Tag Archives: Metaverse

Meta, Owner Facebook berencana membuat Rival dari Twitter

Gamefinityid, Bekasi – Staf dari perusahaan Meta telah menunjukkan rencana untuk jejaring sosial berbasis teks yang dirancang untuk bersaing dengan Twitter, dilansir dari BBC.

User bisa kembali mengikuti akun yang sudah mereka ikuti di Instagram dan berbagi gambar. Dan itu berpotensi memungkinkan mereka untuk membawa pengikut dari platform terdesentralisasi seperti Mastodon.

Dilansir dari BBC, juru bicara dari Meta telah konfirmasi bahwa platform tersebut sedang dalam pengembangan.

Baca Juga: 

Apa Fitur Unik yang akan dibawa dari Meta?

Chief product staff dari Meta, Chris Cox, mengatakan coding sedang dalam masa pengembangan. Perusahaan teknologi tersebut ingin segera merilisnya, meskipun belum ada tanggal pasti yang diberikan. Ada beberapa spekulasi bahwa aplikasi tersebut akan rilis bulan Juni.

Meta

Screenshot tersebut telah beredar secara online. Hal ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan besar ini akan menjadi layout dari aplikasi baru tersebut.  Salah satu staf perusahaan telah mengonfirmasi bahwa hasil SS tersebut adalah asli. Tampilan aplikasi tersebut diperkirakan akan mirip dengan Twitter.

Apakah ada potensi menjadi sepopuler Twitter?

Twitter Logo with Bird Isolated Over White Background. Social Media and Networking. Editorial Image - Illustration of networking, symbol: 130861855

Jaringan berbasis teks yang memiliki judul Project P92  bisa menjadi saingan kuat bagi Twitter Elon Musk daripada BlueSky atau Mastodon. Walaupun kedua aplikasi tersebut menarik pengguna yang kecewa dengan Twitter, memulai dari awal di jejaring sosial baru dan membangun kembali komunitas adalah hal yang sulit.

Untungnya Meta memiliki komunitas Instagram yang besar. Meta mengatakan mereka memiliki sekitar dua miliar pengguna, jauh lebih kecil dari 300 juta yang diyakini menggunakan Twitter – meskipun jumlahnya tidak dapat lagi diverifikasi.

Bahkan jika hanya 25% pengguna Instagram yang menggunakan P92, tentunya jumlahnya masih lebih banyak dari aplikasi pendahulunya yaitu twitter.

Meta mengatakan itu membutuhkan “inspirasi” dari produk lain, meskipun yang lain mengatakannya dengan kurang baik – Cerita di Facebook didasarkan pada fitur Snapchat, dan Reels di Instagram sangat mirip dengan TikTok.

Update informasi menarik seputar anime, game, lifestyle serta teknologi hanya di Gamefinity. Gamefinity.id juga menyediakan jasa pengisian top up dan voucher game dengan cara yang mudah dan juga terjangkau.

The Pokemon Company Tuntut Game NFT Pokeworld

GAMEFINITY.ID, Bandung – The Pokemon Company mengajukan tuntutan pada sebuah pengembang asal Australia yang telah membuat game NFT Pokeworld. Pengembang tersebut adalah Pokemon Pty Ltd dan Kotiota Studios. Alasannya, mereka menggunakan hak cipta tanpa izin.

Pokeworld Dituntut karena Tidak Berlisensi

Pokeworld not supported by The Pokemon Company
Screenshot dari situs promosi Pokeworld

Kotiota Studios telah mempromosikan game ini selama berbulan-bulan. Mereka mengklaim Pokeworld sebagai sebuah game play to earn metauniverse berisi berbagai pokemon menarik yang bisa dikumpulkan setiap pemain. Mereka juga menjadikan “Pokemons” sebagai kata jamak dari Pokemon dalam bahasa Inggris. Padahal, kata jamak yang benar tetap Pokemon.

Dalam video singkat yang menunjukkan cara bermain, terlihat Pikachu bertarung melawan Charmander, sebuah mode PvE di mana pemain berhadapan dengan Charizard, dan sebuah adventure mode di mana pemain berburu Pokeball.

Baru-baru ini, The Pokemon Company International mengajukan tuntutan hukum di pengadilan federal Australia. Mereka menuntut pihak Pokemon Pty Ltd dan Kotiota Studios karena menggunakan kekayaan intelektual tanpa izin.

Pihaknya dengan Nintendo berkata bahwa mereka tidak akan meluncurkan NFT bertema Pokemon. Tampaknya keputusan ini dibuat demi melindungi brand Pokemon sebagai properti andalan milik Nintendo yang ditujukan untuk semua umur.

Sebelumnya, enam pengembang asal China dituntut karena membuat game Pocket Monsters Reissue pada September lalu. Alasannya, mereka telah melakukan plagiarisme dan pelanggaran hak cipta. Game tersebut sudah beroperasi sejak 2015 di negeri tirai bambu itu.

Baca juga: The Pokemon Company Tuntut 6 Pengembang Asal China!

Pihak Pengembang Pokeworld Klaim Pernah Ikut Mengerjakan Game Pokemon, Dibantah Keras The Pokemon Company

Vooks mendapati bahwa karyawan di balik Pokeworld mengklaim pernah mengerjakan game Pokemon di bawah naungan Nintendo. Game tersebut di antaranya Pokemon Scarlet & Violet, Pokemon Home, dan Pokemon Sleep (yang belum rilis sampai sekarang).

Klaim ini telah dibantah keras oleh The Pokemon Company International. Pihaknya menegaskan melalui dokumen legal bahwa karyawan Pokemon Pty Ltd dan Kotiota Studios tidak pernah sekalipun menjadi kontraktor untuk mereka.

Per tulisan ini, situs resmi Pokeworld masih bisa dikunjungi. Game NFT itu dikatakan akan rilis Januari 2023 di mobile. Mengingat tuntutan dari The Pokemon Company, tampaknya hal ini tidak akan terjadi.

Update informasi menarik lainnya seputar game hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan voucher game dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.

Dari Xbox Hingga Disney, Sentil Metaverse Mark Zuckerberg

GAMEFINITY.ID Kutai Kartanegara – Dalam konferensi WSJ Tech Live, Phil Spencer selaku CEO dari Xbox, menggambarkan Metaverse milik Meta sebagai sebuah “video game yang dibangun dengan buruk”. Senada dengan Spencer, CEO Snapchat Evan Spiegel, juga mendefinisikan metaverse sebagai “Hal terakhir yang ingin dia lakukan saat pulang bekerja.”

CEO Meta, Mark Zuckerberg, telah diseret secara brutal pada bulan Agustus lalu, karena fitur meta-selfie yang dinilai tampak creepy. Yang kemudian dilanjutkan dengan pengumuman pada awal bulan ini, dimana avatar Meta akan mendapatkan kaki sebagai update terbaru. Tidak sampai disana, gelombang kritik untuk Metaverse juga masih berlanjut hingga saat ini. Dan yang terbaru, adalah kritikan dari beberapa bos perusahaan teknologi terkemuka seperti Xbox, Snapchat, Disney, hingga Apple.

Metaverse
Kompak Menolak Gagasan Metaverse

Kompak Menolak Gagasan Metaverse

Dalam konferensi WSJ Tech Live baru-baru ini, para bos perusahaan teknologi yang diwawancarai tampak mengisyaratkan bahwa mereka menolak gagasan Metaverse. Seperti Phil Spencer dari Xbox, yang menggambarkan Metaverse milik Meta sebagai sebuah “video game yang dibangun dengan buruk”, CEO Snap Evan Spiegel, yang menyebut Metaverse sebagai “tinggal di dalam komputer” dan “Hal terakhir yang ingin saya lakukan ketika saya pulang kerja, di penghujung hari yang panjang, adalah tinggal di dalam komputer.”

Wakil presiden senior Apple untuk pemasaran di global, Greg Joswiak, juga senada dengan “sebuah kata yang tidak akan pernah saya gunakan”, serta CEO Disney, Bob Chapek, yang mengatakan bahwa perusahaan cenderung “tidak menggunakan” kata metaverse, “karena bagi kami, itu adalah istilah yang besar dan luas. Bagi kami, ini adalah (model) penceritaan generasi berikutnya.”

Baca juga: Korbankan Uncle Ben Demi Panggil Spiderman Dalam Marvel Snap

Metaverse Mark Zuckerberg
Video Game Yang Dikembangkan Dengan Buruk

Video Game Yang Dikembangkan Dengan Buruk

Meta berganti nama dari Facebook tahun lalu sebagai bukti fokus mereka untuk mengembangkan metaverse, yang diyakini akan menjadi tempat di mana Anda tidak hanya bersosialisasi dengan teman tetapi juga melakukan pekerjaan serius dengan rekan kerja.  Dan tampaknya Spencer tidak selalu setuju dengan aspek kerja dari metaverse.

“Pembuat video game memiliki kemampuan luar biasa untuk membangun dunia menarik yang ingin kita habiskan untuk menghabiskan waktu,” Ucap Spencer konferensi tersebut.

“Jika saya berpikir tentang video game, selama bertahun-tahun kami telah menyatukan orang-orang di ruang 3D untuk pergi dan menyelamatkan dunia dari invasi alien, atau menaklukkan kastil,” imbuhnya.

“Bagi saya, membangun metaverse yang (hanya) terlihat seperti (membangun) ruang pertemuan… Saya hanya merasa bukan itu tempat saya ingin menghabiskan sebagian besar waktu saya.”

Suka dengan artikel ini? Jangan lupa untuk membaca artikel menarik lainnya hanya di https://gamefinity.id/

Apple Bakal Pungut 30% dari Penjualan NFT dalam Aplikasi

GAMEFINITY.ID, Bandung – Apple App Store akhirnya memperbolehkan pengembang aplikasi dan game menjual NFT di iOS. Penjualan NFT tersebut hanya bisa dilakukan di dalam aplikasi. Keputusan ini telah terlihat di guidelines terbarunya. Akan tetapi, Apple bakal pungut 30 persen dari setiap penjualan NFT dalam aplikasi.

Apple Bakal Pungut 30 Persen dari Setiap Penjualan NFT dalam Aplikasi

Dilansir dari MobileGamer, Apple telah memperbaharui guidelines dalam review aplikasi. Hal ini dilakukan sebagai respon penggunaan NFT dan mata uang kripto yang naik di App Store.

Menurut guidelines terbarunya, Apple kini memperbolehkan penjualan NFT dan mata uang kripto. Syaratnya penjualan tersebut hanya bisa dilakukan di dalam aplikasi. Berarti, Apple akan memungut 30 persen dari total penjualan tersebut. Mereka juga tidak mengizinkan game yang memiliki link fungsional tambahan atau konten kepemilikan NFT.

“Aplikasi tersebut tidak boleh menggunakan mekanisme tersendiri untuk membuka konten atau fungsionalitas, seperti license key, augmented reality marker, kode QR, mata uang kripto, dompet digital mata uang kripto, dan sebagainya,” tulis Apple di guidelines terbarunya.

Jadi Kabar Buruk Bagi Industri Game

Keputusan ini menjadi kabar buruk bagi pengembang game yang menyediakan NFT, terutama web3. Berbagai tokoh di industri game memberi tanggapan yang negatif terhadap kabar ini.

Bos Epic Games, Tim Sweeney, mengemukakan pendapatnya di Twitter. Ia menganggap keputusan Apple tersebut sebagai “pengincar biaya sewa secara monopoli”.

CEO Oxalis Games, Ric Moore, ikut mengungkap di LinkedIn bahwa Apple secara teknis melarang NFT. “NFT yang membuka gameplay tidak diperbolehkan. Contohnya jika punya NFT kartu Spider-Man yang memperbolehkan pengguna bermain sebagai Spider-Man di beberapa game fighting Marvel, itu tidak boleh,” tuturnya.

Baca juga: Kreator PUBG Buat Game Blockchain Metaverse

NFT Tetap Jadi Topik Kontroversial di Kalangan Perusahaan Pengembang Game

Saat ini, NFT masih menjadi pro dan kontra di kalangan pengembang game. Mayoritas gamer juga menyatakan keberatan pada pengembang terkenal yang ingin merambah ke dunia NFT. Meski begitu, beberapa pengembang game ini memanfaatkan NFT sebagai cara baru untuk meraup keuntungan.

Contohnya, Epic Games telah terbuka dengan topik NFT. Epic Games Store sendiri sudah menyediakan game web3 Blankos Block Party untuk penggunanya. Sementara itu, Valve menyatakan larangan penggunaan NFT dan mata uang kripto di Steam.

Ubisoft juga pernah merambah ke dunia blockchain. Namun, mereka berubah pikiran setelah mendapat kritikan pemain. Square Enix dan Konami justru tetap berencana untuk merambah ke dunia NFT dan blockchain. Square Enix kini bermitra dengan perusahaan blockchain Oasys untuk membawa blockchain gaming untuk umum, sementara Konami ingin membangun metaverse.

Apakah keputusan Apple untuk memungut 30 persen dari penjualannya dalam aplikasi menjadi satu lagi hambatan bagi dunia NFT ke depannya?

Fakta Battle of Guardians, Game Baru di Piala Presiden eSports 2022

GAMEFINITY.ID, Bandung – Satu lagi game bakal meramaikan Piala Presiden eSports 2022, yaitu Battle of Guardians. Fighting game besutan Good Games Guild itu telah rilis pada 9 September 2022. Tak lama setelah itu, Piala Presiden eSports 2022 menambah game tersebut sebagai cabang baru.

Pengumuman tersebut mengejutkan pegiat esports di Indonesia. Tidak sedikit yang ingin mencari tahu detail tentang game ini. Inilah deretan fakta tentang Battle of Guardians.

Fighting Game Asal Indonesia

Battle of Guardians
Battle of Guardians merupakan fighting game buatan developer asal Indonesia

Battle of Guardians ternyata merupakan game buatan pengembang asal Indonesia, Good Games Guild. Tidak seperti kebanyakan game lokal yang mengusung genre RPG atau MOBA, Battle of Guardians merupakan sebuah fighting game.

Dilansir dari laman download-nya, game ini memiliki empat mode. Pertama, dua mode PvE Story dan Training. Training Mode dapat melatih pemainnya mempelajari teknik dasar dan kompleks dari game. Dalam Story Mode, pemain akan berhadapan dengan computer sebanyak 10 stage. Setiap kesulitan stage di Story Mode pastinya akan meningkat.

Dua mode lainnya adalah PvP Mode dan Tournament Mode. PvP Mode merupakan mode di mana pemain berhadapan dengan pemain lain menggunakan matchmaking. Tournament Mode sendiri adalah mode turnamen bersistem knockout yang akan diikuti 8-32 pemain.

Ini adalah game lokal ketiga yang dipertandingkan di Piala Presiden eSports menyusul Lokapala dan Battle of Satria Dewa. PUBG Mobile, Mobile Legends, dan Free Fire menjadi tiga game lain yang juga dipertandingkan.

Baca juga: Daftar Peserta Piala Presiden Esport 2022, Pilih Jagoanmu!

Menggunakan Konsep Pay-to-earn

Tidak hanya menjadi fighting game, Battle of Guardians juga menggunakan konsep pay-to-earn.  Game ini juga memanfaatkan Web 3.0 dengan unsur NFT dan metaverse. Disebutkan pula bahwa Battle of Guardians menjadi game Indonesia pertama yang mengusung Web 3.0.

“Saat kamu memainkannya, kemudian menang, kamu dapat reward berdasarkan tingkat kesulitan fight tersebut. Reward-nya ini berbentuk token atau koin kripto,” ujar Alexander Halim, co-founder Good Games Guild pada SEA Today, “kalau kamu akrab dengan kripto, kamu bisa mengubahnya menjadi uang sungguhan.”

Alexander Halim juga menjelaskan sistem pendapatan reward di setiap mode. Ia menyebut reward tidak akan banyak apabila melawan computer. Jika pemain melawan pemain lain dan berpartisipasi dalam Tournament Mode, mereka dapat memperoleh reward lebih banyak.

Karakter di Battle of Guardians Terinspirasi Budaya Indonesia

Detikinet menyebut karakter di Battle of Guardians terinspirasi dari budaya Indonesia. Tokoh mitologi dan sejarah menjadi referensi untuk membuat setiap karakter di game tersebut.

Contoh tokoh yang menjadi inspirasi karakter adalah Prabu Siliwangi, Nyi Roro Kidul, dan Angling Darma. Prabu Siliwangi menjadi referensi untuk karakter harimau humanoid Nix. Sedangkan tokoh Tzofia terinspirasi oleh Nyi Roro Kidul, Ratu Pantai Selatan.

Battle of Guardians menjadi satu lagi game lokal yang bisa membanggakan. Terpilih menjadi game yang dipertandingkan di Piala Presiden eSports turut menarik perhatian publik, terutama penggemar eSports. Tertarik untuk mencobanya?

Kreator PUBG Buat Game Blockchain Metaverse

GAMEFINITY.ID, Bandung – Kreator PUBG, Brendan Greene, telah mengumumkan proyek game selanjutnya akan mengandalkan teknologi blockchain dan metaverse. Ini menjadi proyek besarnya semenjak dirinya hengkang dari Krafton. Ia telah mendirikan perusahaan PlayerUnknown Productions berbasis di Amsterdam untuk mengerjakannya.

Artemis, Game Metaverse Buatan Kreator PUBG

Greene mengumumkan judul game itu sebagai Artemis. Game metaverse itu juga akan mengandalkan blockchain dan NFT.

“Saya hanya melakukan yang ingin saya lakukan,” ungkap Green dalam sebuah wawancara dengan Hit Points, “Ini [Artemis] menjadi sesuatu yang kami ingin bangun, dan akan menyebarkan banyak kesenangan, banyak kepuasan, dan banyak hal bermakna yang dapat dilakukan. Tapi tidak masalah jika ini dianggap metaverse.”

Prologue PUBG Creator Artemis
Proyek pertama PlayerUnknown Produtions, Prologue, disebut tech demo dari Artemis

Ia menyatakan proyek tersebut telah dimulai pada 2019 dengan “Prologue”, sebuah game open-world survival di map berskala besar. Prologue telah disebut sebuah demo untuk Artemis.

Artemis digadang-gadang sebagai dunia berukuran planet di mana jumlah pemain yang tidak terbatas dapat membuat kesenangannya sendiri: tidak hanya game survival atau battle royale, tetapi juga semua genre-nya.

Baca juga: Epic Games Rilis Game NFT Pertama Blankos Block Party

Greene Pastikan Artemis Dapat Dimainkan Semua Orang

“Kami ingin engine kami mudah untuk di-mod dan membuatnya open-source agar semuanya dapat terlibat,” tambah Greene. Ia juga menjelaskan Artemis dapat menjadi wadah di mana semuanya dapat terlibat dalam pemeliharaannya.

Kreator PUBG itu juga menyatakan Artemis memiliki fungsi untuk menjadi apapun di mana semua orang dapat tinggal, bermain, dan membuat dunianya sendiri.  Ia menambah setiap pemain dapat menjual barang buatannya dalam game pada pemain lain.

“Kami membangun sebuah dunia digital,” ungkap Greene, “intinya harus memiliki ekonomi, jadi wajib punya sistemnya.” Dari ucapannya itu, teknologi blockchain dan NFT dapat dipergunakan dalam game ini. Pada akhirnya, monetisasi bukan menjadi fokus utama dari Artemis.

Metaverse dan teknologi blockchain sering sekali menjadi kontroversi saat ini, terutama di kalangan pemain. Contohnya, Ubisoft menghentikan proyek NFT-nya setelah mendapat kecaman dari pemain. Pengumuman game metaverse milik Meta, Horizons World, telah dianggap sebagai lelucon. Minecraft juga melarang penggunaan NFT dan blockchain.

Meski tahu betul konotasi negatif tersebut, kreator PUBG itu tetap akan melanjutkan proyek Artemis. Dapatkah ambisinya terwujud dan meluluhkan hati pemain?