GAMEFINITY.ID, Bandung – Grammy Awards, ajang penghargaan musik terbesar di dunia, telah mengumuman perubahan peraturan tentang karya musik berbasis AI. Pihak penyelenggara, The Recording Academy, menetapkan karya musik yang murni dibuat menggunakan AI tidak layak mendapat nominasi atau menang penghargaaan.
Industri kreatif disebut sedang terancam karena penggunaan AI yang marak semenjak kepopuleran ChatGPT. Banyak yang mengemukakan ketakutan akan AI dapat menggantikan posisi manusia untuk menciptakan karya kreatif. Contohnya, Writers’ Guild of America (WGA) dan Screen Actors Guild (SAG-AFTRA) sedang berkutat menentang menggunaan artificial intelligence dalam penulisan naskah dan akting.
Grammy Awards Ubah Aturan demi Larang Karya Musik Buatan Kreator AI
The Recording Academy mencantumkan serangkaian perubahan tentang kelayakan musisi dan karya musiknya yang dapat masuk nominasi Grammy Awards. Salah satunya adalah penggunaan AI. Pihaknya melarang karya musik yang murni buatan AI tanpa campur tangan manusia sama sekali menjadi nominasi dan memenangkan sebuah penghargaan.
“Hanya kreator manusia yang layak [karyanya] diajukan, dipertimbangkan, dinominasikan, atau menang sebuah Grammy Award,” tulis The Recording Academy.
Baca juga:
Akan tetapi, The Recording Academy mencantumkan dalam rulebook-nya bahwa pihaknya tetap menganggap AI sebagai alat untuk kreativitas. Mereka menulis bahwa sebuah karya musik yang memiliki elemen AI dapat diajukan, asalkan kreator manusia telah berkontribusi menulis lagu tersebut.
“Jika ada suara AI yang menyanyikan lagu atau hasil instrumentasi AI, kami akan mempertimbangkannya. Tapi di kategori berbasis kepenulisan lagu, karya itu wajib dibuat oleh manusia. Sama dengan kategori penampilan (performance) – hanya penampil (penyanyi) manusia yang dapat dipertimbangkan untuk menang Grammy,” tutur Harvey Mason Jr. selaku CEO The Recording Academy di laman resmi Grammy.
Penggunaan AI dalam Industri Musik
Perkembangan artificial intelligence saat ini makin maju dan marak di dunia kreatif, terutama industri musik. Namun penggunaannya untuk membuat musik masih menuai kontroversi. AI memang dinilai sebagai alat untuk membantu menuangkan kreativitas dalam pembuatan karya musik. Pada saat yang sama, banyak yang menakutkan AI dapat menggantikan posisi manusia.
AI bahkan dapat digunakan untuk meniru suara musisi terkenal. Ditambah, semakin banyak musisi yang menggunakan AI dalam proses pembuatan lagu. Sebagai contohnya, Paul McCartney mengumumkan sebuah lagu terakhir dari The Beatles akan rilis tahun ini. Ia menggunakan AI untuk meniru suara mendiang John Lennon.
Terlebih, AI juga bisa disalahgunakan untuk menggunakan suara musisi dalam menciptakan lagu seakan-akan itu karyanya. Contoh yang paling terkenalnya adalah Heart of My Sleeve yang disebut sebagai lagu Drake dan The Weeknd palsu. Sempat viral di layanan streaming, Universal Music Group meminta agar lagu itu ditarik dari peredaran. Tentunya, lagu yang dibuat menggunakan AI sepenuhnya itu tidak layak memenangkan sebuah Grammy.
Sementara AI menjadi alat kontroversial dalam dunia seni, aturan Grammy terbaru itu menekankan pentingnya kreativitas manusia dalam pembuatan karya. Pastinya, The Recording Academy berharap Grammy Awards dapat tetap menjadi ajang penghargaan musik khusus karya buatan manusia.