Tag Archives: Zombie

Game Ilmuwan Gila Creature Lab Meledak Di Kickstarter

GAMEFINITY.ID, PATI – Dalam mengembangkan suatu game, tak jarang beberapa developer melakukan penggalangan dana untuk mengumpulkan biaya produksi. Tentunya penggalangan dana ini tidak seperti layaknya suatu donasi. Mereka yang mengikuti penggalangan dana akan mendapatkan beberapa privilege sesuai dengan dana yang dikeluarkan. Image Power baru saja membuka project kickstarter untuk mengumpulkan dana dalam mengembangkan game Creature Lab.

Creture Lab Segera Tuju Konsol

Dalam Game Creature Lab pemain akan berperan sebagai ilmuwan gila yang ingin membalas dendam terhadap dunia. Akibat penelitian, dan penemuan terobosan selama bertahun-tahun diabaikan, ilmuwan gila tersebut membangun tempat persembunyian, dirinya melakukan eksperimen yang menakutkan yang akan menyebabkan kekacauan.

Di sisi lain banyak game yang menjadikan pemainnya sebagai pahlawan, tetapi di game ini mereka adalah penjahatnya. Dan Image Power telah memulai Kickstarter baru untuk memungkinkan lebih banyak pemain di luar PC untuk menjadi ilmuwan gila.

Creature Lab
Source: Image Power

Kickstarter terbaru Image Power untuk Creature Lab memiliki tujuan utama untuk membawa game ke konsol, termasuk PlayStation, Switch, dan Xbox. Selain itu penggalangan dana ini juga bertujuan untuk membantu developer dalam mengembangkan konten – konten yang ada pada gamenya nanti seperti soundtrack, NPC, hingga monster – monster baru.

Baca juga: Epic Games Didenda FTC, Praktik Microtransaction di Fortnite

Meledak Dalam Waktu Singkat

Untuk menghadirkan Creature Lab ke konsol, Kickstarter Image Power membutuhkan dana sekitar $7.341 USD. Untuk developer-developer yang telah memiliki nama besar terkadang program Kickstarter akan tercapai dalam hitungan jam saja. Namun, untuk Creature Lab yang merupkan game indie kecil ini yang yang dikerjakan oleh sedikit orang telah mampu mencapai 30% dari tujuannya dalam waktu 24 jam pertama, mengumpulkan total 115 supporter.

Kickstarter Creature Lab memberikan beberapa hadiah kepada para partisipan dengan berbagai tingkatan. Di tingkat paling bawah, nama partisipan akan tampil di halaman credit ucapan terima kasih. Di tingkat lebih atas para donatur akan mendapatkan beberapa wallpaper eksklusif. Lalu di paling tinggi mereka yang mengikuti program kickstarter ini akan mendapatkan Steam Key untuk game lebih awal dari jadwal perilisan.

Meski tampil dengan ide yang terbilang cukup sederhana, Image Power mampu menarik para gamer untuk mengikuti program Kickstarter bahkan hingga mampu mengumpulkan dana yang banyak dalam 24 jam pertama. Creature Lab akan dirilis untuk PC pada 19 Januari sedangkan Kickstarter akan ditutup pada 10 Januari. Bagi kalian yang tertarik untuk mengetahui info seputar Kickstarter Creature Lab bisa langsung kunjungi halaman Kickstarter Image Power.

Bagaimana menurut kalian? Tertarik untuk memainkan game Creature Lab saat perilisannya nanti? Kunjungi Gamefinity untuk asupan Informasi seputar game, film, anime, lifestyle, dan pop culture. Nikmati juga kemudahan topup dan  voucher games kesayangan kalian dengan harga di Gamefinity.id

Live Action The Last Of Us Akan Sesuai Dengan Gamenya

GAMEFINITY.ID, PATI – Film dari adaptasi game memang sering kali kurang memuaskan terutama bagi yang pernah memainkan game tersebut. Hal ini disebabkan karena beberapa unsur dalam game sulit untuk dibawa ke film layar kaca. Inilah yang membuat beberapa produser film mengubah aspek-aspek tersebut agar sesuai meski melenceng dari game-nya. Melihat ketakutan ini, co-creator series film The Last of Us menyakinkan para penontonnya jika series ini akan betul-betul sesuai dengan permainannya.

The Last of Us Jadi Live Action Game Terbaik?

Sudah banyak video game yang diadaptasi menjadi film dan series, tetapi sangat sulit untuk meraih kesuksesan. Meski begitu beberapa waktu belakangan telah muncul beberapa film adaptasi game yang sukses seperti Arcane, Sonic, hingga Cyberpunk: Edgerunner. Para produser film tentunya telah berusaha semaksimal mungkin dalam memanfaatkan source material sebaik – baiknya. Namun kenyataannya nuansa naratif yang dihadirkan dalam suatu game berbeda jauh dengan penyampaian naratif dalam film atau serial TV.

Jika ada yang bisa mematahkan teori tersebut dan mampu memberikan kualitas adaptasi yang benar – benar sesuai dengan gamenya maka The Last of Us sepertinya akan berhasil. Live action dari game karya Nauhty Dog tersebut akan segera tayang mulai januari 2023. Selain membawa creator asli Neil Druckmann, juga melibatkan pengarang Chernobyl Craig Mazin. Dalam wawancara dengan Empire, Mazin berkata jika serial ini akan menjadi cerita terhebat yang pernah diceritakan dalam video game.

Baca Juga: Serial The Last of Us Akan Mengambil Beberapa Dialog Langsung dari Game

Akan Benar – Benar Sesuai Dengan Game

Sesuai dengan sumber aslinya, live action The Last of Us akan menceritakan kisah salah satu survivor wabah zombie, Joel yang diperankan oleh Pedro Pascal. Selama perjalanannya Joel juga ditemani oleh sosok gadis kecil bernama Ellie yang diperankan oleh Bella Ramsey. Mereka berdua saling bahu – membahu demi bertahan hidup di dunia yang sudah hancur akibat wabah jamur zombie.

Menurut Mazim, kedua karakter inilah yang menjadi alasan kenapa cerita The Last of Us sangatlah luar biasa. Joel dan Ellie hanya manusia biasa dari awal cerita hingga akhir, yang mana sangat jarang ditemukan di game – game bertema apokaliptik. Petualangan dan perjalanan mereka akan membuat para penonton terkagum – kagum.

Dengan pengarah yang tepat, aktor bintang serta popularitas HBO, serial ini berjanji akan tetap setia dengan gamenya, tetapi dengan sedikit perubahan. “Game itu sendiri memang sangat bagus saat dimainkan, tetapi sama sekali tidak cukup bagus untuk didramatisasi” ucap Mazin. Saat tahap produksi Mazin dan Neil sering kali bertanya “Mengapa kita hanya berusaha melakukan sesuai apa yang ada di dalam game?” Jawaban pertanyaan inilah yang akan didapat para penonton saat menyaksikan serial The Last of Us.

Bagaimana menurut kalian? Tertarik untuk menonton serial The Last of Us nanti di HBO. Kunjungi Gamefinity untuk asupan Informasi seputar game, film, anime, lifestyle, dan pop culture. Nikmati juga kemudahan topup dan  voucher games kesayangan kalian dengan harga di Gamefinity.id

Live or Die, LDOE Offline Version yang Ramah Perangkat

GAMEFINITY.ID, Bandar Lampung – Live or Die merupakan salah satu game action survival bertema apocalypse. Game yang serupa dengan Last Day On Earth ini dapat dimainkan secara Offline. Live or Die dirilis pada Oktober 2018 oleh Not Found Games. Live or Die dapat dimainkan di Mobile, Android.

Baca Juga : Review Rebel Inc, Invasi Game Berkedok Pemberontakan

Sinopsis Live or Die, LDOE Offline Version yang Ramah Perangkat

Menceritakan tentang dunia pasca kiamat. Bukan sebuah kiamat yang dikenal secara umum, melainkan sebuah kiamat wabah zombie yang mengancam kehidupan di bumi.

Kamu sebagai pemain akan menjadi salah satu orang yang mampu bertahan dari wabah ini bersama dengan perempuan cantik  yang sekaligus menjadi mentor, dirinya bernama Mia. Mia akan membantu dan berpetualang bersama dengan pemain.

Gameplay (8/10)

Review Live or Die
Gameplay – Live or Die, LDOE Offline Version yang Ramah Perangkat

Live or Die merupakan game action survival yang salah satu hebatnya adalah dapat dimainkan secara offline dan memiliki setting yang cukup simpel. Walaupun telah banyak game survival bertema apocalypse, salah satunya seperti Last Day On Earth yang dibawakan oleh Kefir.

Live or Die menjadi sebuah titik terang penikmat game survival yang dapat dimainkan secara fleksibel dalam genggaman mobile. Mengusung mekanisme dan sedikit gaya pengambilan latar dan sudut yang serupa dengan beberapa game Kefir bertema apocalypse.

Game ini dibawakan dengan genre survival berlatar apocalypse. Lebih tepatnya merupakan game survival bertema zombie. Dalam Live or Die hadirkan banyak jenis mayat hidup seperti, Dead Man dan ada juga hewan yang turut terinfeksi dan dapat menyerang pemain.

Live or Die sendiri menuntut pemain membawakan kemenangan mutlak umat  manusia dari gelapnya dunia pasca apocalypse zombie. Dalam petualangan ini, player akan di temani oleh seorang moderator atau pembimbing cantik bernama Mia. Mia akan memberikan banyak bantuan seperti quest, tutorial dan banyak lagi.

Karena hadir dengan fitur dan mekanisme yang nyaris serupa dengan Last Day On Earth, Live or Die menghadirkan berbagai macam tempat dan lokasi rahasia yang penuh plot sana sini.

Graphic (9/10)

Review Live or Die
Graphic – Live or Die, LDOE Offline Version yang Ramah Perangkat

Memiliki visual 3D layaknya game survival lainnya, Live or Die juga hadir dengan visual yang tidak jauh berbeda dengan Last Day On Earth. Sedikit yang membedakan hanya pada penggayaan visual saja.

Live or Die juga hadir dengan setup dalam aspek visual yang cukup simpel. Memiliki settingan visual yang hanya terdiri atas 3 jenis yaitu, Low, Medium, dan High. Walaupun di setting low, Live or Die tetap menyajikan visual yang cukup realistis.

Mengusung sudut pandang Eye Bird Views yang dipadu dengan sedikit latar yang dibentuk secara isometrik. Live or Die juga menghadirkan penggambaran karakter dalam bentuk fan art ataupun splash art yang melimpah.

Control (9/10)

Review Live or Die
Control – Live or Die, LDOE Offline Version yang Ramah Perangkat

Live or Die sebagai game action survival bertema apocalypse menghadirkan kontrol yang cukup baik, walau sedikit sulit bahkan tidak bisa di ubah settingan-nya. Memiliki kontrol perintah pada umumnya.

Menghadirkan kontrol yang minimalis dan tidak seribet beberapa game sejenisnya. Live or Die tersedia dengan kontrol penggerak analog, attack, stealth, dan beberapa kontrol eksekusi lainnya.

Addictive (8/10)

Review Live or Die
Addictive – Live or Die, LDOE Offline Version yang Ramah Perangkat

Live or Die yang merupakan game survival apocalypse zombie memiliki kemenarikan yang cukup tinggi, terlebih kepada para veteran game di Last Day On Earth. Selain itu juga hadir dengan tingkat adiktif yang cukup unik.

Live or Die sebagai survival pada hakikatnya cukup menyenangkan untuk jangka waktu tertentu, dan dapat sangat membosankan untuk jangka permainan lama, dan didukung akan monoton akibat versi offline game ini.

Walaupun begitu, grinding di game ini cukup ramah. Pemain tidak perlu untuk keliling map demi mencari resource dan item yang dibutuhkan, karena semua telah terpampang di dalam mini map hingga resource terkecil. Hanya satu masalah yang cukup mengganggu di game ini, yaitu fungsi energy yang cukup boros dan lambat.

Music (9/10)

Live or Die yang hadir dengan kesan semi horror-nya, game ini turut hadir dengan latar musik dan sound effect yang terkesan menarik.

Hadir dengan latar musik yang cukup minimalis, bahkan terkadang game hanya disajikan penuh tanpa latar musik, game hadir dengan sunyi dan memberikan kesan nuansa yang kuat sebagai game horror.

Sound effect juga menjadi pelengkap. Hadir dengan sound effect yang umum seperti ketika menambang, menebang, melancarkan serangan tergantung senjata, hingga suara npc lain yang terbunuh dan tergantung atas jenis ras nya.

Kelebihan

Hadir dengan visual yang menarik dan cukup realistis. Selain pada aspek visual, Live or Die terbilang cukup ringan sebagai game open world di mobile dan dapat dimainkan secara offline juga. Jarak perpindahan antar lokasi yang cukup cepat dan pergerakan objek hingga karakter yang cukup baik.

Kekurangan

Sedikit kekurangan yang bersinggungan dengan kelebihan dari Live or Die. Live or Die sebagai game open world dengan mekanisme yang serupa dengan Last Day On Earth memiliki fitur fungsi yang umum, yaitu energy.

Energy berfungsi sebagai daya ketika bepergian berpindah dari lokasi satu ke lokasi lainnya via map atau antar zona. Kekurangan Live or Die ada disini, cukup sulit untuk mengumpulkan energy tanpa membayar dan dirasa tidak seimbang dengan daya kuras untuk berpindah dari satu zona ke zona lainnya.

Untuk Live or Die, Total Score yang dapat penulis berikan adalah 8,4

Sekian Review Live or Die yang dapat penulis sampaikan.

Update informasi menarik lainnya seputar review game hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan voucher game dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.

Tema Zombie dan Masa Keemasannya di Tahun 2000-an

GAMEFINITY.ID, Kota Batu – Zombie, merupakan sebuah makhluk fiktif yang seringkali dijadikan sebuah tema industri hiburan. Digambarkan menjadi sebuah makhluk mati yang terinfeksi oleh sebuah virus sehingga terkesan hidup di bawah kontrol. Tema zombie sendiri seringkali dikaitkan dengan genre horror survival dalam sebuah film. Namun, keterkaitan zombie dengan genre tersebut dapat berubah dengan satu media lain, yaitu game.

Zombie dalam dunia game sendiri pernah mengalami masa keemasannya di tahun 2000-an. Apa yang membedakan zombie dalam sebuah game dan di dalam sebuah film adalah kebebasan para pemain untuk membasmi mereka. Dengan permainan tersebut, terbukti bahwa para pengembang mampu menjadikan game zombie menjadi lebih interaktif dan terkadang satisfying untuk dimainkan.

Sejarah Awal Game Bertema Zombie

Zombie Entombed Gameplay | Youtube
Gameplay dari Entombed | Youtube

Tercatat dimulainya penggunaan zombie pada sebuah game di tahun 1980-an. Salah satu yang paling awal adalah game “Entombed” yang rilis pada 1982 yang terkenal akan pemrograman di dalamnya yang rumit. Namun, visual di game ini masih terkesan sederhana karena masih dimainkan pada platform Atari 2600.

Tema zombie mulai mendapatkan tempatnya di tahun 1990-an. Tercatat berbagai game seperti Doom dan game arcade House of the Dead mampu memberikan visual zombie yang lebih detil dalam sebuah game. Namun, kedua game tersebut masih belum sepenuhnya mengangkat tema zombie menjadi sebuah tema utama.

Barulah pada 1996, Resident Evil memulai debutnya dalam menghadirkan game dengan tema utama zombie yang terkenal di pasaran. Penggambaran zombie pada game Resident Evil terkesan solid dan patut diliat sebagai sosok zombie sepenuhnya.

Dengan mekanisme kamera dan movement yang tepat, serial Resident Evil mampu menjadi sebuah tonggak yang pas dalam perkembangan zombie di dunia game yang nantinya akan menjadi semakin luas di tahun 2000-an.

Masa Keemasan Zombie di Abad ke-21

Zombie Left 4 Dead 2 Gameplay | Youtube
Gameplay dari Left 4 Dead 2 | Youtube

Memasuki tahun 2000, waktu ketika PlayStation 2 rilis dengan berbagai judul di dalamnya tak terkecuali berbagai game bertema zombie. Bila berbicara tentang zombie dan PS2, tentu saja kita tidak dapat melewatkan salah satu game terbaik, yaitu Resident Evil 4.

Di awal tahun 2000-an banyak game bertema zombie yang dirilis, namun yang paling mencolok adalah Resident Evil 4 yang rilis pada 2005. Game ini dapat memberi sebuah game bertema zombie feels seperti yang kita kenal saat ini. Horror survival dengan mekanisme memuaskan ketika kita membasmi para zombie.

Berlanjut ke tahun 2006, game zombie lainnya yaitu Dead Rising rilis. Berbeda dengan Resident Evil, Dead Rising lebih berfokus pada pengalaman menyenangkan para pemain untuk membunuh para zombie dengan berbagai senjata. Dead Rising merupakan sebuah contoh konkrit dalam permainan zombie yang malah menyenangkan dan tidak terasa horror di saat permainannya.

Dari kedua game di atas, pengembangan game zombie kedepannya telah terfokus pada satu hal. Fokus tersebut ialah bagaimana para pemain dapat bermain game horror dimana para pemain dapat merasa puas dalam membunuh dan terkesan menyenangkan.

Game seperti Call of Duty Zombies dan Left 4 Dead merupakan puncak dari konsep yang diusung tersebut. Kedua game tersebut punya hype yang tinggi dengan style masing-masing yang khas.

Call of Duty Zombies mempunyai kelebihan dalam progression di dalamnya. Contohnya pada Nacht der Untoten, semakin jauh pemain melangkah ke dalam level, mereka akan menemukan variasi senjata yang lebih bermacam-macam. Selain itu adanya wall barrier membuat para pemain harus berpikir kembali untuk mengelola keuangan mereka. Hal ini didukung oleh zombie dan lingkungan yang terkesan gelap dan agresif serta wonder weapon yang menjadi incaran para pemain.

Left 4 Dead dan Left 4 Dead 2 mengusung konsep yang lumayan berbeda. Kedua game tersebut memiliki cerita dan level progression yang berbeda. Memiliki atmosfer yang lebih fun ketimbang CoD Zombies. L4D2 juga lebih menekankan mode co-op milik mereka yang terkenal dengan didukung oleh AI zombie yang dikenal salah satu yang terbaik. Selain agresif, para zombie juga terkesan mencoba untuk memisahkan 4 pemain yang bekerja sama, membuat pengalaman bermain menjadi lebih menantang.

Baca Juga: Bandai Namco Dilaporkan Terkena Serangan Ransomware

Sebuah Pengembangan Unik

Seperti yang disebutkan di awal, pengembangan game bertema zombie tidak hanya melulu tentang game FPS atau TPS horror. Pada tahun 2009, CapCom merilis game bertema zombie dengan konsep berbeda, yaitu Plant vs Zombie.

Ketika biasanya game zombie mempunyai unsur blood and gory shooter yang tidak ramah untuk anak, berbeda dengan PvZ. PvZ lebih mengusung tema zombie yang dapat dimainkan oleh anak dengan konsep tanaman super dengan zombie. Ide revolusioner ini membuat PvZ menjadi salah satu seri game terkenal hingga saat ini.

Apa yang Membuatnya Terkenal di tahun 2000-an?

Salah satu rahasianya adalah bagaimana pemain dapat dengan bebas membunuh para zombie ketika berada di dalam game. Tentu saja hal ini menjadi sebuah motivasi sejak ketika kita menonton film beradegan zombie, para penontonnya jarang diberi plot sebagai makhluk pembasmi zombie.

Bila kita telaah kembali, konsep ini terkesan mirip seperti konsep Doom dimana pemain menjadi superhuman yang membasmi mekhluk jahat, hanya berbeda pada objek yang dibasmi.  Kadang-kadang, kebutuhan para gamer masih tetap sama.

Unsur lainnya adalah konsep co-op gameplay. Bukan rahasia lagi bahwa co-op gameplay merupakan satu unsur penting di kala itu. Game seperti CoD Zombie dan L4D2 yang mengusung konsep tersebut mengalami kesuksesan yang besar. Memang pada saat itu merupakan masa awal dari berkembang pesatnya game online.

Perkembangannya di Dekade Selanjutnya

Era 2010-an memiliki arah game zombie yang berbeda, rata-rata mengusung konsep RTS yang dibarengi dengan story yang kental seperti The Walking Dead, The Last of Us, Dying Light, dan Days Gone.

Beberapa game ada yang menggabungkan unsur stealth dan zombie pada gameplay-nya. Contohnya adalah State of Decay dan The Evil Within yang berhasil memadukan gameplay stealth, zombie, dan unsur survival di dalamnya.

Game yang mengusung konsep co-op multiplayer mulai berkurang, hanya Call of Duty yang masih menjaga tradisinya dan rilis hampir setiap tahun. L4D2 masih menjadi tonggak utama Valve dalam game zombie milik mereka. Namun, Turtlerock Studio merilis Back4Blood untuk melanjutkan L4D2 yang terhambat pengembangan game Valve yang mentok di angka 2.

Baca Juga: Review Hexonia, Battle Era antar Suku dan Peradaban Berbeda

Metal Gear Survive: Titik Rendah Keserakahan Konami

GAMEFINITY.ID, BandungMetal Gear dan zombie? Saat konsep itu akan terjadi dalam bentuk Metal Gear Survive, penggemar langsung mengecapnya sebagai ide buruk. Pasalnya, Metal Gear sudah identik dengan politik dan espionage, bukan zombie.

Metal Gear Survive sendiri telah dirilis 20 Februari 2018 di PC, PlayStation 4, dan Xbox One. Mulai dari pengumuman hingga perilisan, game ini telah mendapat berbagai backlash, terutama terkait dengan keputusan bisnis Konami sendiri.

Berawal dari Hengkangnya Hideo Kojima

Metal Gear Survive Hideo Kojima
Hideo Kojima

Penggemar game besutan Konami, termasuk seri Metal Gear, tentu tidak asing lagi dengan Hideo Kojima. Kojima sendiri telah bergabung dengan Konami pada 1986. Satu tahun kemudian, ia memimpin pengembangan game Metal Gear pertama yang rilis pada 1987. Sejak saat itu, Metal Gear menjadi salah satu seri game tersukses Konami.

Kojima kemudian memproduseri setiap seri Metal Gear, termasuk entri Metal Gear Solid. Tetapi pada 2013, ia mengumumkan akan hengkang dari Konami setelah selesai mengembangkan Metal Gear Solid V: The Phantom Pain. Ia telah berkali-kali menyebutkan rencana itu, tetapi tidak seperti sebelumnya, ia tampak serius. Konami kemudian menghapus namanya dari promosi game itu. Lebih buruk lagi, Silent Hills, game horor besutannya, juga dibatalkan.

Pada 2015, Konami melakukan restrukturisasi besar-besaran dan mulai berfokus pada game mobile. Perubahan ini telah memicu kontroversi tidak hanya di dalam perusahaan, tetapi juga penggemar game besutannya.

Baca juga: Kisah Perjalanan Konami: Legenda yang Sekarang Dibenci

Metal Gear Survive Kiefer Sutherland
Kiefer Sutherland mewakili Kojima Productions dalam The Game Awards 2015

Begitu Kojima Productions diumumkan sebagai Developer of the Year di The Game Awards 2015, Kojima dikabarkan dilarang hadir atas tuntutan Konami. Alhasil, Kiefer Sutherland, pemeran Snake di Metal Gear Solid V: The Phantom Pain, mewakilinya dalam menerima penghargaan itu. Kejadian ini memicu hujatan penggemar terhadap Konami.

Sampai saat ini, hengkangnya Kojima dari Konami masih saja memicu kontroversi. Sayangnya, kejadian itu bukanlah akhir penderitaan penggemar seri Metal Gear.

Trailer Metal Gear Survive Terungkap, Langsung Panen Dislike

Metal Gear Survive
Metal Gear Survive langsung panen dislike

Konami kemudian merilis trailer game Metal Gear Survive, entri Metal Gear selanjutnya. Sayangnya, penggemar beramai-ramai menghujat pengumuman tersebut. Kotaku mencatat trailer itu sudah mengumpulkan seribu like, dan 14 ribu dislike pada 19 September 2016.

Komentar dari penggemar pun beragam. Mulai dari menyatakan Metal Gear dan zombie tidak cocok hingga sampai menghujat keputusan Konami pada saat itu. Banyak dari penggemar merasa bahwa Metal Gear Survive telah mencemar nama baik seri Metal Gear.

Bahkan Kojima sendiri telah berkata Metal Gear dengan zombie akan menjadi hal aneh. Ia memutuskan untuk menjauh dari game besutan Konami itu dan berfokus pada Death Stranding.

Tanggapan Beragam Dari Kritikus, Masih Dibenci Pemain

Setelah rilis pada 20 Februari 2018, Metal Gear Survive mendapat respon beragam dari berbagai kritikus. Beberapa dari mereka berkata Metal Gear Survive secara mengejutkan cukup menyenangkan, beberapa lagi menganggap cerita dan karakternya hambar.

Tidak seperti kritikus, pemain masih menghujat Metal Gear Survive saat perilisannya. Banyak dari mereka menganggap game tersebut hanya mengikuti tren zombie dalam game, ditambah lagi microtransaction yang membuat frustrasi. Alhasil, Metal Gear Survive bukan lagi game stealth, genre yang menjadi ciri khas seri Metal Gear.

Penjualan Metal Gear Survive Mengecewakan, Sampai Tidak Masuk Laporan Keuangan Konami!

Dilansir dari VGChartz, Metal Gear Survive berhasil terjual sebanyak 103 ribu unit pada minggu pertama rilis. Setelah itu, Konami sama sekali tidak pernah menyebutkan total penjualan Metal Gear Survive dalam setiap laporan keuangannya. Hal ini mengejutkan mengingat mereka selalu menyebut entri Metal Gear dan game lain besutannya. Oleh karena itu, dipercaya bahwa Metal Gear Survive telah gagal di pasaran.

Metal Gear Survive menjadi titik rendah keserakahan Konami. Mereka telah memanfaatkan nama Metal Gear untuk membuat game zombie demi meraup keuntungan. Terlebih, kontroversi di balik hengkangnya Kojima juga masih menjadi pemicu kebencian penggemar.

Dengan backlash yang sudah terjadi separah ini, bisakah Konami kembali menarik para penggemarnya?

Review Ares Virus, Game RPG-Survival yang Kaya Visual

GAMEFINITY.ID, Bandar Lampung – Ares Virus merupakan game RPG-Survival dengan pembawaan visual yang kaya dan cukup naratif untuk diikuti. Berlatar pada pasca Apocalypse zombie yang telah mendunia. Ares Virus yang ditawarkan oleh Qcplay Limited dan dirilis pada Desember 2018. Tersedia untuk Platform Android.

Baca Juga : Review Xenowerk, Shooting-Games Dengan Visual yang Apik

Sinopsis Ares Virus, Game RPG-Survival yang Kaya Visual

Menceritakan tentang pasca Apocalypse yang disebabkan oleh virus zombie yang menyebar dengan cepat dan meracuni warga dunia. Beberapa kota dan negara melakukan isolasi demi meminimalisir penyebaran virus. Pada saat yang sama, hadir sekelompok regu dengan nama S.O.T Squad yang menyegerakan kelompok untuk pergi ke Institut penelitian “Ares Virus”.

S.O.T Squad yang diperintahkan untuk mengambil sampel antibodi dan laporan penelitian tentang virus yang menyebar.

Secara tidak diduga, regu ini mengalami masalah besar yang dimana satu persatu anggotanya terkena dan tertangkap oleh zombie yang mereka hadapi. Insiden ini menyisakan 2 anggota regu, ketua regu dan Neil si anak baru.

Sayangnya ketua pergi untuk menahan gelombang zombie yang segera dengan cepat menghampiri mereka. Ketua dengan tekad terakhirnya meledakkan jembatan yang menghubungkan mereka dengan para zombie. Disini sang ketua tewas.

Gameplay (9/10)

Review Ares Virus
Gameplay – Review Ares Virus, Game RPG-Survival yang Kaya Visual

Ares Virus membawakan mekanisme gameplay seperti game Top-Down pada umumnya. Ares Virus menyajikan gabungan gaya bermain Survival Action dan Interaktif. Selain bertarung, mencari resource, player akan dituntut untuk menyelesaikan Main Quest.

Main quest disajikan layaknya teks Interaktif tanya jawab, interaktif yang dimana ada lebih dari satu orang dalam scene yang sedang berbincang. Dalam perbincangan interaktif inilah player akan mengetahui alur cerita yang akan terjadi.

Ares Virus berlatar belakang pada pasca penyebaran virus mematikan yang dimana para pengidap atau orang yang terjangkit disebut dengan Infestor. Player memerankan Neil yang seorang anak baru dipasukan S.O.T Squad yang bergerak dalam pencarian Antibodi dari Virus ini.

Graphic (9/10)

Review Ares Virus
Graphic – Review Ares Virus, Game RPG-Survival yang Kaya Visual

Ares Virus disajikan dengan visual penggayaan yang menarik dan cukup unik. Dalam pengambaran dan pewarnaan di game ini, Ares Virus hanya menyajikan setidaknya hampir semua latar berwarna Putih keabu-abuan tetapi kaya akan unsur.

Ares Virus mengusung sudut pandang Top-Down atau biasa dikenal dengan Bird’s Eye View. Player dapat melihat pergerakan karakternya dari atas. Mungkin akan terasa aneh untuk mereka yang tidak biasa memainkan game dengan gaya ini.

Pergerakan karakter hingga NPC cukup baik dan terasa halus. Mengingat bahwa Ares Virus adalah game Survival, sudah sewajarnya memiliki Visual yang cukup baik dan unik.

Control (9/10)

Review Ares Virus
Control – Review Ares Virus, Game RPG-Survival yang Kaya Visual

Tidak ada kontrol khusus, kontrol pada Ares Virus secara umum ada 2 jenis yaitu, permanen dan temporer.

Kontrol permanen seperti kontrol analog untuk bergerak dan kontrol menyerang. Kontrol temporer merupakan kontrol yang hanya akan muncul ketika dalam kondisi tertentu seperti, dekat pintu, mengganti senjata, sekarat dan banyak lagi.

Addictive (7/10)

Review Ares Virus
Addictive – Review Ares Virus, Game RPG-Survival yang Kaya Visual

Ares Virus memiliki gameplay yang unik dan alur cerita yang menarik. Ares Virus dapat dimainkan secara Offline dan sangat cocok dimainkan di waktu luang. Ares Virus juga memiliki gaya permainan yang cukup membuat cenat-cenut playernya.

Sayangnya, Ares Virus merupakan game Pay-to-Win. Bagaimana tidak, pada saat awal permainan pemain akan diberikan tas penyimpanan yang hanya terdiri dari 10 slot dan penyimpanan jumlah item yang kurang efisien. Terkadang ada beberapa item yang hanya memuat kuantitas maksimal 2 item dalam satu slot.

Untuk meningkatkan storage slot penyimpanan yang dimiliki, Player diharuskan Top-Up ataupun membayar untuk mendapatkan akses ini. Mengesalkan bukan? Tapi tidak terlalu masalah karena Player dapat Road to Victory dengan sangat Try Hard.

Music (9/10)

Ares Virus memberikan gaya permainan piano untuk mengisi musik instrumen, salah satunya terdapat pada menu awal. Selain BGM, Ares Virus tetap memberikan Sound Effect layaknya game Survival pada umumnya.

Dalam in-game, kita akan mendengar lantunan musik instrumen yang menenangkan dan kicauan burung yang cukup membuat player mengantuk. Stop! Jangan tertipu dengan lantunan instrumen ini.

Selain menyajikan instrumen yang tenang, Ares Virus memberikan alunan BGM yang cukup membuat tegang pemain. BGM ini didapatkan ketika karakter sedang dalam pertarungan.

Kesimpulan

Ares Virus merupakan game Survival Interaktif yang disajikan dengan gaya cukup unik didalamnya. Menggunakan sudut pandang Top-Down saja sudah cukup membuat game ini terlihat unik. Berikut kelebihan dan kekurangan Ares Virus yang dapat penulis sampaikan.

Kelebihan

Ares Virus menjadi game Survival-Apocalypse yang disajikan dengan visual yang keren dan menarik. Ares Virus cukup ringan untuk game-game ukuran Mobile dan tidak memberatkan perangkat. Ares Virus dapat dimainkan di perangkat berspesifikasi rendah sekalipun.

Kekurangan

Dibalik segala kelebihan yang dimiliki Ares Virus, game ini memiliki beberapa kekurangan dan menjadi masalah yang mengganggu jalannya permainan.

Ares Virus dapat dikatakan bahwa game ini adalah Pay-to-Win. Bukan karena sebab game ini menjadi Pay-to-Win, Ares Virus membebankan akses Top-Up untuk fitur umum pada game Survival lainnya. Salah satunya adalah upgrade penyimpanan item.

Musuh dan karakter yang kita mainkan memiliki tingkat perbedaan yang cukup jauh. Pada awal game, player hanya dapat mengakses senjata yang memiliki damage tidak lebih dari 100 point. Musuh yang kita hadapi memilik Health Point yang jauh berkali lipat dari Damage yang kita berikan.

Ares Virus memberikan akses grinding yang akan di perbarui setiap 2 hari sekali (waktu in-game). Jika resource disekitar habis, player dipaksa menunggu untuk 2 hari kedepan.

Untuk Ares Virus, Total Score yang dapat penulis berikan adalah 8,6.

Sekian Review Ares Virus yang dapat penulis sampaikan.

Update informasi menarik lainnya seputar review game hanya di Gamefinity. Gamefinity.id menyediakan jasa pengisian top up dan voucher game dengan cara yang mudah dan pastinya terjangkau.