanya mengalami kesuksesan karena begitu cemerlangnya Hideo Kojima. Namun, kesuksesan Kojima tidak berjalan mulus. Konami, perusahaan dimana Kojima bekerja selama bertahun-tahun, mulai merubah haluannya.
Kojima dan Konami
Sedikit latar belakang terkait haluan Konami yang berubah. Konami dahulu terkenal dengan pengembang dan penerbit game yang selalu memberikan passion dalam setiap game-nya. Game seperti Castlevania, Contra, dan Metal Gear series sendirilah yang menjadi contohnya.
Namun, memasuki tahun 2010-an, Konami mulai merubah haluannya menjadi perusahaan game yang fokus dalam bidang model game mobile. Model tersebut adalah model game free-to-play yang membuat pemainnya memainkan game tersebut terus menerus dengan pemasukan dari transaksi in-game. Game model seperti ini prinsipnya adalah membuat game dengan modal seminim mungkin untuk keuntungan semaksimal mungkin.
Tentu saja Kojima tidak searah dengan haluan baru tersebut. Game besutan Kojima sendiri sejatinya merupakan game AAA dengan budget dan tim yang besar jumlahnya. Karena haluan Konami berubah dan tidak berani untuk merilis game AAA sesering dulu lagi, akhirnya Kojima didepak dari Konami.
Seluruh karyanya yang berada di bawah naungan Konami tidak dianggap termasuk seri MGS. Namanya dihapus dari berbagai game buatannya. Game P.T. yang baru akan dikembangkan Kojima dibatalkan. Dan yang paling parah, Konami melarang Kojima menerima penghargaan atas game yang dibuatnya.
Bangkitnya Kojima di Era Pasca Konami
Setelah didepak dan tidak dianggap oleh Konami. Kojima menandatangani kontrak dengan Sony Entertainment setelah kontraknya dengan Konami habis. Ia juga memulihkan studio miliknya yaitu Kojima Production yang ditutup Konami sebelumnya.
Sampai saat ini, Kojima Production masih memproduksi satu game. Game tersebut adalah Death Stranding. Lagi dan lagi, game barunya ini mampu meneruskan kesuksesan seperti game besutannya di masa lampau. Death Sranding bahkan mampu meraih beberapa penghargaan atas kerja keras Kojima dan timnya.
Hal ini membuktikan bahwa Hideo Kojima, adalah seorang yang pantang menyerah. Ketika ia menganggap karirnya berakhir setelah didepak Konami, ia masih sanggup bangkit karena dukungan teman-temannya. Termasuk berminatnya Sony untuk menandatangani kontrak dengannya.
Seorang legenda yang konsisten mengembangkan berbagai game legendaris, dialah Hideo Kojima.
“As a creator, I always want to betray fans expectations.”, Hideo Kojima
GAMEFINITY.ID, Salatiga – Fitur in-game photo mode memang sudah menjadi fitur wajib bagi game modern terutama untuk game yang mengandalkan detail grafis yang tinggi.
Developer game ternama Hideo Kojima mengomentari soal manfaat dari fitur in-game photo mode tersebut. Menurut developer serial Metal Gear Solid ini, in-game photo mode dapat mengasah skill dan memahami berbagai aspek dalam bidang fotografi.
“Masih ada beberapa orang yang mengolok-olok ketika kamu mengambil gambar virtual dalam sebuah game. Jika kamu terus mengambil gambar, bahkan dalam game, sensitivitas dan keterampilan Anda akan meningkat secara alami. Komposisi, tata letak, fokus, dll.”
“Dan yang terpenting, Kamu akan tahu apa yang ingin kamu foto. Setelah itu, pengalaman dalam game pasti akan berguna saat kamu memotret dengan kamera atau smartphone sungguhan.” ujar Kojima.
2/2 Most importantly, you will know what you want to photograph. After that, the in-game experience will surely come in handy when you shoot with a real camera or smartphone.
Hideo Kojima sendiri memang sangat menyukai seni game fotografi. Maka wajar saja apabila game terbarunya yakni Death Stranding memiliki detail grafis yang sangat indah sehingga sangat ideal untuk menjadi objek game fotografi.
Game photography sekarang tumbuh menjadi sebuah tren dan hobi di kalangan gamers. Bahkan kini perusahaan game dan developer besar seperti CD Projekt Red kerap mencari fotografer game profesional untuk membantu memasarkan produk-produknya.