Tag Archives: PC Game

Granblue Fantasy Versus Hadirkan Sistem Baru pada Juni 2022

GAMEFINITY.ID, PATI – Telah selesai Ajang Tournament GBVS Cygames Cup Special 2022 pada akhir pekan kemarin. Pada sela – sela penutupan acara, Fukuhara Tetsuya selaku director dari Granblue Fantasy Versus mengumumkan beberapa info terkait gamenya. Info tersebut yaitu mengenai update 2.80 yang akan hadir di bulan Juni 2022. Update ini akan mencakup beberapa penyesuai serta penambahan sistem baru dalam battle.

Implementasi Sistem Baru GBVS 2.80

Granblue Fantasy Verus
Granblue Fantasy Verus New System Update | Source: Granblue Fantasy Versus

Sistem baru ini akan mengenalkan tiga aksi baru guna memperkaya variasi gameplay. Tiga aksi baru ini bisa termasuk, arena baru, combat system, hingga mode battle baru. Tentu saja hal ini masih spekulasi belaka. Untuk info lengkapnya akan diumumkan di masa mendatang.

Major Tournament Granblue Fantasy Versus

Granblue Fantasy Versus
GBVS Cygames Summer Cup 2022 | Source: Granblue Fantasy Versus

Cygames juga tidak lupa mengumumkan tentang dua major tournament yang akan dilaksanakan nantinya. Pertama yaitu Cygames Cup 2022 Summer pada bulan Juli, lalu dilanjut EVO di bulan Agustus. Dua tournament yang sangat dinantikan para player professional GBVS.

Baca Juga : Game Fighting Legendaris Virtua Fighter Kembali, Rilis Bulan Depan di PS4

Playable Character Baru di GBVS

Cygames telah mengumumkan hasil survey mengenai playable character yang paling dinanti oleh player GBVS. Survey ini nanti akan menentukan karakter mana yang akan dimasukkan oleh Cygames pada update character selanjutnya.

Granblue Fantasy Versus
GBVS survey result Japan | Source: Granblue Fantasy Versus
Granblue Fantasy Versus
GBVS survey result Asia | Source: Granblue Fantasy Versus
Granblue Fantasy Versus
GBVS survey result Europe | Source: Granblue Fantasy Versus
Granblue Fantasy Versus
GBVS survey result NA SA | Source: Granblue Fantasy Versus

Pada survey tersebut bisa dilihat Sandalphon mendominasi dengan masuk diposisi pertama untuk setiap wilayah. Fukuhara Tetsuya bilang meskipun banyak perempuan yang memilih Sandalphon, para laki – laki juga banyak memilih Sandalphon. Menandakan betapa populernya karakter yang satu ini.

Selain itu tidak terduga Beatrix dan Siegfrieg juga lumayan mendominasi dalam survey. Pada empat region survey, mereka mampu berada dibawah sandalphon. Seofon selaku pemimpin para Eternal juga masuk daftar top ten di semua region, namun masih dibawah Beatrix dan Siegfried.

Dari Survey ini bisa diharapkan bahwa Sandalphon akan segera hadir di GBVS mendatang, dan mungkin diikuti dengan Beatrix, Siegfried, hingga bahkan Seofon sekalian.

Granblue Fantasy Versus sendiri merupakan game fighting yang dikembangkan oleh Cygames, Inc bersama Arc System Works. Didasari dari game browser Granblue Fantasy, GBVS menawarkan beragam karakter dengan combo – combo menarik dipadukan dengan grafis 3D yang unik.

Granblue Fantasy Versus dapat dimainkan melalui PC lewat Steam dan Playstation 4.

Game Lokal Faerie Afterlight Siap Rilis Tahun Ini

GAMEFINITY.ID, PATI – Beberapa tahun terakhir ini developer – developer game lokal semakin berkembang. Game – game yang dihasilkan pun juga beragam. Tidak hanya horror, mereka juga telah mencoba bermacam genre seperti puzzle, platformer, hingga story-driven. Salah satu developer lokal, Clay Game Studio siap merilis game baru mereka bergaya metroidvania. Genre yang belum begitu populer di Indonesia. Faerie Afterlight namanya, game yang sudah diumumkan sejak 2020 lalu pun akhirnya rilis pada akhir tahun 2022 ini.

Petualangan Menyelamatkan Dunia

Dalam Faerie Afterlight, kita akan berperan sebagai Kimo, makhluk kesepian dari dunia bawah, bersama dengan Wispy, sesosok peri muda. Pasangan ini harus menjelajahi dunia Lumina yang sedang berada diambang kehancuran. Tujuan mereka mengumpulkan berkas cahaya yang hilang demi menyelamatkan dunia dari kegelapan yang tak berujung.

Faerie Afterlight
Faerie Afterlight | Source: Steam

Perjalanan mereka berdua tentu tidaklah muda. Selama menjelajahi Lumina mereka diharuskan menghadapi musuh – musuh yang menakutkan. Menemukan tempat – tempat tak terduga, serta sekutu yang membantu mereka. Seperti halnya game metroidvania pada umumnya, Faerie Afterlight akan berfokus pada eksplorasi wilayah serta kunjungan berulang kali.

Faerie Afterlight
Faerie Afterlight | Source: Steam

Visual, Story, hingga Sountrack yang Memukau

Faerie Afterlight menawarkan visual layaknya negeri dongeng namun bernuansa modern. Selain unsur platformernya yang mengharuskan pemain loncat sana sini dan menghindari segala rintangan, Faerie Afterlight juga akan memberikan cerita yang kaya. Soundtrack yang memukau pun akan membuat seolah pemain masuk dan merasakan betapa sedihnya dunia Lumina.

Faerie Afterlight
Faerie Afterlight | Source: Steam

Pemain akan menghadapi musuh – musuh besar yang nantinya juga dapat dijadikan rekan selama perjalanan. Dalam eksplorasinya, terdapat beragam rahasia pada setiap sisi – sisi dunia Lumina seperti pintu rahasia, sudut rahasia yang tertutup oleh gelapnya hutan, birunya laut dan reruntuhan.

Baca Juga : Game Lokal Divination Akan Segera Hadir di Konsol

Faerie Afterlight
Faerie Afterlight | Source: Steam

“Clay Game Studio telah melakukan hal yang mustahil dan mendedikasikan penuh kehidupan mereka ke dalam game puzzle platformer,” ucap Bill Swartz, CEO Mastiff selaku publisher dari Faerie Afterlight. “Faerie Afterlight tidak hanya menampilkan dunia yang menakjubkan dan indah yang dipehuni dengan momen – momen nyata, namun juga mengharuskan player dalam menekan tombol yang tepat dari melompat hingga mengendalikan musuh.”

Untuk tanggal rilis pastinya masih belum diumumkan. Namun sudah dikonfirmasi bahwa Faerie Afterlight akan tersedia di Steam.

Review Far Cry 3: The Most Iconic Far Cry Game

GAMEFINITY.ID, Kota Batu – Far Cry 3, game besutan Ubisoft pada tahun 2012 sebagai penerus dari Far Cry 2 yang menuai kesuksesan 4 tahun sebelumnya.

Mengusung tema yang seperti biasanya diangkat oleh seri Far Cry, yaitu open world, Far Cry 3 membawa beberapa perubahan signifikan dalam perkembangan franchise ini.

Bagaimana tidak, seri Far Cry setelahnya memiliki dasar permainan yang sama dengan Far Cry 3. Mulai dari sistem outpost, misi, dan story yang ikonik.

Meskipun telah dirilis 10 tahun yang lalu, Far Cry 3 akan tetap diingat oleh komunitas gamer, khususnya saya yang juga fans seri Far Cry.

Lalu apa sih yang membuat Far Cry 3 spesial dan menjadikannya paling ikonik?

Mari kita bahas satu persatu!

Far Cry 3 Interface

Far Cry 3 banner | Personal Archive
Main Menu dari Far Cry 3 | Personal Archive

Untuk interface, pada Far Cry 3 ini lebih baik dan ada peningkatan dari Far Cry 2. Dengan menu yang tidak statis, dengan tambahan bgm yang sesuai dengan tema yang diambil oleh Far Cry 3.

Intinya, semua aspek Main Menu dan user interface lainnya mengalami peningkatan dari seri sebelumnya, Far Cry 2.

Admin Rating: 7.5/10

Far Cry 3 Story

Far Cry 3 Side Mission | Personal Archive
Sebuah Side Mission di Far Cry 3 | Personal Archive

Nah, untuk ceritanya, Far Cry 3 mengalami perkembangan pesat dari Far Cry 2. Hal ini sekaligus menjadi salah satu trademark milik Far Cry series yang saat ini dipegang, yaitu villain yang ikonik.

Cerita pada Far Cry 3, membawa pemain bermain sebagai seorang wisatawan yang melakukan sky diving di atas Rook Islands dan berujung dengan penangkapan mereka di tangan pirates dibawah pimpinan Vaas Montenegro.

Jason pada akhirnya lolos dari kurungan Vaas Montenegro, lalu ia bertemu dengan Dennis Rogers yang memberinya kekuatan “Tatau” yang juga dapat ditingkatkan oleh pemain.

Hingga akhir permainan, para pemain akan terus bermain sebagai Jason Brody yang mencoba untuk menyelamatkan teman-temannya yang ditawan Vaas dan Hoyt Volker, seorang pebisnis yang juga menjual budak.

Seiring perkembangan cerita, yang saya suka dari game ini adalah, bagaimana seorang Jason Brody berkembang. Ia berkembang dari seorang anak kaya yang penakut, hingga menjadi badass nembak sana sini tanpa ketar ketir.

Jason nantinya juga akan belajar tentang filosofi arti sebuah kata, yaitu “insanity” yang berhubungan erat dengan Vaas dan kondisi di Rook Islands.

Nantinya juga ada tokoh sampingan yang memiliki pengaruh besar seperti Citra Montenegro dan Buck Hughes.

Berakhir dengan dua ending, seluruh pilihan ending tersebut sangat mencerminkan bagaimana pemain melihat keadaan Jason Brody.

Admin Rating 9.5/10

Far Cry 3 Gameplay

Far Cry 3 Combat | Personal Archive
Sebuah Adegan Baku Termbak di Far Cry 3 | Personal Archive

Jangan bertanya dengan gameplay dari Far Cry 3. Satu kata, “memuaskan”.

Setelah ketiadaan stealth pada Far Cry 2, Far Cry 3 menjadi salah satu game yang mempengaruhi stealth gameplay pada saat ini.

Pemain akan lebih leluasa untuk memilih taktik apa yang akan digunakan untuk bermain. Entah itu bermain layaknya seorang yang tidak takut mati untuk bertemu musuh face to face.

Bisa juga, dengan cara alternatif seperti memberi decoy, meledakkan seluruh musuh, ataupun dengan stealth agar musuh tidak takut dan memberi poin XP lebih banyak. Hal baru lainnya adalah adaanya sistem crafting yang hadir di seri Far Cry pada game ini.

Di Far Cry 2, pemain meningkatkan perlengkapannya dengan membelinya dari armory di waepon shop. Namun, adanya sistem crafting ini, dapat dibilang mempermudah pemain untuk mengumpulkan uang, dan juga mempersulit untuk mencari bahan-bahannya.

Untuk mode lainnya, ada juga side mission yang menceritakan beberapa kisah unik hingga tragis masyarakat Rook Islands. Ada juga mini games, seperti knife throwing dan time trial. Tidak lupa juga kegiatan berburu hewan dan menjadi pembunuh elit The Rakyat untuk menambah pundi-pundi uang.

Dan pada akhirnya, terlalu banyak kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengelilingi Rook Islands. Oh ya, lupa satu hal, pemain juga dapat meningkatkan dan membuka skill masing-masing yang disebut Tatau. Skill ini juga berguna sepanjang permainan, misal Heavy Takedown yang dapat digunakan untuk melawan Heavy yang ngeselin dan masih banyak lagi.

Tentu saja, adanya Tatau ini akan membuat permainan menjadi lebih bervariasi gaya bermainnya.

Admin Rating: 10/10

Baca Juga: Sony Akan Akuisisi Kojima Production

Far Cry 3 Grafis

Far Cry 3 Environment | Personal Archive
Kondisi Lingkungan di Far Cry 3 | Personal Archive

Dalam segi grafis, tentu saja game ini memiliki grafis yang memukau. Sudah menjadi ciri khas dari game Far Cry untuk menghadirkan grafis yang immersive dan memanjakan mata.

Memang, detil dari Far Cry 3 tidak serealistis Far Cry 2 yang berambisi membawa kesan dunia nyata dalam sebuah game. Namun, hal tersebut tidak membuat Far Cry 3 menjadi lebih buruk.

Kekayaan alamnya yang pas, menggambarkan keadaan sebuah pulau tropis secara nyata. Hal tersebut lah yang memanjakan mata. Belum lagi kalau kita melakukan sky gliding pada waktu senja, kualitas grafis akan berasa indah dan mewah.

Jangan heran juga, kalau ada orang yang memilih untuk jalan 2km untuk mencapai suatu titik ketimbang naik mobil, rasanya tidak jenuh, malah enak dipandang. Desain senjata semua rapi dan detil meski ada di pengaturan grafis low.

Meskipun ada beberapa desain yang terlihat monoton seperti desain warga desa yang pakaiannya selalu kumuh tetapi yang jual senjata selalu bersih. Dan juga desain mobil yang terkesan, yah, seadanya. Padahal saya ingin ada kolaborasi lagi seperti Far Cry 2 yang menghadirkan mobil Jeep secara resmi.

Admin Rating: 8.5/10

Audio

Audio, untuk penilaiannya bisa dideskripsikan dengan satu kata juga, yaitu “menakjubkan”. Bagaimana tidak, suara yang dihasilkan bukan hanya bagus, tapi dikembangkan dengan sangat baik.

Pemain akan merasakan bagaimana mengeksplor hutan pada malam hari dan siang hari merupakan dua hal berbeda dari audio yang dihasilkan. Senjata juga semua mengeluarkan suara yang berkualitas dan memuaskan untuk didengar, termasuk juga ledakan dan suara api.

Suara voice acting jangan ditanyakan, semuanya hadir dengan membawa passion khususnya karakter Vaas Montenegro sendiri. Michael Mando, merupakan sosok dibalik Vaas Montenegro. Bila Michael Mando tidak mengisi posisi ini, maka sosok Vaas tidak akan pernah ada, karena Vaas sendiri merupakan cerminan Michael Mando.

Voice acting lainnya juga tidak kalah bagus, seluruhnya dikerjakan dengan detil dan memuaskan. Namun, yg jadi perhatian adalah lagi dan lagi, voice acting dari penduduk sekitar. Terasa hambar, seperti asal ngomong aja dengan intonasi gitu. Padahal mereka juga penting dalam perkembangan cerita.

Admin Rating: 8/10

Addictivity

Far Cry 3 dapat dikatakan juga mendapat perkembangan yang cukup pesat dari Far Cry 2 dari segi replay ability. Multiplayer masih dapat dimainkan meskipun sepi. Mathc-nya juga tidak terlalu membosankan dengan adanya map editor yang dimana pemain dapat membuat mep-nya sendiri.

Setelah itu ada mode co-op yang sering saya mainkan bersama teman saya. Dan, pengalaman bermainnya enak dengan berbagai mode yang tidak membosankan.Meskipun, saya sering terlempar dari server tanpa alasan yang jelas saat bermain co-op.

Mau main campaign lagi dan mengulang dari awal? Bisa, dapat dikatakan bahwa game ini punya beberapa nilai Far Cryang baik untuk dapat dimainkan kembali meskipun pemain sudah menamatkan game-nya. Ya, kalau mau lebih menantang tinggal naikin level-nya aja.

Admin Rating: 9/10

Worthiness

Ya, semua game berbayar akan saya masukkan segmen “Worthiness” ini untuk mengukur sebuah harga apakah murah arau mahal. Berdasarkan penjelasan yang saya jabarkan di atas, Far Cry 3 dapat dibeli di Steam dan EGS dengan harga Rp. 205.000.

Maka saya sarankan untuk menunggu sale, kecuali anda kebelet pengen main game-nya, silakan dibeli di harga full price. Tapi, dalam opini saya, harga Rp. 205.000 untuk sebuah game berumur 10 tahun agak mahal. Jadi mending bersabar, karena saya sendiri dapat di harga Rp. 30.500 saat Steam Winter Sale Kemarin.

Belum lagi ada DLC-nya yang sebenarnya nggak wajib dibeli sih, tapi kalau suka kan bisa juga tuh beli, harganya ada di angka Rp. 115.000 sudah sepaket full DLC. Kalau lagi sale akan turun harganya menjadi sekitar Rp. 40.0o0-an biasanya.

Admin Rating: 7/10

Baca Juga: Review Far Cry 2: Gebrakan Ubisoft untuk Franchise Far Cry

Kesimpulan

Far Cry 3, sebuah game yang hampir semuanya adalah sebuah bagian dari masterpiece. Sebuah mahakarya besutan Ubisoft yang melahirkan Far Cry yang kita kenal saat ini.

Mulai dari story yang lebih baik, sistem combat yang lebih baik, grafis yang ditingkatkan, semua merupakan peningkatan dari seri sebelumnya. Ditambah lagi dengan hadirnya tokoh ikonik seperti Vaas Montenegro, membuat game ini tidak dilupakan meskipun sudah berusia 10 tahun.

“Did I ever tell you about the definition of insanity?”, – Vaas Montenegro.

Total Admin Score: 8,5/10

Sony Akan Akuisisi Kojima Production

GAMEFINITY.ID, PATI – Akhir – akhir ini Sony sedang gencar – gencarnya mengakuisisi beberapa studio developer untuk bergabung menjadi first-party Sony Playstation Studio. Sebelumnya Sony telah mengakuisisi Bungie, developer dari Destiny senilai 3,6 miliar USD. Tahun lalu, Sony juga membeli Housemarque dan Bluepoint yang mana masing – masing merupakan developer dari game Returnal dan Demon Souls Remake. Lalu melihat kebelakang lagi, Sony juga telah mengeluarkan dana sebesar 229 juta USD untuk membawa Insomniac, studio dibalik kesuksesan Marvel Spider-Man dan Ratchet and Clank ke dalam first-party studio mereka.

Kemunculan Rumor Sony Akuisisi Kojima Production

Melihat apa yang telah dilakukan Sony akhir – akhir ini, muncul rumor bahwa Kojima Production akan diakuisisi Sony. Rumor ini muncul ketika Sony mengubah banner resmi pada situs Playstation Studio.

Sony
Source : Sony Playstation Studio

Terlihat Death Stranding yang merupakan game karya Kojima Production masuk ke dalam barisan game – game first-party dari Playstation Studio. Hal ini menguatkan akan rumor akuisisi Kojima Production oleh Sony.

Berbeda dengan Microsoft yang langsung secara besar – besaran membeli studio – studio besar sekelas Blizzard dan Activision, Sony sepertinya lebih selektif dalam membeli studio developer. Jika dilihat dari studio – studio yang telah diakuisisi oleh Sony, sepertinya mereka memilih studio – studio yang telah berbagi kesuksesan bersama Sony Playstation Studio.

Baca Juga: Epic Games Menerima Investasi 1 Miliar USD dari Sony

Kesuksesan Kojima Production

Death Stranding karya Kojima Production sendiri sempat menjadi game eksklusif Playstation selama beberapa waktu sebelum akhirnya dirilis ke PC. Pada perilisan perdananya, Death stranding sempat mendapatkan beragam respon dari para gamer. Ada yang merasa kalau gamesnya monoton dan membosankan. Di sisi lain ada juga yang beranggapan bahwa gamenya sangat inovatif, fun dan bahkan dikatakan bahwa death stranding telah menciptakan genre game baru. Terlepas dari review campuran yang diberikan oleh para gamer, tidak dapat dipungkiri bahwa Death Stranding merupakan game yang sangat sukses.

Sayangnya beberapa saat setelah rumor ini tersebar, Hideo Kojima selaku pendiri dari Kojima Production memberikan klarifikasi mengenai rumor ini melalui akun twitternya. Kojima menegaskan bahwa Kojima Production akan terus menjadi studio independent.

Sebagai fans, mari kita hormati segala keputusan yang diambil oleh Hideo Kojima, dan berharap mereka segera mengumumkan game terbaru mereka.

 

Epic Games Menerima Investasi 1 Miliar USD dari Sony

GAMEFINITY.ID, PATI – Lagi – lagi berita baik datang dari Epic Games setelah beberapa hari lalu merilis Unreal Engine 5 yang memamerkan 3D rendering engine yang powerful melalui demo games The Matrix Awakens. Berita tersebut mengenai Sony yang melakukan investasi ke Epic Games dengan nilai yang sangat besar.

Pada tanggal 11 April 2022, Epic Games mengumumkan telah menerima suntikan dana sebesar satu miliar USD dari Sony Group Corporation untuk pengembangan metaverse dan kerjasama jangka panjang. Sebelumnya Sony Group Corporation juga sempat menginvestasikan $450 juta di Epic Games tahun lalu.

Pendapat Sony Mengenai Kerja Sama dengan Epic Games

Epic Games
Source : Epic Games Store

Berdasarkan informasi yang termuat pada situs resmi Epic games, “Sebagai creative entertainment company, kami sangat senang berinvestasi di Epic sebagai bentuk memperdalam hubungan kami dalam pengembangan metaverse, tempat di mana pencipta dan pengguna saling berbagi waktu” ucap Kenichiro Yoshida, CEO Sony Group Corporation. President dari CEO Sony Group Corporation ini juga mengatakan bahwa mereka yakin dengan Epic Games, termasuk dengan game engine mereka yang dikombinasikan dengan teknologi Sony nantinya akan mempercepat pengembangan metaverse.

Kerja Sama Lain Bersama KIRKBI, Induk Perusahaan LEGO

Epic Games
LEGO Star Wars: The Skywalker Saga | source : Steam

Tidak hanya Sony Group Corporation, Perusahaan induk dari LEGO Group yaitu KIRKBI juga ikut mengivestasikan satu miliar USD beberapa hari setelah pengumuman kerja sama mereka pada tanggal 7 April kemarin.

Menurut Søren Thorup Sørensen, CEO dari KIRKBI berpendapat bahwa Epic Games dikenal karena membangun pengalaman yang menyenangkan dan kreatif serta memberdayakan kreator besar dan kecil. “Sebagian dari investasi ini nantinya akan difokuskan pada tren yang akan berdampak pada dunia di masa depan. Investasi ini sekaligus akan mempercepat kertelibatan kami di dunia digital games, dan kami senang berinvestasi di Epic Games untuk mendukung perjalanan pertumbuhan mereka yang berkelanjutan, dengan fokus jangka panjang menuju metaverse masa depan.”ujar Søren Thorup Sørensen.

Harapan Epic Games

“Saat kami membayangkan kembali masa depan hiburan dan games, kami membutuhkan mitra yang memiliki visi yang sama dengan kami. Kami telah menemukan ini dalam kerja sama kami dengan Sony dan KIRKBI”, kata Tim Sweeney, CEO sekaligus Pendiri Epic Games. Tim Sweeney juga menambahkan bahwa investasi ini akan mempercepat pekerjaan mereka dalam membangun metaverse dan menciptakan ruang di mana para pemain dapat bersenang – senang dengan teman, membangun pengalaman kreatis dan imersif, serta membangun bermacam komunitas.

Dengan ini, Epic Games telah menerima dana sebesar $ 31,5 miliar. Nilai yang sangat tinggi untuk membangun metaverse yang diidam – idamkan oleh banyak orang.

Semua yang Bermasalah dengan Call of Duty Vanguard

GAMEFINITY.ID, Kota Batu – Call of Duty Vanguard, sebuah game dari franchise terkenal Call of Duty yang rilis pada tahun 2021 kemarin sebagai game Call of Duty yang rilis pada tahun tersebut.

Ketika kalian mencari Call of Duty Vanguard di Google, kalian akan langsung disuguhi oleh nilai positif yang hanya ada pada 52% yang menyukai game ini di Google. Ya, 52%, hanya lebih sedikit di atasnya.

Bila dilihat di website review lainnya seperti Metacritic, PC Gamer, dan IGN, bahkan Call of Duty Vanguard bersaing nilainya. Bersaing dengan siapa? Dengan Call of Duty Ghost, game seri CoD yang dikenal menjadi salah satu yang terburuk selain CoD Infinity Warfare yang bahkan saya sudah lupa kalau CoD: IW pernah rilis.

Namun, apakah yang membuat CoD Vanguard menjadi buruk? Padahal beberapa tahun sebelumnya Activision telah merilis CoD WWII yang menerima review yang jauh lebih baik dari Vanguard tetapi juga bukan yang terbaik.

Disini saya akan menyampaikan berbagai masalah yang dikeluhkan oleh fans franchise CoD dan opini saya juga sebagai seorang fans dari franchise ini.

Call of Duty Vanguard, Campaign Mode: Latar Belakang Perang Dunia 2 (?)

Call of Duty Vanguard Japan | Youtube
Call of Duty Vanguard, Seorang Tentara Jepang yang Bertanya | Youtube

Yak, kita mulai dari Campaign. Ah, campaign atau main story dari Call of Duty, sangat bagus hingga karakter yang ada di dalamnya dikenal hingga saat ini.

Captain Price, Soap, Ghost, Reznov, Chernov, dll, semua ada di pikiran bagi yang sudah memainkan game-nya.

Didukung dengan latar belakang cerita yang menarik, dan juga alur yang membuat kita tidak bosan, membuat campaign dari Call of Duty menjadi salah satu yang terbaik. Namun, datanglah Call of Duty Vanguard.

Dari judulnya kalian sudah paham maksudnya, kan? Bahkan yang menjadi dasar terbentuknya game ini masih dipertanyakan.

Mulai dari senjata hingga detail karakter, hampir semuanya kacau. Bahkan ada yang mengatakan bahwa CoD Vanguard membawa tema perang dunia kedua, namun  dari universe lain.

Membahas tentang senjata, contohnya saat kita memasuki salah satu misi yang dimana kita menjadi seorang pilot AS yang tertangkap oleh Jepang.

Kalau diperhatikan lebih lanjut, ada tentara Jepang yang menanyai kita dengan kalimat yang terkesan konyol, “DO YOU SPEAK JAPANESE?”, menenteng senjata milik Jerman.

Meskipun terkesan berlebihan, namun kesalahan detail kecil dengan sejarah juga berpengaruh pada permainan.

Hal ini juga diperparah dengan berbagai senjata fiksi di campaign mode atau beberapa senjata yang dipakai saat pada latar waktunya sebuah misi, senjata tersebut masih belum dibuat.

Cerita dari CoD Vanguard juga terkesan lebih dibuat-buat. Tugas pemain adalah untuk membunuh penerus pemimpin Hitler yang terkesan, menjadi sebuah hal yang perlu dipertanyakan.

Disini saya paham, sang penulis terinspirasi dari cerita Modern Warfare series di tahun 2010-an dimana kita terus-menerus memburu Makarov.

Namun, ini adalah kasus yang berbeda, Modern Warfare series memiliki latar fiksional, sedangkan Call of Duty Vanguard memiliki latar perang asli yang memiliki hubungan erat dengan sejarah.

Seharusnya, akhir dari sebuah peperangan bukanlah membunuh seseorang dan perang berakhir dan juga harusnya tidak ada tokoh villain di dalam sebuah peperangan.

Karena di dalam peperangan, setiap pihak berjuang untuk kehidupan yang mereka masing=masing percaya menjadi lebih baik.

Seperti di CoD Vanguard, ending-nya adalah ketika kita melawan villain utama dan membunuhnya, menurut saya itu adalah hal yang meremehkan arti sebuah perang.

Karena dari pengalaman saya, saya tidak pernah memainkan game CoD yang berlatar belakang perang dunia kedua berakhir seperti itu.

Melainkan, semua berakhir dengan kisah seorang prajurit yang akhirnya merasakan kemenangan setelah berada di medan perang.

Baca Juga: ROG Zephyrus M16 (GU603Z) Tampil Lebih Canggih dengan Sederet Upgrade Menarik

Call of Duty Vanguard, Multiplayer Mode: Sebuah Modifikasi yang Monoton

Call of Duty Vanguard Weapon | Youtube
Sebuah Senjata di CoDV yang Kehilangan Wujud Aslinya karena Modifikasi | Youtube

Mungkin kata modifikasi ini memanglah tepat, karena setiap modifikasi senjata di game ini dapat membuat senjata yang dipakai kehilangan ciri khas miliknya.

Mulai dari berbagai equipment yang menurut Activision bisa dipakai untuk seluruh senjata meskipun senjata tersebut nantinya akan memiliki penampilan yang jauh berbeda dari senjata asli di perang dunia kedua.

Dan yang paling parah, adalah holographic dan red dot sight yang entah mengapa dapat berada di era perang dunia kedua. Padahal holographic sight sendiri baru ditemukan pada tahun 1996 dan red dot sight pada tahun 1975.

Hal lainnya, adalah senjata yang diberi equipment tadi, dapat dikenakan tanpa batas sehingga merusak permainan.

Bayangkan saja, kalian baru bermain dengan peralatan dan senjata dalam kondisi stock harus bertanding melawan pemain dengan senjata penuh akan equipment dan mod. Tentu saja tidak asik bukan?

Diperburuk lagi tentang pembelanjaan di dalamnya. Ada sebuah gerakan yang sama dijual sebagai 4 item yang berbeda. Dan poin yang paling penting dari ini adalah, sebagian merupakan recycle dari CoD BO Cold War dan CoD Modern Warfare.

Call of Duty Vanguard, Zombie Mode: Bahkan CoD WaW Punya Zombie Mode yang Lebih Baik

Call of Duty Vanguard Zombie | Youtube
Gameplay Zombie Mode dan Penampakan Sight di Senjata pada Perang Dunia Kedua | Youtube

Ketika berbicara Zombie Mode, saya tidak dapat mengutarakan opini saya terlalu banyak karena saya sendiri dari dulu suka takut untuk bermain game zombie bahkan mode zombie di CoD.

Sebagai gantinya, akan saya hadirkan beberapa opini berbentuk list dari beberapa influencer seperti The Act Man dan lainnya.

  1. Tidak memiliki easter egg apapun seperti di mode zombie di game sebelum-sebelumnya.
  2. Tidak memiliki boss yang membuat level menjadi menantang.
  3. Hanya mempunyai beberapa tipe zombie yang dapat dilawan.
  4. Menurut Youtuber The Act Man, map-nya terinspirasi 25% dari map Shi no Numa.
  5. Tidak adanya wonder weapon seperti Ray Gun.
  6. Tidak ada wall buys yang identik dengan awal mula mode zombies.
  7. Tidak ada map progression seperti di game zombie biasanya.
  8. Tidak ada interaksi pada map seperti jebakan.
  9. Tidak adanya sistem uang

Dari poin-poin tersebut, dapat saya simpulkan, bahwa beberapa kesalahan fatal yaitu menghilangkan unsur zombie mode di game sebelumnya tanpa membawa hal baru yang disukai oleh pemain dapat membuat pemain kecewa.

Baca Juga: Unleash The Legend Inside, Tidak Ada Laptop Gaming Seperti ROG Flow Z13

Kesimpulan

Setelah beberapa poin di atas, tentu saja ada beberapa hal lain yang menjadi poin plus di game ini seperti BGM yang terkesan bagus, dan mungkin beberapa hal baru.

Kenapa saya ingin membuat artikel ini? Sebab saya tahu, bahwa Call of Duty pada dasarnya merupakan game yang merevolusi FPS dengan tema perang dunia keduanya, hal itu pun juga memiliki kesuksesan di beberapa game selanjutnya seperti Call of Duty World at War.

Namun, dengan adanya Call of Duty Vanguard, game ini terkesan memberikan sesuatu yang main-main sebagai game yang membawa tema perang dunia kedua

Game bertema perang dunia kedua seharusnya, dijadikan sebagai wujud apresiasi untuk para veteran perang yang berjuang untuk menjaga kebebasan. (Ending Quote dari CoD WaW)