GAMEFINITY.ID, Bandar Lampung – Oshi no Ko jadi anime yang mendominasi di platform streaming populer anime asal Jepang berbagi peringkat dengan serial anime terbaik yang dirilis selama musim Semi 2023. Meskipun sebagian besar serial hanya menayangkan beberapa episode, platform ini melakukan survey untuk mengetahui konten terpopulernya setiap seasons.
Menjadi hari terakhir pembukaan kuesioner ada di tanggal 28 April 2023 di platform Jepang, namun untuk hasil awal sudah tersedia yang dimana menunjukkan tren konsumsi di kalangan orang Jepang.
Sejauh ini, survei itu mengumpulkan setidaknya lebih dari 65.000 partisipasi, jumlah yang amat jauh melebihi partisipasi mingguan dari layanan seperti Anime Trending atau Anime Corner, dan bahkan GEM Partners yang juga mengambil hasil dari sebuah survey.
Daftar Survei da;am Platform Streaming Region Jepang
Ini dia 10 peninjauan anime populer hasil survey di platform Jepang untuk musim ini ada Oshi no Ko yang berada di urutan paling atas atau nomor satu dan pertama, kemudian disusul dengan Kimetsu no Yaiba Season 3. Yamada-kun to Lv999 no Koi wo Suru, Isekai Cheat, Konosuba, Tensei Kizoku no Isekai, MASHLE, Mobile Suit Gundam, Dr. STONE Season 3, dan Kagua-sama: Love is War.
Itulah 10 daftar anime yang popular di platform Jepang. Sebenarnya ada setidaknya 30 daftar anime yang popular, namun hanya diambil setidaknya 10 besar, dengan Oshi no Ko yang memimpin.
Jika dirasa pemirsa tertarik dengan ada apa di urutan 25 kebawah. Beberapanya akan diurutkan berurut, yaitu ada Kimi wa Houkago Insomnia, Raeliana, dan terakhir ada Isekai wa Smartphone Season 2.
Oshi no Ko, Anime Idol yang Terbalut Cover Menarik
Oshi no Ko meruakan salah satu anime idol yang memiliki story awal-awal cukup serius, dan hal ini jadi popular di media sosial. Bercerita tentang seorang idol bernama AI yang ternyata dirinya merupakan seorang mamah muda, dengan dua anak kembar bernama Ruby dan Aqua.
Suatu ketika terjadi insiden yang sangat di sayangkan, AI secara tiba-tiba ditusuk oleh penggemarnya sendiri yang sakit hati karena Ai diketahui olehnya memiliki anak. Umumnya hal ini juga sangat kontroversial di Jepang.
Update informasi menarik lainnya seputar game dan anime hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan vouchergame dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.
GAMEFINITY.ID, Bandar Lampung –Indie Live Expo adalah salah satu ajang pameran game digital langsung dua tahunan yang menampilkan banyak sekali game indie terbaik dari seluruh dunia, kali ini, Indie Live Expo 2023 akan mengungkapkan jadwal kontennya yang segera datang yang juga akan menampilkan setidaknya lebih dari 200 game pada Summer di tahun ini.
Indie Live Expo 2023 Kembali Bawakan Lebih dari 200 Indie Game
Hari pertama pertunjukan di Indie Live Expo 2023 akan menampilkan game–game judul baru dan DLC yang tentunya belum terungkap, berita, serta update untuk judul-judul game indie yang dikenal. Fest ini memberikan nama acara bagian ini sebagai INDIE Waves dengan banyak ide.
Ide untuk mengemas banyak konten game indie dalam beberapa segmen singkat dengan beberapa jam break untuk beristirahat. Hari pertama acara ini juga akan membahas lebih dalam tentang game–game tertentu yang dipilih oleh panitia Indie Live Expo 2023, dan juga acara segmen yang juga disebut “INDIE Studios Around the World” untuk menyoroti kancah game-game indie di seluruh dunia.
Lanjut di hari ke-2 yang dikenal sebagai The Aftershow, akan didedikasikan untuk menelusuri lebih dalam ke beberapa game indie dengan bagian segmen ayo bermain dan gameplay dari para influencer populer yang dapat pemirsa saksikan secara langsung. Sponsor support dalam acara tahun ini meliputi Cygames, Preferred Networks, Happinet, Whispergames, Astrolabe Games, Mixi, WSS Playground, Kagura Games dan banyak lagi.
Indie Live Expo bisa pemirsa saksikan selama dua hari di website resminya dan saluran youtube official pada 20 Mei hingga 21 Mei 2023.
INDIE Live Expo merupakan program distribusi online yang memperkenalkan game indie dari seluruh dunia, terutama di Jepang, yang juga diselenggarakan oleh Komite Eksekutif INDIE Live Expo. Acara yang dilaksanakan setiap pertahun sekali, terakhir acaranya pada INDIE Live Expo Winter 2021, dan kali ini akan hadir lagi pada Summer mendatang dengan membawakan acara selama 2 hari dengan lebih 200 game indie.
Festival game dunia ini telah berjalan sejak tahun 2020-2022 hingga sekarang. Acara festival ini diusulkan karena banyaknya event game yang dibatalkan karena pandemi Covid-19 yang lalu.
Update informasi menarik lainnya seputar game dan anime hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan vouchergame dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.
GAMEFINITY.ID, Bandar Lampung – SNK Corporation atau SNK Corp. merupakan perusahaan perangkat keras dan perangkat lunak video game dari Jepang. Menjadi penerus dari Shin Nihon Kikaku yang saat ini juga memiliki judul video game SNK dan platform Neo Geo.
Shin Nihon Kikaku selaku penerus SNK sendiri berdiri pada 22 Juli 1978 oleh Eikichi Kawasaki di Suiko, Osaka, Jepang. Memiliki nama pada awalnya adalah Shin Nihon Kikaku, dan punya arti berupa Proyek Baru Jepang.
Perusahaan ini mengalami perkembangan sedikit demi sedikit, Shin Nihon Kikaku lebih dikenal oleh umum dengan sebutan SNK Corporation dan menjadi nama resmi perusahaan ini di tahun 1986.
SNK atau Shin Nihon Kikaku berdiri pada 1973 mengalami re-organisasi pada atahun 1978 sebagai perusahaan saham dengan nama yang sama, hanya di tambah Corporation dibelakang namanya. Menjadi salah satu perusahaan yang ikut menghadirkan dan pemasaran game koin secara independen.
Pada tahun 1980-an, SNK telah merilis dua judul pertamanya, yaitu Ozma Wars (1979) dan Safari Rally (1980), mendapati peningkatan yang cukup signifikan dalam waktu 1 tahun dengan dibuktikan dengan rilisnya Vanguard.
Game-game tersebut dilisensikan ke Centuri untuk distribusi di Amerika Utara, dan Vanguard menjadi sebagian dari keberhasilan Centuri sebagai distributor game. Cabang di Amerika sendiri dibuka pada 20 Oktober 1981 yang bernama SNK Electronics Corporation.
Bangkrut dan Playmore Corp yang Melambung Tinggi
SNK sebagai pengembang game, mereka berfokus pada industri arcade game yang booming saat itu ditahun 1990-an, tetapi karena minat terhadap arcade game jatuh ke platform konsol rumahan dan portable ditahun 2000-an, mereka tidak mampu menyesuaikan diri dengan market yang terus berubah. Hal ini menyebabkan kegagalan SNK dalam versifikasi ke pasar baru untuk perilisan perangkat kerasnya.
Tepat di 22 Oktober 2001, SNK mengajukan pailit dan penempatan hak intelektual untuk produk yang sebelumnya dilelang. Beberapa game dan hak pengembangan SNK untuk produknya dijual ke beberapa perusahaan lain. Salah satunya BrezzaSoft yang memproduksi franchise The King of Fighters di 2001 dan 2002, kemudian Mega Enterprise yang turut mengembangkan Metal Slug 4.
Untuk membangun kembali eksistensinya, Playmore mengakusisi BrezzaSoft dan mantan pengembang SNK, serta pengembang Neo Geo yang berbasis di Jepang. pada Juli 2003, Playmore mengakusisi dan mengkonsolidasikan semua entitas kedalam SNK Playmore, hal ini lakukan setelah mendapatkan haknya kembali untuk menggunakan nama SNK dari Aruze.
Drama Sana-Sini Berakhir dengan Hadirnya Nama Baru, SNK Playmore
Pada September 2006 di Tokyo Game Show, SNK Playmore mengumumkan bahwa mereka telah berhenti memproduksi game di Atomiswave yang mendukung platform arcade Type X2 Taito. Tentunya hal ini memberikan dampak berupa penurunan industri game komersial, dan beberapanya mengalihkan pengembangannya ke game konsumen, salah satunya game asli PlayStation 2, Nintendo DS, Mobile, dan beberapa platform lainnya.
Beberapa game yang hadir dan terkenal setelah kebangkitan SNK Playmore sendiri, merupakan game yang trend hingga saat ini. Beberapa franchise-nya seperti Metal Slug Series dan King of Fighters: Maksimum Impact.
Update informasi menarik lainnya seputar game hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan vouchergame dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.
GAMEFINITY.ID, Bandar Lampung – Sony Group Corporation, Sony Corporation, atau SONY yang dikenal secara umum merupakan perusahaan besar multinasional Jepang. Sony Corp yang berpusat di Jepang atau tepatnya di Konan, Minato, Kota Tokyo, Jepang.
Sebuah perusahaan besar yang bergerak dan beroperasi sebagai salah satu produsen atau pemasok produk elektronik konsumsi, perusahaan konsol video game, dan penerbit game terbesar yang ada di dunia. Jadi tidak heran mengapa Sony masuk dalam deretan perusahaan teknologi terbesar di dunia, dari dulu hingga sekarang.
Sony Corp berdiri pada 7 Mei 1946 yang berpusat di Nihonbashi, Chuo, Tokyo, Jepang. Perusahaan yang didirikan oleh 2 orang founder yaitu, Masaru Ibuka dan Akio Morita.
Seperti yang dijelaskan di atas, Sony sendiri bergerak di bidang teknologi yang menghasilkan produk mencakup perangkat keras kompuer, barang elektronik, film, musik, robot, video game, dan banyak lagi.
Nintendo vs SEGA, Berakhir dengan SONY Sebagai Pemenang Mutlak
Sony Corporation atau Sony Group Corporation berdiri pada pertengahan tahun 1946 dan didirikan oleh Masaru Ibuka yang kemudian Akio Morita turut membangun Sony.
Tidak lama beberapa tahun dari berdirinya Sony, kurang lebih 14 tahun setelah Sony berdiri. Selang 14 tahun Sony berdiri, tidak lama muncul pesaing berat dari Sony, yaitu SEGA.
SEGA sendiri merupakan perusahaan yang serupa dengan Sony, tetapi fokus bergerak pada bidang industri video game dan perangkat kerasnya. SEGA sendiri masih merupakan perusahaan teknologi yang berasal dari Jepang.
SEGA berdiri pada 3 Juni 1960 dibawah naungan perusahaan Sega Interactive Co., Ltd. Didirikan oleh Martin Bromley dan Richard Stewart, yang kemudian Haruki Satomi menjadi ketua dan CEO perusahaan game satu ini.
SEGA sebagai produsen teknologi yang bergerak di industri yang mirip dengan Sony, telah banyak mengeluarkan produk-produknya seperti video game, konsol, dan perangkat game pendukung lainnya. Salah satu yang terkenal ialah Coin Game, atau biasa dikenal dengan mesin game arcade.
Sony dan Sega menjadi dua perusahaan dengan tingkat rivalitas yang cukup sengit. Rivalitas yang berakhir dengan kemenangan mutlak atas Sony sebagai perusahaan produsen teknologi terbesar di dunia.
Sony memenangkan perhelatan hebat dalam melawan rival nya, Sega. Perhelatan yang dikenal dengan sebutan The Console Wars. Tentunya ada alasan sendiri kenapa perhelatan itu bisa terjadi, dan mengapa Sony bisa memenangkan perhelatan tersebut.
The Console Wars, Blunder yang Memenangkan Sony dengan Mutlak
The Console Wars bermula pada pertengahan era 80 hingga 90-an yang melibatkan dua merek dagang Jepang yang tentunya sama-sama bergerak di bidang yang serupa, yaitu Sega dan Nintendo. Sejak era konsol game yang ditenagai dengan prosesor 8-bit hingga 32-bit, dan salah satu produk yang terkenal dengan di tenagai prosesor ini seperti Mesin Retro Arcade Mini.
Sikut menyikut terjadi antara dua perusahaan ini, Sega dan Nintendo dalam urusan pengembangan inovasi dan pemasaran produknya. Hal lucu terjadi disini, setidaknya sampai pihak Nintendo melakukan kesalahan yang cukup fatal.
Nintendo yang sebelumnya berjanji akan membuat konsol bersama dengan Sony, ternyata menyalahi perjanjian yang mereka buat sendiri dan berakhir dengan kejutan dari Sony sendiri yang langsung merilis Playstation pada tahun 1994.
Setelah Sony merilis konsol pertamanya, seketika Sony memenangkan perang konsol dua dekade yang sebelumnya Sega dan Nintendo yang jadi pusat perang. Salah satu konsol yang turut masuk dan terlibat dalam The Console Wars adalah Sega Saturn.
Sebelumnya, Sega telah merilis konsol video game bertenaga yang disebut dengan Sega Saturn. Sega Saturn yang dari jauh hari digadang-gadang akan mendominasi pasar dan perang konsol tersebut.
Seketika Sony melepas kartu AS miliknya, Playstation dan secara langsung memenangkan pertempuran itu. Hal ini memberikan efek rusak bagi masa depan Sega dan Sega Saturn secara cukup menyakitkan. Nintendo melakukan kesalahan fatal dan Sega terkena dampak dari persaingan antara Nintendo dan Sony.
Update informasi menarik lainnya seputar review game hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan vouchergame dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.
GAMEFINITY.ID, Kota Batu – Berbicara mengenai peran sebuah negara dalam industri game, tentu saja Jepang menjadi salah satu yang paling berpengaruh dan terkenal. Saking terkenalnya, Jepang menjadi kiblat game di benua Asia, setidaknya hingga berbagai game free-to-play asal Tiongkok mulai menyerang pasar.
Meski sudah melewati masa emasnya di tahun 1980 hingga 1990-an, Jepang saat ini masih menjadi rumah dari industri game di Asia. Mulai dari konsol, game, pengembang, hingga beberapa tradisi yang masih ada hingga saat ini.
Sejarah Awal Kontribusi Jepang dalam Industri Video Game
Jepang dan game memulai hubungannya di tahun 1966 dengan Sega yang merilis sebuah game berjudul Periscope. Game tersebut merupakan sebuah game simulasi yang mengsimulasikan kapal selam. Pada tahun 1969, Sega memperkenalkan teknologi rear image projection dan salah satu game yang menggunakannya adalah Duck Hunt milik Nintendo.
Dekade 1970-an dan 1980-an merupakan perkembangan pesat Jepang dalam produksi game arkade milik mereka. Sega merilis game arkade Pong milik mereka di AS untuk pertama kalinya pada 1972.
Namun, langkah terbesar bagi industri game di Jepang adalah saat kesuksesan Space Invader di pasaran pada tahun 1978. Selain menjadi langkah awal Jepang di industri game, Space Invader juga menjadi tonggak awal dari masa keemasan game arkade di tahun 1980-an tidak hanya di Jepang, namun juga di berbagai belahan dunia.
Setelah kesuksesan Space Invader, banyak game Jepang lainnya yang juga mengalami kesuksesan dan menjadi terkenal. Sebut saja Galaxian, Pacman, dan Bosconian yang juga hadir sebagai game arkade. Dengan terkenalnya berbagai game tersebut, nilai industri game di dunia mencapai angka US$8 Milyar (setara US$23,8 Milyar di tahun 2021).
Fun Fact: Terdapat sebuah teori urban legend bahwa kelangkaan uang 100 Yen di tahun 1980-an disebabkan oleh suksesnya berbagai game arkade. Karena kejadian tersebut, produksi uang koin pecahan 100 Yen terpaksa ditingkatkan.
Kontribusi Jepang dalam Industri Game dari Tahun 1980 sampai Milenium Baru
Awal dekade 1980 menjadi tahun rilisnya konsol handheld pertama yang diproduksi oleh Nintendo, yaitu Game & Watch yang didesain oleh Gunpei Yokoi. Berbicara mengenai konsol, Nintendo juga lah yang mencetuskan ide untuk membuat konsol rumahan berbasis kartrid, yaitu Famicom atau Family Computer. Konsol tersebut mampu menjalankan game arkade seperti Donkey Kong.
Pada tahun 1988 Nintendo menyempurnakan Famicom miliknya dengan merilis Nintendo Entertainment System atau NES. NES lah yang membawa Nintendo melewati Toyota sebagai perusahaan terbesar di Jepang pada tahun 1990.
Banyak yang mengira NES akan menjadi sebuah konsol angin-anginan karena terjadinya fenomena video game crash di tahun 1983 yang membuat industri game turun nilainya. Namun, prediksi tersebut terbukti salah karena faktanya, NES terjual sebanyak 60 juta unit di seluruh dunia. Larisnya NES didukung oleh berbagai game legendaris seperti Super Mario Bros, Metroid, dan Legend of Zelda.
Selain Nintendo, Sony adalah perusahaan lainnya yang bergelut dalam pasar konsol rumahan. Pada awalnya Sony bekerja sama dengan Nintendo untuk merilis PlayStation. Namun, mereka berhenti bekerjasama dan membuat konsol PlayStation milik mereka sendiri yang berbasis CD.
Konsol milik merekalah yang justru laris di pasaran. Selain teknologi yang lebih maju, kesuksesan PlayStation juga dibantu beberapa game terkenal dan fitur lainnya. Hingga saat ini, kedua perusahaan tersebut, Nintendo dan Sony, masih merilis konsol milik mereka masing-masing. Walau begitu juga ada perusahaan seperti Sega dan Atari yang mundur dari pasar konsol.
Negeri Sakura di Industri Game Modern
Seperti yang disebutkan sebelumnya, Sony dan Nintendo masih melanjutkan pembuatan konsol mereka. Hingga saat ini, mereka berdualah yang menguasai pasar konsol dengan hanya satu kompetitor setara, yaitu Xbox milik Microsoft. Bahkan, PlayStation2 masih memegang rekor sebagai konsol terlaris di dunia dan mengalahkan Xbox di tanah kelahirannya, AS.
Selain dalam pasar konsol, Jepang juga berkontribusi dalam pengembangan video game itu sendiri. Jika kalian pernah bermain game, tentunya kalian pernah bermain game asal Jepang yang ikonik dan terkenal.
Kalau kalian kira game tersebut adalah game “gacha waifu” seperti saat ini, maka kalian salah besar. Karena sebenarnya, developer asal Jepang di zaman dulu menggunakan media game sebagai media untuk menunjukkan performa terbaik mereka. Pengembang seperti Nintendo, Sega, Capcom, Konami, Square Enix, dan yang lain memiliki game ikoniknya masing-masing
Kita ambil contoh game sejuta umat di konsol seri PlayStation, Resident Evil milik Capcom. Seri tersebut mencapai puncak kejayaannya saat RE4 rilis. Dengan grafis yang terkesan “wow” di zamannya, mekanisme menantang, dan penokohan yang pas, hal-hal tersebut menjadikan RE4 menjadi salah satu game terbaik sepanjang sejarah.
Konami, perusahaan yang saat ini menjadi sebuah lelucon dalam industri game juga memiliki berbagai game ikoniknya di masa lalu. Contohnya adalah Winning Eleven yang masih berlanjut dengan nama Pro Evolution Soccer dan berganti lagi menjadi eFootball. PES hingga saat ini menjadi salah satu dari hanya dua game sepakbola terkenal yang dipublikasi selain FIFA milik EA.
Berbicara dengan inovasi, kesempurnaan, dan detail kecil, kita tidak dapat melupakan sang legenda Hideo Kojima. Seri Metal Gear Solid miliknya selalu mengalami kesuksesan. Nilai jual utamanya adalah teknologi yang digunakan yang selalu selangkah lebih maju. Hal tersebut bisa datang dari detil kecil di sebuah game ataupun grafis yang lebih memukau.
Dan untuk yang lain sebut saja Sega dengan Sonic miliknya yang sudah terkenal bahkan dijadikan animasi dan film. Square Enix tidak lupa, dengan seri Final Fantasy milik mereka yang sukses, awalnya sebagai proyek terakhir sebelum bangkrut malah keterusan.
Penutup
Sebenarnya masih banyak yang dapat dibahas, namun bila dibahas semua maka artikel ini tidak tahu akan berakhir kapan dan pembaca mungkin akan cepat bosan. Intinya, kontribusi Jepang di industri game sudah berlangsung sejak lama. Mulai dari zaman arkade hingga zaman modern.
Hingga saat ini masih banyak game asal Jepang yang legendaris. Selain yang telah disebutkan di atas masih ada berbagai game fighting seperti KoF dan Tekken. Lalu ada juga game hack and slash semacam Devil May Cry yang juga sukses di pasaran.
GAMEFINITY.ID, Kota Batu – Jepang, tidak diragukan lagi telah memiliki pengaruh besar dalam dunia game, dan salah satunya pada Arcade Game. Tiga hal yang tidak dapat dipisahkan adalah Arcade Game di negara Jepang dan Fighting Game.
Dari akhir abad ke-20 hingga saat ini, ketiga hal tersebut masih menjadi sebuah hal relevan. Hal tersebut juga menjadi latar belakang dari setiap pemain fighting game profesional asal Jepang seperti Daigo Umehara dan yang lain.
Kiprah Jepang dalam Industri Arcade Game
Sebuah hal yang tidak perlu diragukan kembali. Jepang menjadi salah satu pionir dalam industri game sejak abad ke-20. Perusahaan game seperti Nintendo yang mendominasi pada tahun 1980-an. Dan pada tahun 1990 akhir hadirlah kompetitor yang hingga saat ini dikenal, yaitu Sony PlayStation.
Salah satu hal yang juga terkenal dari Jepang adalah game Arcade. Ketika kalian pergi ke Gamezone atau yang sejenisnya, kalian pasti akan menemukan berbagai mesin yang berasal dari Jepang. Meskipun terlihat sepi ketika ada di Indonesia, namun di Jepang arcade game merupakan makanan sehari-hari.
Fighting Arcade Game Lokal hingga Dunia Internasional
Arcade game paling terkenal salah satunya adalah fighting game. Banyak pelajar dan pekerja yang memainkan fighting game ketika waktu pulang. Dan hal inilah yang menjadi latar belakang dari beberapa pemain game profesional. Kita ambil contoh Daigo Umehara.
Daigo Umehara sendiri merupakan seorang pemain fighting game profesional yang terkenal di dunia internasional. Momen paling terkenalnya adalah EVO Moment 37.
Pada saat itu ia dapat menangkis secara sempurna serangan Chun Li pada game Street Fighter. Hebatnya, ia dapat menangkis 17 serangan dengan interval waktu sekitar 5 detik. Kejadian tersebut menjadi salah satu hal paling ikonik dari game fighting hingga saat ini.
Daigo sendiri mengatakan bahwa ia dan kebanyakan pemain pro lainnya juga berasal dari turnamen lokalan. Ibaratnya seperti turnamen PB yang diadakan sebuah warnet. Daigo pada akhirnya dapat meraih kejuaraan pada dunia internasional.
Alasan Fighting Arcade dan Jepang Menjadi Budaya Tersendiri
Bila kita simpulkan, budaya berkembangnya fighting game yang ada pada arcade game sendiri bukanlah tanpa alasa. Meskipun sudah menjadi budaya sejak lama, hingga saat ini tradisi tersebut masih berjalan dengan baik.
Alasan paling kuatnya, ialah masih banyaknya pusat permainan yang mempunyai arcade game. Tempat tersebut menjadi salah satu tempat bermain terkenal untuk para pelajar dan pekerja kantoran. Ketika pulang mereka dapat meluangkan waktu mereka di sana. Kalau di Indonesia, sama seperti keberadaan warnet dan rental PS.
Saking terkenal dan umumnya arcade game di Jepang, kalian dapat menemukan berbagai scene pada berbagai film animasi buatan Jepang. Anime seperti Charlotte dan Toaru Kagaku no Railgun juga menghadirkan keberadaan arcade game.
Hingga saat ini, pusat permainan seperti itu masih saja menghasilkan bakat baru asal Jepang. Bila dilihat dari website Liquipedia, banyak atlet yang berasal dari Jepang. Bahkan, sang legenda Daigo Umehara sendiri masih bermain untuk Team Beast dan Red Bull Esports.