GAMEFINITY.ID, Jakarta – Konami secara resmi mengumumkan rencana mereka untuk merilis versi remaster dari Suikoden dan juga Suikoden 2. Dua game besar Konami yang pernah sukses di era konsol PS1 dulu. Setelah hampir 16 tahun Konami meninggalkan Franchise Suikoden, kini Konami kembali untuk meneruskan franchise yang satu ini.
Suikoden 1 pertama kali dirilis pada tahun 1995 secara eksklusif di konsol PS1. Game JRPG yang satu ini mempunyai keunikan dan ciri khasnya dimana kita sebagai pemain bisa merekrut playable karakter hingga 100 orang dengan ability dan latar belakang mereka masing-masing. Ditambah lagi dengan cerita seri Suikoden yang tergolong cukup berat dan lekat akan unsur politik, Suikoden menjadi seri yang sangat digemari oleh fans.
Konami kemudian merilis sekuel untuk seri Suikoden dengan judul Suikoden 2 pada tahun 1998 di PS1. Suikoden 2 menjadi seri yang sangat memoriable bagi para pecinta JRPG berkat storyline-nya yang lebih kompleks dengan berbagai drama yang menarik untuk disimak.
Pada tanggal 16 September kemarin, Konami mengumumkan sekaligus merilis trailer pertama untuk Suikoden 1 & 2 HD Remaster. Melalui trailer tersebut, kita bisa melihat tempat-tempat yang ikonik dari kedua seri ini. Namun dengan visual yang tentunya jauh lebih memukau. Dalam video tersebut, terlihat pixel sprites karakter dan juga environment game yang jauh lebih indah dan halus.
Ditambah lagi, Konami juga menjanjikan akan menghadirkan beberapa karakter baru. Karakter ini dibuat langsung oleh Character Artist dari seri original Suikoden, yaitu Junko Kawano. Konami juga menjanjikan akan memberikan environment pada battle encounter dan SFX yang baru. Ditambah lagi dengan beberapa fitur baru yang akan muncul seperti fitur double-speed battle, Dialogue Log, Auto Battle, dan masih banyak lagi.
Gameplay Suikoden 1 & 2 HD Remaster
Untuk tanggal perilisannya, Konami sampai saat ini belum mengumumkannya. Namun, kedua game remaster ini direncanakan akan rilis pada than 2023 untuk PC, PS4, Xbox One, dan juga Nintendo Switch. Selain kedua game tersebut, Konami sepertinya juga berencana untuk membangkitkan franchise ini dengan game-game baru mereka.
Update informasi menarik lainnya seputar review game hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan vouchergame dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.
GAMEFINITY.ID, Bandung – Konami sebelumnya telah mengumumkan mereka akan tampil di Tokyo Game Show tahun ini. Mereka telah dikabarkan akan mengumumkan sebuah game yang masih menjadi misteri di sana. Menariknya, warganet mendapati Konami telah memperbaharui trademark Suikoden.
Trademark Suikoden Telah Diperbaharui
Tokyo Game Show tahun ini hanya kurang lebih beberapa hari lagi. Namun, warganet baru-baru ini menemukan kabar bahwa Konami mengajukan sebuah permohonan pada Juli lalu. Permohonan tersebut adalah untuk memperbaharui trademark seri Suikoden, seri game RPG klasik buatannya.
Kabar tersebut dibagikan di Reddit dan mengundang berbagai reaksi. Beberapa menduga Konami sedang mengerjakan entri game Suikoden terbaru. Tidak sedikit pula yang mengkhawatirkan game terbaru itu akan bernasib sama dengan Metal Gear Survive. Namun, beberapa juga berpendapat perusahaan game seperti Konami selalu memperbaharui trademark meski belum mempertimbangkan untuk menghidupkan kembali sebuah seri game.
Konami saat ini sedang berada di posisi tidak aman bagi penggemar. Keputusan kontroversialnya telah mengundang kritik, mulai dari rilisnya Metal Gear Survive, berfokus pada pachinko, hingga pergantian nama Winning Eleven menjadi eFootball.
Game Terakhir Rilis 2012 di PSP
Suikoden sendiri merupakan seri game RPG buatan Yoshitaka Murayama dan diadaptasi dari novel klasik China Water Margin. Seri pertamanya, Suikoden, pertama kali rilis pada 1995 untuk PlayStation di Jepang. Semenjak kesuksesannya, terdapat empat sekuel, enam game spin-off, dan adaptasi light novel serta manga. Entri utama terakhirnya, Suikoden V rilis 2006 di PlayStation 2.
Terakhir kali Konami merilis game Suikoden baru pada 2012, yaitu game spin-off Gensou Suikoden: Tsumugareshi Hyakunen no Toki di PlayStation Portable. Sejak saat itu, belum ada game Suikoden yang diumumkan sama sekali.
Tim pengembang Suikoden, termasuk Yoshitaka Murayama sendiri, telah mengembangkan seri game baru Eiyuden Chronicle. Entri pertamanya, Eiyuden Chronicle: Rising telah rilis 2022. Entri selanjutnya, Eiyuden Chronicle: Hundred Heroes dijadwalkan rilis 2023 setelah sukses menggalang dana di Kickstarter.
Konami Akan Umumkan Sebuah Game Baru dari Franchise Favorit Pada Tokyo Game Show
Pada Tokyo Game Show 2022, Konami dipastikan akan mengumumkan game baru dari sebuah franchise favorit penggemar. Penggemar telah yakin game tersebut berkaitan dengan Suikoden.
Alasannya sudah dapat ditebak dari acara yang akan diadakan Konami di Tokyo Game Show. Sebenarnya, mereka hanya menyampaikan acara itu akan dipandu pengisi suara terkenal Yuki Kaji. Ia pernah menyumbangkan suara di Suikoden Tierkreis dan Gensou Suikoden: Tsumugareshi Hyakunen no Toki.
Hal ini diperkuat oleh laporan VGC. Mereka melaporkan pengumuman di Tokyo Game Show itu akan berfokus pada sebuah “proyek kecil” alih-alih Metal Gear atau Silent Hill.
Apakah rumor bahwa Suikoden akan kembali terwujud di Tokyo Game Show mendatang? Jika itu benar, bisakah Konami membersihkan kembali namanya di mata penggemar dengan proyek ini?
GAMEFINITY.ID, PATI – Banyak gamer khususnya para penggemar Silent Hill tahu game horor berumur pendek yang dikenal sebagai PT (singkatan dari Playable Teaser). PT awalnya direncanakan akan menjadi spiritual successor dari Silent Hill yang dibintangi oleh Norman Reedus dan Guillermo del Toro. Sayangnya, proyek ini telah dibatalkan. Banyak penggemar berspekulasi bahwa perselisihan antara Hideo Kojima dan Konami pada tahun 2015 mengakibatkan proyek game horror ini dibatalkan. PT juga telah dihapus dari PlayStation Store, dan tidak lagi dapat di download.
Selalu Dikenang Para Penggemarnya
Orang-orang yang sempat menyimpan demo PT di PS4 mereka menjadi pemilik konsol paling beruntung. Pasalnya tak sedikit orang yang mau menawarkan harga yang cukup fantastis hanya untuk PS4 yang masih menyimpan game horror tersebut. Game ini juga tidak dapat ditransfer dari PS4 ke PS5 dikarenakan tidak kompatibel dengan PlayStation 5. Parahnya lagi segala upaya fans dalam membuat ulang PT di game lain langsung di shut down begitu saja oleh Konami.
Hideo Kojima Ingati 8 Tahun PT
Disutradarai oleh Hideo Kojima ketika masih bekerja di Konami, PT adalah game horor first person di mana pemain ditempatkan dalam suatu rumah berhantu. Selama permaian, pemain akan selalu mengalami gangguan-gangguan supernatural, menghadapi serangkaian puzzle dimana-mana, dan berlari untuk menyelamatkan hidup ketika bertemu sosok hantu jahat bernama Lisa. Proyek PT hanya sampai teaser sebelum pada akhirnya dibatalkan. Memperingati delapan tahun setelah pembatalannya, Hideo Kojima memposting tweet untuk mengingat game ambisius yang terpaksa batal ini.
Kojima memposting di akun Twitternya bahwa telah delapan tahun berlalu sejak proyek PT dibatalkan, sekaligus mengingat pengalamannya mengumumkan game ini di Gamescom. Beliau mengatakan bahwa akan membutuhkan waktu sekitar dua bulan untuk menyelesaikan game tersebut. Namun kenyataannya PT diselesaikan hanya dalam dua hari. Dia masih mengingat saat berada di atas panggung dengan Geoff Keighley di Gamescom. Beliau mengungkapkan rasa “kekecewaan,” berharap misteri dalam game tesebut dapat bertahan lebih lama.
2/2 The result was solved in just two days, and I remember being asked on stage about P.T. at the talk show with Geoff at gamescom, and I gave my answer with a sense of failure 👻
Tak lama setelah Hideo Kojima memposting tweet peringatan 8 tahun PT, Sutradara Hollywood Guillermo del Toro membalas dengan sedikit pedas. Dalam tanggapan tweet-nya, beliau menuliskan “F.K” yang kemungkinan dimaksudkan untuk menyampaikan kekesalannya terhadap keputusan Konami saat itu. Guillermo del Toro sebelumnya memang direncanakan akan berkerja sama dengan Hideo Kojima dan Norman Reedus dalam proyek game PT.
Meski proyek ini hanya sampai Teaser saja, tapi para fans telah jatuh hati dengan game garapan sang legenda Hideo Kojima ini. Para penggemar masih berharap pada Hideo Kojima untuk menciptakan game serupa yang akan menjadi versi jadi dari PT. Bagaimana menurut kalian? Apa kalian salah satu fans yang jatuh cinta dengan game PT?
Jika kalian ingin tahu lebih banyak berita seputar game, kalian bisa mengunjungi Gamefinity. Buat kalian yang mau gacha atau top up game kesayangan kalian bisa langsung klik Gamefinity.id
GAMEFINITY.ID, Kota Batu – Berbicara mengenai peran sebuah negara dalam industri game, tentu saja Jepang menjadi salah satu yang paling berpengaruh dan terkenal. Saking terkenalnya, Jepang menjadi kiblat game di benua Asia, setidaknya hingga berbagai game free-to-play asal Tiongkok mulai menyerang pasar.
Meski sudah melewati masa emasnya di tahun 1980 hingga 1990-an, Jepang saat ini masih menjadi rumah dari industri game di Asia. Mulai dari konsol, game, pengembang, hingga beberapa tradisi yang masih ada hingga saat ini.
Sejarah Awal Kontribusi Jepang dalam Industri Video Game
Jepang dan game memulai hubungannya di tahun 1966 dengan Sega yang merilis sebuah game berjudul Periscope. Game tersebut merupakan sebuah game simulasi yang mengsimulasikan kapal selam. Pada tahun 1969, Sega memperkenalkan teknologi rear image projection dan salah satu game yang menggunakannya adalah Duck Hunt milik Nintendo.
Dekade 1970-an dan 1980-an merupakan perkembangan pesat Jepang dalam produksi game arkade milik mereka. Sega merilis game arkade Pong milik mereka di AS untuk pertama kalinya pada 1972.
Namun, langkah terbesar bagi industri game di Jepang adalah saat kesuksesan Space Invader di pasaran pada tahun 1978. Selain menjadi langkah awal Jepang di industri game, Space Invader juga menjadi tonggak awal dari masa keemasan game arkade di tahun 1980-an tidak hanya di Jepang, namun juga di berbagai belahan dunia.
Setelah kesuksesan Space Invader, banyak game Jepang lainnya yang juga mengalami kesuksesan dan menjadi terkenal. Sebut saja Galaxian, Pacman, dan Bosconian yang juga hadir sebagai game arkade. Dengan terkenalnya berbagai game tersebut, nilai industri game di dunia mencapai angka US$8 Milyar (setara US$23,8 Milyar di tahun 2021).
Fun Fact: Terdapat sebuah teori urban legend bahwa kelangkaan uang 100 Yen di tahun 1980-an disebabkan oleh suksesnya berbagai game arkade. Karena kejadian tersebut, produksi uang koin pecahan 100 Yen terpaksa ditingkatkan.
Kontribusi Jepang dalam Industri Game dari Tahun 1980 sampai Milenium Baru
Awal dekade 1980 menjadi tahun rilisnya konsol handheld pertama yang diproduksi oleh Nintendo, yaitu Game & Watch yang didesain oleh Gunpei Yokoi. Berbicara mengenai konsol, Nintendo juga lah yang mencetuskan ide untuk membuat konsol rumahan berbasis kartrid, yaitu Famicom atau Family Computer. Konsol tersebut mampu menjalankan game arkade seperti Donkey Kong.
Pada tahun 1988 Nintendo menyempurnakan Famicom miliknya dengan merilis Nintendo Entertainment System atau NES. NES lah yang membawa Nintendo melewati Toyota sebagai perusahaan terbesar di Jepang pada tahun 1990.
Banyak yang mengira NES akan menjadi sebuah konsol angin-anginan karena terjadinya fenomena video game crash di tahun 1983 yang membuat industri game turun nilainya. Namun, prediksi tersebut terbukti salah karena faktanya, NES terjual sebanyak 60 juta unit di seluruh dunia. Larisnya NES didukung oleh berbagai game legendaris seperti Super Mario Bros, Metroid, dan Legend of Zelda.
Selain Nintendo, Sony adalah perusahaan lainnya yang bergelut dalam pasar konsol rumahan. Pada awalnya Sony bekerja sama dengan Nintendo untuk merilis PlayStation. Namun, mereka berhenti bekerjasama dan membuat konsol PlayStation milik mereka sendiri yang berbasis CD.
Konsol milik merekalah yang justru laris di pasaran. Selain teknologi yang lebih maju, kesuksesan PlayStation juga dibantu beberapa game terkenal dan fitur lainnya. Hingga saat ini, kedua perusahaan tersebut, Nintendo dan Sony, masih merilis konsol milik mereka masing-masing. Walau begitu juga ada perusahaan seperti Sega dan Atari yang mundur dari pasar konsol.
Negeri Sakura di Industri Game Modern
Seperti yang disebutkan sebelumnya, Sony dan Nintendo masih melanjutkan pembuatan konsol mereka. Hingga saat ini, mereka berdualah yang menguasai pasar konsol dengan hanya satu kompetitor setara, yaitu Xbox milik Microsoft. Bahkan, PlayStation2 masih memegang rekor sebagai konsol terlaris di dunia dan mengalahkan Xbox di tanah kelahirannya, AS.
Selain dalam pasar konsol, Jepang juga berkontribusi dalam pengembangan video game itu sendiri. Jika kalian pernah bermain game, tentunya kalian pernah bermain game asal Jepang yang ikonik dan terkenal.
Kalau kalian kira game tersebut adalah game “gacha waifu” seperti saat ini, maka kalian salah besar. Karena sebenarnya, developer asal Jepang di zaman dulu menggunakan media game sebagai media untuk menunjukkan performa terbaik mereka. Pengembang seperti Nintendo, Sega, Capcom, Konami, Square Enix, dan yang lain memiliki game ikoniknya masing-masing
Kita ambil contoh game sejuta umat di konsol seri PlayStation, Resident Evil milik Capcom. Seri tersebut mencapai puncak kejayaannya saat RE4 rilis. Dengan grafis yang terkesan “wow” di zamannya, mekanisme menantang, dan penokohan yang pas, hal-hal tersebut menjadikan RE4 menjadi salah satu game terbaik sepanjang sejarah.
Konami, perusahaan yang saat ini menjadi sebuah lelucon dalam industri game juga memiliki berbagai game ikoniknya di masa lalu. Contohnya adalah Winning Eleven yang masih berlanjut dengan nama Pro Evolution Soccer dan berganti lagi menjadi eFootball. PES hingga saat ini menjadi salah satu dari hanya dua game sepakbola terkenal yang dipublikasi selain FIFA milik EA.
Berbicara dengan inovasi, kesempurnaan, dan detail kecil, kita tidak dapat melupakan sang legenda Hideo Kojima. Seri Metal Gear Solid miliknya selalu mengalami kesuksesan. Nilai jual utamanya adalah teknologi yang digunakan yang selalu selangkah lebih maju. Hal tersebut bisa datang dari detil kecil di sebuah game ataupun grafis yang lebih memukau.
Dan untuk yang lain sebut saja Sega dengan Sonic miliknya yang sudah terkenal bahkan dijadikan animasi dan film. Square Enix tidak lupa, dengan seri Final Fantasy milik mereka yang sukses, awalnya sebagai proyek terakhir sebelum bangkrut malah keterusan.
Penutup
Sebenarnya masih banyak yang dapat dibahas, namun bila dibahas semua maka artikel ini tidak tahu akan berakhir kapan dan pembaca mungkin akan cepat bosan. Intinya, kontribusi Jepang di industri game sudah berlangsung sejak lama. Mulai dari zaman arkade hingga zaman modern.
Hingga saat ini masih banyak game asal Jepang yang legendaris. Selain yang telah disebutkan di atas masih ada berbagai game fighting seperti KoF dan Tekken. Lalu ada juga game hack and slash semacam Devil May Cry yang juga sukses di pasaran.
GAMEFINITY.ID, Bandung – Metal Gear dan zombie? Saat konsep itu akan terjadi dalam bentuk Metal Gear Survive, penggemar langsung mengecapnya sebagai ide buruk. Pasalnya, Metal Gear sudah identik dengan politik dan espionage, bukan zombie.
Metal Gear Survive sendiri telah dirilis 20 Februari 2018 di PC, PlayStation 4, dan Xbox One. Mulai dari pengumuman hingga perilisan, game ini telah mendapat berbagai backlash, terutama terkait dengan keputusan bisnis Konami sendiri.
Berawal dari Hengkangnya Hideo Kojima
Penggemar game besutan Konami, termasuk seri Metal Gear, tentu tidak asing lagi dengan Hideo Kojima. Kojima sendiri telah bergabung dengan Konami pada 1986. Satu tahun kemudian, ia memimpin pengembangan game Metal Gear pertama yang rilis pada 1987. Sejak saat itu, Metal Gear menjadi salah satu seri game tersukses Konami.
Kojima kemudian memproduseri setiap seri Metal Gear, termasuk entri Metal Gear Solid. Tetapi pada 2013, ia mengumumkan akan hengkang dari Konami setelah selesai mengembangkan Metal Gear Solid V: The Phantom Pain. Ia telah berkali-kali menyebutkan rencana itu, tetapi tidak seperti sebelumnya, ia tampak serius. Konami kemudian menghapus namanya dari promosi game itu. Lebih buruk lagi, Silent Hills, game horor besutannya, juga dibatalkan.
Pada 2015, Konami melakukan restrukturisasi besar-besaran dan mulai berfokus pada game mobile. Perubahan ini telah memicu kontroversi tidak hanya di dalam perusahaan, tetapi juga penggemar game besutannya.
Begitu Kojima Productions diumumkan sebagai Developer of the Year di The Game Awards 2015, Kojima dikabarkan dilarang hadir atas tuntutan Konami. Alhasil, Kiefer Sutherland, pemeran Snake di Metal Gear Solid V: The Phantom Pain, mewakilinya dalam menerima penghargaan itu. Kejadian ini memicu hujatan penggemar terhadap Konami.
Sampai saat ini, hengkangnya Kojima dari Konami masih saja memicu kontroversi. Sayangnya, kejadian itu bukanlah akhir penderitaan penggemar seri Metal Gear.
Trailer Metal Gear Survive Terungkap, Langsung Panen Dislike
Konami kemudian merilis trailer gameMetal Gear Survive, entri Metal Gear selanjutnya. Sayangnya, penggemar beramai-ramai menghujat pengumuman tersebut. Kotaku mencatat trailer itu sudah mengumpulkan seribu like, dan 14 ribu dislike pada 19 September 2016.
Komentar dari penggemar pun beragam. Mulai dari menyatakan Metal Gear dan zombie tidak cocok hingga sampai menghujat keputusan Konami pada saat itu. Banyak dari penggemar merasa bahwa Metal Gear Survive telah mencemar nama baik seri Metal Gear.
Bahkan Kojima sendiri telah berkata Metal Gear dengan zombie akan menjadi hal aneh. Ia memutuskan untuk menjauh dari game besutan Konami itu dan berfokus pada Death Stranding.
Tanggapan Beragam Dari Kritikus, Masih Dibenci Pemain
Setelah rilis pada 20 Februari 2018, Metal Gear Survive mendapat respon beragam dari berbagai kritikus. Beberapa dari mereka berkata Metal Gear Survive secara mengejutkan cukup menyenangkan, beberapa lagi menganggap cerita dan karakternya hambar.
Tidak seperti kritikus, pemain masih menghujat Metal Gear Survive saat perilisannya. Banyak dari mereka menganggap game tersebut hanya mengikuti tren zombie dalam game, ditambah lagi microtransaction yang membuat frustrasi. Alhasil, Metal Gear Survive bukan lagi game stealth, genre yang menjadi ciri khas seri Metal Gear.
Penjualan Metal Gear Survive Mengecewakan, Sampai Tidak Masuk Laporan Keuangan Konami!
Dilansir dari VGChartz, Metal Gear Survive berhasil terjual sebanyak 103 ribu unit pada minggu pertama rilis. Setelah itu, Konami sama sekali tidak pernah menyebutkan total penjualan Metal Gear Survive dalam setiap laporan keuangannya. Hal ini mengejutkan mengingat mereka selalu menyebut entri Metal Gear dan game lain besutannya. Oleh karena itu, dipercaya bahwa Metal Gear Survive telah gagal di pasaran.
Metal Gear Survive menjadi titik rendah keserakahan Konami. Mereka telah memanfaatkan nama Metal Gear untuk membuat game zombie demi meraup keuntungan. Terlebih, kontroversi di balik hengkangnya Kojima juga masih menjadi pemicu kebencian penggemar.
Dengan backlash yang sudah terjadi separah ini, bisakah Konami kembali menarik para penggemarnya?
GAMEFINITY.ID, Kota Batu – Konami, salah satu perusahaan developer dan publisher game asal Jepang. Namanya sudah dikenal oleh berbagai kalangan karena game buatannya yang legendaris. Salah satu perusahaan besar dalam industri I yang terkenal karena game miliknya yang selalu mempunyai kualitas.
Namun, semua berubah di tahun 2010 ke atas. Perubahan manajemen, kekacauan di kantor, serta perubahan mindset bisnis. Ketiga hal tersebut menyebabkan Konami kehilangan namanya dan dibenci oleh para gamers.
Sejarah Konami
Konami sendiri berawal dari sebuah usaha yang dimiliki Kagemasa Kozuki, Yoshinobu Nakama, dan Tatsuo Miyasako sebagai tempat servis dan sewa jukebox. Nama Konami sendiri diambil dari nama belakang para pendirinya. Pada 1971, Konami berpindah haluan untuk menjadi sebuah perusahaan yang terjun dalam bidang pembuatan arcade game.
Game arcade pertama milik Konami rilis pada tahun 1978 dan diekspor ke Amerika Serikat di tahun berikutnya. Usaha Konami mengalami kesuksesan di tahun 1980-an. Berbagai game arcade milik Konami laris di pasaran, contohnya Super Cobra, Frogger, dan Track & Field.
Konami membuka cabang Amerika miliknya pada tahun 1982 dan mulai terjun ke dunia game konsol. Mulai dari tahun tersebut langkah Konami berpindah fokus kepada game konsol. Game seperti Castlevania dan Contra dirilis untuk NES
Setelah mengganti nama resminya menjadi Konami Co., Ltd. Pada 1991, Konami mulai berfokus untuk mengembangkan game pada platform 16-bit. Game seperti Metal Gear Solid dan Silent Hill rilis pada era tersebut. Dan tidak lupa Yu-Gi-Oh juga hadir pada masa itu.
Pada tahun 2000, Konami mengganti nama inggrisnya menjadi Konami Corporation. Dapat dikatakan Konami sendiri mengalami puncak kejayaannya pada era 2000-an. Mulai dari WE dan PES yang dapat menguasai pasar game sepakbola melawan FIFA. Hingga Metal Gear Solid 2, 3, dan 4 yang semuanya mencapai kesuksesan.
Setelah mengalami masa emasnya, Konami justru mengalami kemunduran di dekade berikutnya. Pergantian manajemen merupakan sebuah penyebab utama dalam kemunduran Konami.
Pada tahun 2007, ketika smartphone mulai berkembang, sebuah perusahaan di Jepang bernama Gree dapat memanfaatkan keadaan. Mereka membuat sebuah game mobile yang dikembangkan dan dipromosikan dengan pernyataan “free games” untuk mobile game.
Gree dapat memaksimalkan keuntungan lewat skema game mobile yang punya prinsip “budget terbatas, target profit setinggi-tingginya. Konami sebagai pengembang game juga tidak hanya diam.
Konami merilis dua game berjudul Dragon Collection dan Sengoku Collection. Dengan dua game yang sukses tersebut Konami dapat memaksimalkan keuntungannya hingga 80% pada 2011-2012.
Hal inilah yang membuat Konami mengubah haluannya. Beberapa karyawan dan orang dalam Konami sendiri menyatakan bahwa memang membuat game mobile adalah hal yang paling mudah untuk mendapatkan keuntungan.
“Mengapa harus bertaruh dengan budget besar untuk membuat game AAA ketika keuntungan maksimal dapat dicapai dengan budget yang lebih kecil?”, ucap seorang mantan karyawan Konami.
Sebagai perbandingan, Metal Gear Solid 4 menghabiskan budget sebesar $60-70 juta. Sementara pengembangan game mobile sendiri bisa jauh di bawah angka tersebut. Game mobile hanya menghabiskan budget di angka rata-rata $250.000. Tentu perbandingannya jauh dengan profit yang lebih tinggi.
Hingga saat ini Konami masih belum mengumumkan adanya proyek tentang game AAA terbaru milik mereka. Faktor keluaranya Hideo Kojima menjadi salah satu alasan.
Karena terakhir kali game AAA Konami rilis tanpa Kojima, Konami dapat dikatakan gagal total. Ya, tidak lain dan tidak bukan game tersebut adalah Metal Gear Survive. Saat ini, Konami lebih fokus untuk mengembangkan mesin judi Pachinko miliknya.
Kojima yang Dilupakan
Hideo Kojima merupakan seseorang yang sudah dibahas minggu lalu. Ia merupakan seorang karyawan Konami yang pada April 2011 ditunjuk untuk menjadi Executive Vice Director. Kala itu ia bertugas untuk mengawasi pengembangan game AAA milik Konami.
Kojima sendiri terkenal sebagai orang yang suka untuk mengembangkan hal baru dalam dunia game. Namun, tentu saja hal baru tersebut punya harga yang mahal. Ketika Konami fokusnya berubah, Kojima juga mulai kehilangan tempat.
Namanya dihapus dari semua game buatannya. Padahal adanya nama Hideo Kojima dalam cover sebuah game dapat menambah ekspektasi dari game tersebut.
Konami juga menutup cabang Amerikanya yang sebelumnya diubah namanya menjadi Kojima Production. Puncaknya, adalah ketika Hideo Kojima memenangkan sebuah penghargaan untuk game buatannya. Namun, Konami melarang Kojima untuk hadir menerima penghargaan tersebut.
Lantas dari situlah kemunculan dari amarah para gamers secara global. Mereka memulai dengan menggunakan tagar yang meyinggung Konami.
Habis Terang Terbitlah Gelap
Setelah memiliki berbagai kisah panjang yang dihiasi oleh prestasi, kini Konami telah hilang dari peredaran. Tidak mempunyai acuan tertentu dalam turun di industri game menjadi sebuah alasan.
Dulu Konami sering mencetak game yang berkualitas bagus dan melegenda. Sekarang yang Konami cetak hanyalah uang semata. Hingga parahnya mereka berfokus pada bisnis mesin judi Pachinko milik mereka.
Konami sendiri juga merasa paling superior. Mendepak aset emasnya yang berjasa untuk mengangkat namanya. Saat ini Kojima sukses dengan Death Stranding dan mempunyai proyek baru, sementara Konami masih menggali lubang untuk menemukan keuntungan milik mereka.
“Hampir 53 tahun, saya belajar dari diri saya sendiri. Film yang saya tonton, buku yang saya baca, musik yang saya dengarkan, game yang saya mainkan, serta orang-orang yang saya temui 30 tahun terakhir di industri game, itu semua yang membentuk saya. Bukan Konami, bukan orang-orang di Konami.”, ucap Hideo Kojima.