Tag Archives: review film

Plot Twist Sleep Call, Kekerasan Seksual dan Kepribadian Ganda

GAMEFINITY, Jakarta – Film Sleep Call menjadi sebuah film terbaru yang rilis pada September 2023 dan diperankan oleh Laura Basuki dan Bio One sebagai bintang utamanya. Jika tanpa melihat Trailer, film ini pasti akan dianggap sebagai film thriller atau horor, seperti film Host. Scene awal yang memperlihatkan kantor yang rusak, rumah sakit jiwa, hingga seorang atasan yang memberikan training dengan cara aneh.

Tetapi tentu saja itu terbantahkan, karena memasuki scene penghubung film ini memberikan gambaran bahwa tidak ada horor di dalamnya. Film ini justru memberikan kesan sosial yang mendalam, apalagi belum apa-apa scenes diperlihatkan tentang cara penagih pinjol beraksi. Seorang yang berhutang gantung diri akibat hutang pinjol. Tentu kami akan membahas beberapa hal terkait film ini.

Memahami Relasi Kuasa Tempat Kerja Sebagai Akar Kekerasan Seksual

Sleep Call
Laura Basuki Memerankan Dina seorang perempuan terjebak dalam duni maya

Laura Basuki yang memerankan Dina, dalam scene-scene awal terpaksa harus mau menjadi pemuas nafsu Bos di perusahaannya. Hal itu terjadi karena Dina terlilit hutang yang dipinjam di tempatnya bekerja untuk kebutuhan Ibunya dirawat di rumah sakit jiwa. Pada scenes ini penggambaran kekerasan seksual terjadi, pada kasus dimana Dina harus mau dijadikan pemuas nafsu daripada dipecat dan hutangnya tetap harus dibayar.

Selain itu scene lainnya yang juga menjadi sebuah kekerasan seksual ketika Managernya yang bernama Bayu, mengomentari pakaian yang digunakan Dina. Celetukan seperti ‘gitu donk pilih bajunya yang hot, kan kelihatan bentuk tubuhnya”, pada posisi ini Dina memberikan kesan tidak nyaman. Kekerasan seksual digambarkan dengan jelas pada film ini.

Baca juga: 

Beberapa scenes juga menunjukkan manipulasi yang terjadi sebagai bentuk bias kekerasaan seksual ketika terjadi. Ajakan minum alkohol bersama, rayuan untuk dikirimkan atau direkam ketika mandi, ganti baju dan hal-hal yang mepertontonkan sisi sensual dari korban.

Kekerasan seksual adalah segala bentuk tindakan yang merujuk pada hal-hal seksual tanpa concern. Hal tanpa concern terjadi ketika tindakan manipulatif dilakukan yang membuat seseorang kerap kali teperdaya.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga Itu Menyisakan Luka Bernama Kepribadian Ganda

Sleep Call
Dina dan Rama, sebuah scene yang menampilkan halusinasi Dina

Film Sleep Call ini mengemas fenomena kepribadian ganda dengan sangat soft, tanpa diketahui oleh penonton sejak awal. Meskipun missing link itu terlihat, karena kepribadian ganda itu diperlihatkan dengan sosok laki-laki bernama Rama.

Scene awal tidak diperlihatkan Dina adalah seorang yang mengalami Multiple Personality Disorder (MPD), karena Rama hadir sebagai sosok yang dikenalnya melalui dunia maya. Lama-kelamaan sosok Rama mulai memiliki dampak yang penting dalam setiap perkembangan sosok Dina dalam film itu. Dina yang memiliki empati tinggi dan membuatnya kesulitan dalam menagih nasabah yang berhutang, tiba-tiba memiliki kemampuan marah yang meyakinkan setelah bertemu Rama.

Pada beberapa scene, Rama juga beberapa kali datang membantu (dengan cara memberi masukan) atau dimintai bantuan oleh Dina. Tetapi kepribadian ganda yang dimiliki Dina terlihat, ketika setiap permasalahan itu terputus dan setelah Dina mendapati dirinya bangun seperti mengalami sebuah Mimpi.

MPD atau kepribadian ganda lahir dari sebuah keadaan dimana seorang berusaha menghindari trauma dengan menciptakan sosok yang dapat membantunya. Konstruksi justru muncul karena spektrum lingkungan dan keseharian. Karena dalam kasus Sleep Call, sosok bernama Dina ini justru memunculkan sosok kepribadian (belum memiliki nama) saat dirinya memiliki keberanian untuk membunuh ayahnya. Dina kecil adalah korban yang melihat kekerasan dalam rumah tangga secara langsung dan berimbas pada sang Ibu yang ingin mengajak bunuh diri bersama.

Baca juga: 

Kepribadian ganda selalu memiliki korelasi dengan trauma masa lalu seseorang. Sayangnya, kepribadian ganda ini sulit dideteksi hanya dengan mengajak bicara penderita. Karena Kepribadian ganda itu bisa saja muncul, ketika orang itu membutuhkannya atau bahkan penderita mengalami sesuatu hal yang dapat memicu keluarnya kepribadian yang diinginkan.

Konklusi dari Sleep Call

Sleep Call
Dua scenes yang menampilkan perasaan marah dan senyum

Dalam Sleep Call tidak dibahas detail tentang makna sleep call dan pembahasannya secara mendalam. Awal film ini penonton terpikir akan berakhir seperti film horor, tetapi jauh dari itu, Sleep Call menampilkan sebuah akhir yang mengisyaratkan banyak pesan moral.

Mestinya judul film ini bukan Sleep Call, karena MPD itu hadir dalam diri Dina bukan saat dirinya melakukan Sleep call. Tapi terpantik sejak DIna masih anak-anak karena menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, serta menemui titik puncak dengan membunuh sang ayah.

Baca juga: 

Kepribadian gandanya menjadi bagian tidak terpisahkan dalam film ini. Sosoknya memang tergambarkan oleh sosok Reno yang diganti oleh Dina menjadi Rama. Karena Reno adalah lelaki yang mengajaknya sleep call setiap malam, namun beberapa scenes menyisakan sebuah PR yang akan terjawab hingga film akan berakhir. Dalam beberapa scene memperlihatkan bahwa Dina ditemani oleh orang lain seperti quotes “Jakarta terlalu ramai hingga tidak punya untuk saling kenal”.

Hingga akhir film, sebenarnya tidak ada sebuah insiden dari sleep call. Melainkan kita terus menerus disuguhkan pada sebuah realita, ketika perempuan rentan menjadi obyek kekerasan seksual dengan berbagai bentuk dan berbagai cara. Scene itu pada akhirnya mengisyaratkan bahwa perempuan sampai saat ini dipandang sebagai sesuatu yang dapat dinikmati.

Ketidakadilan berbasis gender itu nyata dan rentan terhadap perempuan. Dalam Film ini kita akan disuguhkan secara terus menerus spektrum-spektrum keseharian, lingkungan dan culture akan memposisikan perempuan sebagai obyek yang rentan.

Review Film Buya Hamka, Biografi Sang Ulama Gelar Sastrawan

GAMEFINITY, Jakarta – Film Buya hamka akan tayang di bioskop di akhir April ini. Sosok Buya Hamka adalah tokoh pejuang yang juga dikenal tokoh Agamawan. Idealnya kamu pasti pernah nama tokoh ini melalui sejumlah karyanya seperti Tenggelamnya Kapal Van Wick dan Dibalik Lindungan Ka’bah.

Nah, Film Buya Hamka sebentar lagi akan tayang bioskop. Pernah mendengar nama Buya Hamka? 

Jika kamu belum mengenal sosok Buya Hamka, sebentar lagi kamu bisa melihat sosoknya dalam film Buya Hamka yang diperankan aktor kawakan Vino G Bastian.

Baca juga:

Bagaimana sebenarnya Buya Hamka dalam film ini? Simak review film Buya Hamka ini sampai habis ya.

Sinopsis Buya Hamka

Sebelum membahas lebih jauh review film Buya Hamka, mari kita sedikit mengenal tokoh ini. Film biopik ini berangkat dari seorang tokoh pada abad ke-21. 

Dia kenal sebagai pemuka agama dan pendakwah. Dia merupakan ketua MUI pertama di Indonesia.

Selain itu, pria ini juga dikenal sebagai penulis novel. Dari novel-novelnya, dia mulai dikenal dengan nama Hamka. Kata Buya berasal dari bahasa arab yang artinya ‘bapak’, bahkan di Minang kata buya digunakan untuk menyebut ulama. Sedangkan nama Hamka merupakan akronim dari namanya sendiri, yakni Abdul Malik Karim Amrullah.

Review Film Buya Hamka
#image_title

Nah, balik ke review film Buya Hamka. Film ini bercerita mengenai perjalanan Hamka yang akan dibagi dalam tiga film atau trilogi.  Pada bagian pertama ini, film akan lebih berpusat pada kisah romansa Buya Hamka dengan sang istri, Siti Raham. Film ini juga sedikit menyoroti karir dan sepak terjang Buya Hamka sebagai penulis novel, jurnalis, dan pendakwah.

Baca juga:

Namun, fokus film ini lebih banyak berfokus pada hubungan Buya Hamka dan sang istri sehingga interaksi dalam film lebih banyak menampilkan dialog antar keduanya.

Review Film Buya Hamka

Film Buya Hamka bisa dibilang lebih bersifat personal. Kita seolah diajak menelusuri pola pikir sang ulama besar, dinamika dia sebagai seorang suami.

Gaya directing fajar Bustomi memunculkan kesan sebuah film yang tenang, kalem, dan syahdu. Pilihan ini cukup tepat untuk mengambil pov sebuah film yang personal dan intimate.

Namun, tantangan sebuah film biografi dengan gaya seperti ini ketika berhadapan dengan dinamika konflik eksternal.

Sebuah film biografi butuh skrip yang kuat untuk bisa mengolah dan semua dinamika sang tokoh.  Penulis naskah dibebani tugas untuk merangkum semua perjalanan hidup sang tokoh. Karena itu, setiap peristiwa penting sang tokoh terkadang muncul secara sekilas, tanpa ada kedalaman.

Contohnya, bagaimana Hamka dituduh penghianat gara-gara menjalin dengan pemerintah Jepang. Padahal tujuan Hamka berkomunikasi dengan pemerintah Jepang agar kaum muslim dapat menjalankan ibadah dengan leluasa.

Diluar kelemahan tersebut, film ini mampu mengajak penonton untuk berempati dan bersimpati pada sang tokoh. Kita akan melihat bagaimana karakter Buya Hamka yang luar biasa. 

Kita bisa menikmati kedalaman karakter pada masing tokoh, terutama sang center  Buya Hamka. Hal ini juga ditunjang dengan kualitas para pemainnya yang luar biasa. Vino G. Bastian mampu menciptakan tokoh Hamka yang menyentuh perasaan penonton. 

Buat saya yang biasa melihat Vino memainkan peran-peran yang lucu dan komikal, tentu saja ini merupakan salah satu pencapaian buat sang aktor.  Good Job buat Vino!

Baca juga:

Kesimpulan

Film Buya Hamka cocok untuk ditonton bersama keluarga untuk menemani liburan Idul Fitri. Dengan durasi 100 menit ini, akan tayang mulai tanggal 20 April 2023 secara serentak diseluruh jaringan bioskop tanah Air.

Diproduksi atas kerja sama Starvision dan Falcon Pictures bersama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Fajar Bustomi disutradarai dan dibintangi oleh beberapa nama besar seperti Vino G Bastian, Laudya Chintya Bella, Donny Damara, dan Reza Rahadian. Kamu bisa melihat trailer film Buya Hamka di official kanal youtube falcon.