GAMEFINITY.ID, Kabupaten Malang – Age rating system dalam sebuah game seringkali hanya menjadi sebuah hiasan yang ada pada box, CD, atau halaman Steam. Namun, age rating nyatanya merupakan hal penting yang selalu diacuhkan oleh sebagian besar orang. Hal ini membuat mereka menyalahkan game tersebut bila ada sesuatu yang tidak diinginkan.
Age rating system untuk sebuah game memiliki berbagai macam versi di berbagai belahan dunia. Berbagai sistem tersebut nantinya akan berlaku untuk sebuah negara atau juga dapat berlaku secara internasional.
Namun, sebelum itu mari kita bahas apa itu age rating system untuk sebuah game.
Apa itu Age Rating System?
Age rating system sendiri merupakan sebuah sistem yang mengatur tingkat censorship untuk sebuah game. Pengaturan tersebut bertujuan agar sebuah game tidak salah target pemasaran serta tidak menyebarkan sebuah hal yang seharusnya tidak dikonsumsi untuk usia dibawahnya.
Meskipun terdengar penting, nyatanya sebuah penelitian menunjukkan bahwa 90% orang tua di dunia tidak pernah mengecek age rating dalam game yang dimainkan oleh anaknya. Hal ini seringkali menyebabkan terjadinya tuduhan bahwa game merupakan biang kerok dari aksi kekerasan dan aksi imoral lainnya.
Berbagai hal yang masuk ke dalam sensor age rating dapat berupa konten visual dalam game seperti seperti penembakan senjata, penusukan senjata tajam, pemukulan, bullying, aktivitas seksual, ketelanjangan, dll. Namun, ada juga censorship yang mengatur tentang microtransaction dalam sebuah game khususnya pada game freemium yang dapat dimainkan oleh semua orang.
Baca Juga: Event Champions Baru Apex Legends Mobile Sudah Dimulai
Age Rating System di Penjuru Dunia
Age rating system paling terkenal dan digunakan secara luas adalah PEGI, ESRB, dan IARC.
PEGI, bagi kalian yang suka menonton sebuah trailer game kemungkinan akan bertemu dengan narator yang membacakan rating PEGI game tersebut.
PEGI merupakan sebuah singkatan dari “Pan European Game Information” yang merupakan sebuah age rating system dari dan berlaku di Eropa. PEGI sendiri penggunaannya telah dianggap luas karena banyak negara yang membuat rating mereka sendiri berdasarkan tingkatan PEGI.
PEGI memiliki 5 tingkatan rating, yaitu PEGI 3, 7, 12, 16, dan 18. Semua rating PEGI memiliki arti bahwa pemain wajib berusia minimal sesuai angka yang disebutkan.
Lanjut, kita punya ESRB yang juga sudah terkenal. ESRB memiliki kepanjangan “Entertainment Software Rating Board” yang berlaku di Kanada dan AS. Sedikit berbeda dengan PEGI, ESRB punya 5 tingkatan yang beberapa tidak terikat umur. Lima tingkat tersebut adalah E (Everyone), E+10 (Everyone 10+), T (Teen), M (Mature 17+), dan A (Adult 18+).
Selain di Amerika Utara ESRB juga dapat ditemukan di Malaysia, Singapura, UEA, dan Arab Saudi di game tertentu.
Selain itu, berbagai negara memiliki age rating system mereka masing-masing. Contohnya seperti Jerman dengan USK, Jepang dengan tiga lisensi CERO, EOCS, dan JRC, Iran dengan ESRA, dan masih banyak lagi.
Biasanya, bila sebuah negara tidak memiliki age rating sendiri, mereka akan punya pilihan untuk ikut sensor internasional yaitu IARC (International Age Rating Coalition) yang sama persis dengan tingkat sensor PEGI.
Bagaimana dengan Indonesia?
Sebenarnya, Indonesia sudah memiliki age rating system sendiri sejak 2016. Pada tahun itu, Kemkominfo merilis IGRS atau Indonesia Game Rating System sebagai age rating untuk game yang rilis di Indonesia. Namun, aturan tersebut tidak mutlak karena beberapa game yang didistribusikan di Indonesia masih menganut PEGI dan/atau IARC sebagai acuan.
Ada 5 tingkat sensor pada IGRS, tingkat tersebut yaitu:
SU (Semua Umur): Aman dimainkan oleh seluruh usia.
IGRS 3+: Game tidak mengandung unsur kekerasan, pemakaian obat-obatan, simulasi judi, dan interaksi online.
IGRS 7+: Ketentuan sama dengan IGRS 3+
IGRS 13+: Konten yang dilarang hanya ditunjukkan sebagian, seperti simulasi judi, bahasa kasar, cartoon violence (kekerasan seperti dalam kartun), konten horor, dan adanya interaksi online.
Baca Juga: AoV Hero Guide: Yue, Sang Ratu dari para Hero Harass
IGRS 18+: Konten yang dilarang ditunjukkan sepenuhnya, seperti penggunaan narkoba dan minuman alkohol oleh sang karakter, kekerasan realistis (darah, mutilasi, dan sadis), lelucon orang dewasa, simulasi judi, konten horor, dan adanya interaksi online.
Beberapa contoh game yang sudah menggunakan IGRS adalah game di PlayStation milik Sony seperti Minecraft dan Death Stranding yang berlabel produk resmi Indonesia.