Tag Archives: kompetitif

Asal Mula Battle Pass di Game Multiplayer Modern

GAMEFINITY.ID, Bandar Lampung – Sistem Battle Pass telah menjadi fenomena yang tak terhindarkan dalam industri permainan video, terutama dalam game multiplayer.

Battle Pass adalah cara bagi pengembang game untuk memberikan insentif kepada pemain agar mereka terus bermain dan menyelesaikan misi tertentu dengan tingkat level yang berbeda-beda. Reward dalam Battle Pass seringkali sangat beragam, mulai dari item kosmetik hingga mata uang permainan.

Asal Mula Battle Pass di Game Multiplayer Modern

Hampir semua game multiplayer terkenal saat ini telah mengadopsi sistem Battle Pass dalam berbagai bentuk, membuatnya menjadi model bisnis yang menguntungkan bagi para pengembang dan penerbit. Sistem ini juga menciptakan pemisahan antara pemain yang menghabiskan uang dalam game (P2W) dan pemain yang bermain secara gratis (F2P).

Asal Mula Battle Pass di Game Multiplayer Modern

Namun, pertanyaan tentang game mana yang pertama kali menerapkan sistem Battle Pass memunculkan sedikit debat. Dota 2, sebuah game multiplayer online battle arena atau MOBA yang dikembangkan oleh Valve Corporation, sering diakui sebagai salah satu pelopor dalam mengenalkan sistem Battle Pass pada tahun 2013.

Dota 2 memperkenalkan konsep Battle Pass saat International Interactive Compendium, sebuah item yang bisa dibeli dengan harga $10. Compendium memberikan pemain berbagai reward eksklusif, termasuk item kosmetik, fitur eksklusif dalam permainan, dan hadiah lainnya.

Baca Juga: Witch Fountain R, Game RPG yang Hadir di PC

Jadi Fitur Pemikat Player untuk Terus Mainkan Game

Meskipun Dota 2 sering kali dianggap sebagai game pertama yang mengadopsi sistem Battle Pass, beberapa game lain juga telah mengintegrasikan elemen serupa sebelum Dota 2. Sebagai contoh, game Team Fortress 2 juga memiliki Mann vs. Machine yang mengadopsi elemen serupa sebelum Dota 2. Namun, Dota 2 dengan International Interactive Compendium-nya membawa konsep Battle Pass ke level yang lebih besar dan sukses secara komersial, menginspirasi banyak game lain untuk mengikuti jejaknya.

Asal Mula Battle Pass di Game Multiplayer Modern

Sejak itu, sistem Battle Pass telah menjadi bagian integral dari banyak game, seperti Fortnite, Apex Legends, Call of Duty: Warzone, dan banyak lainnya, dengan setiap game menciptakan variasi dan inovasi dalam cara mereka menerapkan sistem ini. Battle Pass telah menjadi salah satu cara paling efektif bagi pengembang game untuk menjaga pemain terlibat dan mendapatkan pendapatan tambahan dari permainan mereka.

Update informasi menarik lainnya seputar game dan anime hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan voucher game dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.

Sejarah Kompetisi Game, dari Lokalan yang Sekarang Milyaran

GAMEFINITY.ID, Kota Batu – Saat ini, kompetisi game menjadi sebuah hal yang sering yang kita temui. Mulai dari kompetisi tingkat internasional seperti The International dan World League of Legends yang berhadiah milyaran rupiah. Hingga kompetisi Mobile Legend yang diadakan OSIS sekolah pada acara class meet.

Kompetisi Game Pertama | Wikipedia
Game yang Digunakan dalam Kompetisi Game Pertama | Wikipedia

Perkembangan turnamen dalam industri yang berkembang ini tentu saja menarik perhatian. Ditonton oleh jutaan orang dengan nilai investasi yang juga tidak kalah besar. Namun, bagaimana sejarah dari kompetisi game itu sendiri? Bagaimanakah sejarah esport dapat terbentuk.

Masa Awal Kompetisi Game

Kompetisi game pertama kali diselenggarakan oleh salah satu universitas terbaik di dunia, Stanford University, pada tahun 1972. Game yang dipertandingkan pada saat itu ialah Space War.

Turnamen kecil tersebut diselenggarakan dengan sistem five player free-for-all. Hadiah utama dari turnamen tersebut adalah satu tahun langganan gratis untuk majalah Rolling Stone. Bruce Baumgart menjadi pemenang kompetisi game pertama tersebut, sementara Tovar dan Robert E. Mass menjadi pemenang kategori tim.

Pada 1974, ketika sedang maraknya game arkade di Jepang, Sega mengambil kesempatan pada masa itu. Mereka menyelenggarakan turnamen berbagai game arkade di 300 lokasi berbeda di Jepang.

Nantinya, 16 pemain terbaik akan maju ke babak grand final. Hadiahnya pun juga tergolong masih sederhana, yaitu TV tabung, kaset tape, dan radio transistor.

Maju ke era 1980-an menjadi puncak dari kompetisi game arkade. Space Invader merupakan game yang terkenal menjadi sebuah ladang kompetisi pada saat itu. Tujuannya pun cukup simpel, yaitu untuk mencapai high score tertinggi dari yang lainnya.

Beberapa game lainnya juga mengusung konsep yang sama, yaitu menghasilkan skor tertinggi. Kompetisi lain seperti pada game Track & Field yang diselenggarakan Konami pada 1984, bahkan memiliki jutaan peserta di Jepang dan Amerika Serikat. Hal tersebut menjadi rekor dunia untuk kompetisi game dengan partisipan terbanyak hingga tahun 2016.

Baca Juga: Diablo Immortal Ditunda Lagi di Asia-Pasifik

Kompetisi Game pada Masa Game Online

Masa 1990-an menjadi akhir dari kompetisi game arkade dan mulai beralihnya menjadi berbasis online seperti yang kita ketahui sekarang. Game pertama yang menjadi game esport berbasis internet adalah Netrek yang mendukung cross-platform play.

Sistem dari sebuah game pun juga berganti. Sebelumnya, game menentukan pemenang lewat konsep skor tertinggi. Namun, pada tahun 1991, kompetisi dari game Street Fighter II merubah konsep tersebut dengan konsep baru, yaitu “adu mekanik”.

Pemain akan melawan pemain lainnya untuk menjadi yang terbaik. Konsep permainan tersebut masih digunakan hingga saat ini.

Maraknya game fighting seperti Street Fighter dan Marvel vs Capcom pada tahun ’90-an menjadi salah satu pondasi diadakannya Evolution Championship Series atau Evo pada 1996. Evo sendiri masih berjalan hingga saat ini dengan berbagai game fighting yang dipertandingkan.

Pada akhir ’90-an banyak game kompetitif baru mulai bermunculan. Mulai dari Doom dengan mode deathmatch, Starcraft, Warcraft, Quake, dan yang terkenal hingga saat ini, Counter Strike.

Era eSports

Memasuki era modern di tahun 2000-an eSport mulai dikenal sebagai salah satu cabang olahraga. Rusia dan Cina menjadi duan negara pertama yang mengakui eSport sebagai sebuah cabang olahraga pada tahun 2001 dan 2004.

Mulai dari sinilah perkembangan eSport menjadi pesat. Pada era 2000-an, game eSport ternama mulai dikenal hingga saat ini. Mulai dari DOTA yang dulunya mod untuk Warcraft III menjadi DOTA 2 sebuah game yang punya prizepool besar.

Setelah itu pada waktu itu sering diadakan kompetisi Counter Strike 1.6 dan Source. Saat ini, tim dari kedua game tersebut disatukan untuk bersaing pada game Counter Strike Global Offensive.

Tahun 2010-an menandakan eSport yang berada dalam masa terkenalnya hingga saat ini. Mulai dari berkembangnya platform streaming yang menayangkan turnamen eSport seperti Twitch dan Youtube. Hingga berbagai lembaga dan fasilitas resmi yang mendukung berjalannya kegiatan eSport.

Penutup

eSport sendiri juga berkembang layaknya yang lain. Mulai dari kecil hinga menjadi sebuah hal yang punya nilai investasi milyaran. Layaknya industri game, industri eSport hingga kini masih berkembang dan akan terus tumbuh sebagai salah satu kompetisi paling terkenal di dunia terlepas dari game apa yang dimainkan.

Baca Juga: Twilight Jadi Server Gabungan Luneska dan Morai di Perfect World II Indonesia

Awas! Game Kompetitif Ternyata Dapat Ganggu Kesehatan Mental

GAMEFINITY.ID, Salatiga – Pengaruh video game terhadap kesehatan mental memang sudah menjadi perbincangan hangat dalam ranah psikologi. Dan kini, peneliti menemukan bahwa video game kompetitif dapat mengganggu kesehatan mental para pemain.

Game kompetitif seperti Dota 2, Mobile Legends, LOL, CS:GO dianggap jauh lebih berbahaya dibandingkan game-game kasual single player. Meskipun lebih berbahaya, ironisnya game-game kompetitif jauh lebih digandrungi dibandingkan game kasual.

Sebenarnya video game apapun pada dasarnya tidak jahat. Mereka tidak selalu menyebabkan kecemasan atau depresi. Namun gangguan kesehatan mental seringkali datang dari pemain yang kurang mampu menyikapi secara positif ketika bermain video game khususnya game kompetitif.

Lalu apa saja dampak negatif dari bermain game kompetitif dan bagaimana cara menanggulanginya? Mari kita simak baik-baik.

Alexithymia, Gangguan Identifikasi Emosi Manusia

Jika seseorang menekan emosinya untuk jangka waktu yang lama, mereka mengembangkan kondisi yang disebut Alexithymia. Alexithymia adalah ketidakmampuan untuk menentukan keadaan emosi batin seseorang. Mayoritas gamer kompetitif menderita Alexithymia, karena cara video game kompetitif menekan emosi kita dan memengaruhi kesehatan mental kita.

Semua gamers pasti setuju apabila ketika bermain game kompetitif, kekalahan adalah sesuatu yang terasa tidak enak, apapun alasannya. Kita sudah menghabiskan waktu, tenaga, pikiran untuk memenangkan game namun sayangnya hal tersebut terbuang sia-sia.

Kebanyakan para pemain game kompetitif tidak dapat menyikapi kekalahan tersebut dengan baik. Mereka menekan perasaan negatif atas kekalahan terus menerus dan pada akhirnya perasaan tersebut meledak dan tidak terkendali.

Apabila ledakan perasaan tersebut semakin parah, para gamers tersebut akan membatasi kapasitas emosional mereka. Akibatnya, mereka akan sulit dalam mengidentifikasi emosi dan menyampaikan emosional mereka secara tidak tepat. Inilah yang dinamakan Alexithymia.

Beberapa gejala-gejala awal Alexithymia yang diakibatkan oleh video game kompetitif yaitu terbiasa berbicara kasar, sering menyalahkan orang lain, dan tidak dapat menerima keadaan.

Depresi Karena Ranking

“Ah noob banget sih lu masa’ rank lu masih rendah segitu”, “Gak mau ah gw main ama lu, rank lu masih segini sih”.

Pasti sering sekali kita mendengar ucapan semacam itu dalam lingkungan game kompetitif. Dalam bermain game kompetitif, ranking menjadi tolak ukur kemampuan dalam bermain game. Semakin tinggi rank seseorang, maka semakin tinggi pula kemampuannya.

Sistem rank ini secara tidak langsung memunculkan sistem kasta dalam komunitas game kompetitif. Banyak sekali kasus dimana pemain dengan rank tinggi merasa lebih superior terhadap pemain dengan rank rendah.

Akibatnya pemain dengan rank yang rendah merasa tertekan dan depresi atas perilaku diskriminatif tersebut. Pemain tersebut akan menciptakan pola yang tidak sehat dalam bermain kompetitif game agar tidak diejek oleh pemain dengan rank tinggi.

Obsesi dan Fanatisme yang Tidak Sehat

Para penggila game kompetitif memang kebanyakan memiliki obsesi dan fanatisme yang tidak sehat terhadap game yang mereka mainkan. Tak jarang apabila kita menengok forum-forum online game kompetitif, para fanatik sering memuja game yang mereka mainkan layaknya dewa.

Persaingan antar game kompetitif seperti Mobile Legends dengan Arena of Valor, PUBGM dengan Free Fire juga dapat merembet ke para pemain mereka. Sehingga tak jarang terjadi perdebatan sengit antar fanatis tentang game mana yang lebih superior.

Para fanatis tersebut akan mencari lawan debat dan mencoba menjatuhkan game rival dan meninggikan game mereka setinggi langit. Bahkan ada beberapa kasus dimana pertikaian tersebut berujung pada berbagai tindakan kriminal seperti penganiayaan, pencemaran nama baik, dan lain-lain.

Mengatasi Gangguan Mental Akibat Game Kompetitif

Apabila kalian merasakan gejala-gejala negatif akibat game kompetitif tersebut, kalian dapat melakukan hal ini untuk mencegah gejala negatif tersebut semakin parah.

  1. Kurangi waktu bermain game kompetitif. 
  2. Ubah mindset kalian dalam bermain game kompetitif dari “mencari kemenangan” menjadi “mencari kesenangan” 
  3. Lakukan aktivitas positif di dunia nyata seperti berjalan-jalan menghirup udara segar, olahraga, dan lain-lain. 
  4. Mencoba bermain game casual yang lebih santai dan mudah dinikmati. 
  5. Coba bersosialisasi dengan orang lain secara nyata. 
  6. Anggap segala sesuatu yang terjadi di dalam game sebagai sesuatu yang tidak nyata dan hanya fiktif semata.

Yup itu tadi beberapa gangguan kesehatan mental akibat game kompetitif. Sebagai gamers tentunya kita berharap dijauhkan dari berbagai macam masalah mental yang ditimbulkan oleh game kompetitif. Dan terakhir, penulis ingin berpesan kepada para gamers agar tetap bermain game secara sehat dan berpikir positif terhadap segala sesuatu yang terjadi di dalam game.